CHAPTER 19

84K 2.5K 27
                                    


Siang, malming nanti klean mau ngapain aja?

Btw, aku mau mengucapkan terimakasih banyak untuk yang sudah vote, komen, dan membaca.

"Sejak kalian berdua punya pasangan, kalian itu jadi aneh tahu nggak? Senyum senyum nggak jelas. Kemarin Gara, sekarang elo! Ada apa sih sebenarnya? Gue jadi ngeri sendiri lihatnya” ungkap Gino merasa heran dengan sikap kedua sahabatnya.

Orang bilang hari senin merupakan hari yang tidak diharapkan kedatangannya oleh semua orang.

Tapi tidak bagi Gino, ia bersama kedua sahabatnya sedang berjalan menuju lapangan utama. Hendak melaksanakan upacara rutin dalam satu bulan sekali.

Tentunya ia akan merasa sangat senang sekali karena bisa cuci mata melihat siswi disekolah ini yang jumlahnya lebih banyak ketimbang para murid laki laki.

Kali ini Geo tidak berpenampilan urakan seperti biasanya yang selalu memperlihatkan kesan bad boynya. Cowok itu sangat amat rapi sekali dalam memakai seragam. Kebetulan mood nya sangat baik sekali hari ini. Itu sebabnya ia teru terusan tersenyum daritadi pagi.

“Emangnya gue nggak boleh senyum?”

Gino berdecak, tatapannya meliar mengelilingi lingkungan sekitarnya yang sudah dipenuhi banyak orang saat turun tangga. “Bukannya nggak boleh, Ge. Gue penasaran aja kenapa lo senyum terus daritadi”

Dengan posisinya yang berada ditengah tengah antara Gara dan Gino tentu membuat Geo dengan mudah merangkul bahu sahabatnya. Memastikan agar tidak ada yang mendengar kecuali mereka bertiga.

“Gue udah enggak perjaka” bisiknya pelan.

Benar sekali, tadi malam selepas pulan dari bengkel lalu pergi balapan dengan kedua sahabatnya. Tiba tiba Maura sudah berada dirumah karena memang jarak antara rumahnya dengan sang istri ke rumah mertua tidak begitu jauh.

Tentunya Geo sangat heran sekali ada apa gerangan. Apalagi saat melihat Maura menangis sesenggukan begitu ia masuk kamar. Membuat Geo semakin penasaran saja apa yang sebenarnya terjadi.

Maura tidak memberitahunya dengan mudah begitu saja. Istrinya itu secara tiba tiba melakukan penyerangan yang dapat membuat hatinya melayang saat Geo sedang mencoba menenangkan. Dimana penyerangan itu sendiri yang telah berhasil membuat Geo menggali lubang emas tadi malam.

“Selamat, Ge. Minimal video call gue lah tadi malam” Gino ingin terbahak keras sebelum melihat wajah Geo yang menatapnya sangat tajam hingga terasa menembus ulu hatinya.

“Maksud gue, biar ada yang jagain rumah. Kalian kan lagi main perang perangan”

“Lo lama lama gue lempar ke markas waria nih!”

Gara sedikit terkekeh mendengarnya, catat. Hanya sedikit, sehingga tidak ada yang sadar kecuali dirinya sendiri. “Gue bantu cari markasnya, Ge”

“Oke! Ntar pulang sekolah kita masukin Gino ke markasnya, biar jadi waria sekalian!” tentu Geo merasa dangat greget sekali dengan Gino.

Mana ada lagi buka harta karun pake video call segala!.

Geo sedikit tidak terima dengan kata kata yang Gino ucapkan. Meskipun hanya bahan bercandaan semata, ia tidak bisa membayangkan jika keindahan Maura saat sedang tidak mengenakan hijab hanya dapat dilihat olehnya. Menjadi bahan fantasi liar orang lain.

Geo mendengus keras, ia berusaha menepuk keras pantat Gino yang katanya sedang bintitan itu. Membuat Gara mengelus dada melihatnya.

Tidak sedikit orang yang melihat ke arah mereka bertiga yang selalu menarik perhatian disepanjang jalan.

Mulanya Gara pasang wajah datar seperti tembok sebelum hendak melewati kelas Soya. Sudut bibirnya sedikit terangkat saat samar samar Gara mendengar suara Soya dan Lulu didalamnya.

“Duluan, gue mau nyamperin Soya bentar”

Kedua sahabatnya mengangguk, mereka pergi dengan Geo yang masih saja belum menyerah untuk menepuk pantat Gino karena memang lelaki itu selalu menghindar. Membuat Gara berdecak pelan. Ada ada saja.

"Soya, cepetan! Udah mau mulai tuh" ucap Lulu sambil melihat kearah lapangan.

"Terus ini gimana? Soya lupa bawa topi" rengek Soya sambil menghentakkan kakinya.

Tidak ada alasan, Soya hanya memang lupa kerena tidak fokus sebab Gara menjemputnya pagi sekali. Soya yang memang mudah gerogi sejak Gara menjadi pacarnya itu membuat dirinya melupakan topi yang harus dibawa hari ini.

Apa semua orang yang baru merasakan bagaimana rasanya pacaran juga seperti Soya?. Sering salting tidak jelas begini. Soya sudah hampir menangis, "Soya mau kabur aja deh!" bibirnya sukses melengkung kebawah dengan sempurna.

Soya takut, sangat takut apabila dihukum lari mengelilingi lapangan karena tidak membawa atribut lengkap saat upacara. Apalagi dirinya ini masih murid baru dan masih sangat junior sekali. Soya takut jika di bully oleh kakak kelasnya.

"Jangan! Lo mau dimarahi Kak Gara lagi? Aduh jangan nangis, Soya. Lo tunggu sini bentar, biar gue beliin topi di koprasi!"

Lulu baru saja hendak berlari kencang setelah keluar dari kelasnya yang sudah sepi, menyisakan dirinya dan Soya. Namun ia urungkan karena melihat Gara sudah berdiri menjulang tinggi dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

Lulu meneguk ludahnya kasar melihat Gara yang memakai topi dengan cara terbalik. Sungguh perpaduan yang begitu memukau.

Jika saja bukan pacar sahabatnya, sudah pasti Lulu dekati.

Cowok itu menggerakkan dagunya mengarah lapangan sambil menatap Lulu. Menyuruhnya pergi, Lulu yang paham segera mengangguk.

Meninggalkan Soya yang ia yakini akan aman jika bersama Gara.
Kedatangannya membuat Soya melotot seketika. Hantinya terasa lega saat Gara sudah disini, di depannya. Mengusap pelan pipinya yang dipenuhi lemak itu.

“Tolongin Soya, A’” rengek Soya. Gadis itu sudah memegang tangan kekar Gara yang singgah dipipinya.

“Tanpa kamu mintai tolong, aku udah bersedia bantuin kamu”

Hanya sekedar topi kan?. Gara tidak takut jika akibat dari dirinya yang tidak membawa topi harus membuatnya lari mengelilingi lapangan.

Biarkan saja, malah Gara senang menikmati hukumannya. Hitung hitung sekalian olahraga.

Cowok itu memakaikan topi miliknya dikepala Soya. Membuat gadis itu menatap dirinya. "Terus Aa' pake apa?" tanya Soya pelan.

Gara mengusap pelan pipi Soya dengan ibu jarinya, "Nggak usah dipikirin, ayo keluar. Upacaranya udah mau mulai"

"Nanti kalo Aa' dihukum gimana?"

Gara mengedikkan bahunya acuh, "Nggak apa apa. Yang penting kamu nggak dihukum"

Soya merasa kesusahan menatap Gara dari jarak dekat. Ia harus mendongak, terlebih lagi ada topi yang sedikit menghalangi pandangannya untuk melihat Gara.

"Aa' nunduk" Gara mengangguk, mensejajarkan wajah mereka.

Cup...

"Makasih ya A', maaf Soya ngerepotin. Soya sayang sama Aa' "

Detik itu juga, Gara langsung menyentuh pipinya yang dikecup Soya. Jantungnya berdegup kencang, sial! Rasanya Gara ingin mengurung Soya agar tetap bersamanya disini. Tak usah ikut upacara. Cowok itu menatap gadisnya sambil tersenyum. Hitung hitung sebagai tenaga agar semangat saat dihukum nanti.

"Kembali kasih, Sayang”

***

Chapter 19 ini agak sedikit kan ya?

18+ : When We Were YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang