Selamat malam, sehat selalu dan terimakasih telah menunggu cerita ini update. Maaf karena sering terlambat update. Aku harap tidak ada lagi orang yang dengan tega dan tidak punya hati malah memplagiat cerita ini. Take care!“Shoot!”
Sorak sorai terdengar riuh begitu Gara kembali berhasil memasukkan bola basket ke dalam ring.
Memang siapa yang tidak kenal dengan Aan Sandi Negara yang kerap kali menjadi bahan pembicaraan paling menyenangkan untuk dibahas.
Lelaki yang memiliki nomor punggung dua itu sangat hebat sekali mengatasi bola basket.
Badannya meliuk ke kanan dan kiri, menghindari pihak lawan yang hendak merebut bola di tangan Gara. Lelaki itu memantulkan kembali sebelum mengopernya kepada anggota timnya yang lain. Tepat mengarah kepada Geo yang kebetulan berada didekatnya.
Dengan sekuat tenaga, tangan itu kembali berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Mencetak poin lagi untuk SMA Nusa Bangsa. Permainan basket yang sudah berjalan selama dua puluh menit itu akhirnya berhenti.
Sebab bagaimanapun kenyataannya, SMA Nusa Bangsa lebih unggul. Suara teriakkan yang begitu memekakan telinga sudah memenuhi seluruh tribun.
Pertandingan telah selesai. Membuat helaan nafas lega Gara terdengar begitu keras. Setelah masa masa panjang yang begit melelahkan dan menguras tenaga, akhirnya usaha tidak menghianati hasil. Mereka berhasil menjadi yang pertama dalam pertandingan ini.
Peluh keringat mengucur deras keluar dari pori pori kulit Gara. Lelaki itu menepi, menenggak satu botol air mineral sampai habis dalam kurun waktu kurang dari sepuluh detik.
Sisanya ia siramkan ke wajah dan juga rambutnya. Membuat kesan maskulin dan gagahnya begitu kentara. Jersey yang melekat ditubuh atletisnya itu sudah sangat basah sekali.
"Gila! Gue capek banget!" keluh Gino sembari merebahkan dirinya begitu saja. Tidak peduli jika itu kotor atau habis diinjak injak oleh banyak sepatu.
“Gue harus minta dipijit sama Maura habis ini!”
Yang Gara inginkan sekarang adalah melihat pujaan hatinya. Tapi tidak begitu memungkinkan sebab keadaan tribun sangat kacau. Banyak kerumunan orang disana. Gara harap gadisnya tidak berdiri diantara orang orang itu. Ia khawatir, takutnya Soya akan terhimpit karena berdesak desakkan.
“Gue cabut dulu”
Membuat Gino berdecak pelan mendengarnya, “Sebat dulu kali, Gar. Yok ke kantin!”
“Sorry, tapi lain kali aja. Gue mau cari Soya dulu”
Akhirnya, Gino tidak dapat lagi mencegah Gara untuk tinggal. Sebab mulai sekarang, sahabatnya akan menjadi budak cinta alias bucin!.
Apalah daya dirinya yang masih belum ada pawangnya. Gino mengibaskan tangannya, merelakan Gara yang memang sudah pergi sejak tadi.
Lelaki itu menyusuri lorong kelas untuk menuju ke kelas Soya. Barangkali gadisnya ada disana. Meskipun dalam hati ia juga tidak yakin karena belum melihat Soya daritadi pagi. Bahkan berangkatpun tidak bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
18+ : When We Were Young
Teen Fiction"Aa' ihh. Pelan pelan nyusunya! masih banyak kok" Siapa yang tidak kenal dengan Aan Sandi Negara, sosok lelaki yang gagah, tampan, dan perkasa. Kisah ini menceritakan perjalanan hidup Aan Sandi Negara, ketika usianya menginjak delapan belas tahun...