CHAPTER 15

101K 2.2K 44
                                    


Selamat hari minggu semuanya, selamat berkumpul dengan orang tersayang. Love you all

Satu jam sebelum istirahat ke dua, THREE G sudah berada di kantin. Siapa lagi jika bukan Gino, Gara, Geo. Dan sekarang Gara berharap pacarnya tak tahu jika dirinya bolos disini. Tak ingin memberi contoh yang buruk.

Sebagai lelaki yang gagah perkasa, tampan, dan juga mempesona. Gara tak ingin membuat Soya merasa memiliki kekasih yang kerjaannya memang sering bolos kelas padahal sebentar lagi ujian kelulusan.

Gara hanya ingin berniat memberitahu sesuatu yang amat penting kepada teman temannya.

"Gue udah jadian sama Soya"

"Oooh, jadi itu yang buat lo senyum terus dari pagi. Nggak kaget sih! Gue ikut seneng Gar. Akhirnya rumor kalo lo suka sama gue nggak terbukti" ucap Gino membuat Gara mendengus.

Memang dari awal siapa juga yang berniat menyukai sesama jenis apalagi modelan Gino begini.

Gara lebih memilih jomblo seumur hidup lebih baik daripada harus mengorbankan perasaan cintanya untuk Gino.

Geo mengulurkan tangan kanannya, "Selamat Gar, gue harap lo bisa jadi cowok yang baik buat Soya"

Gara menjabat tangan Geo, "Thanks"

Padahal mereka hanya membahas tentang Soya. Tapi Gara merasa senang dan jantungnya kembali berdebar hebat. Dulunya juga tak begitu, ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta. Ngomong ngomong tentang Soya, Gara jadi rindu dengan gadis itu. Lagi apa ya sekarang?.

Gara menatap Geo, sahabatnya itu terus terusan menghela nafas. "Kenapa lo?"

Cowok dengan rokok yang terselip di telinganya itu menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan. "Gue patah hati, Gar"

"Kenapa big boss? Lo sama Maura cerai?!" tanya Gino yang langsung membuat Geo menegakkan kepala dan menatap tajam dirinya.

Lagipula usia pernikahannya masih sangat muda sekali. Geo sendiri juga tak berniat menceraikan Maura. Ia ingin menikah menjadi momen terpenting dalam hidupnya. Dan sepanjang usianya, hanya ada Maura dihati.

Perempuan yang kedua orang tuanya pilihkan itu tidak main main baik dan sempurnanya. Sering kali ia merasa tidak pantas bersanding dengan istrinya itu.

"Jangan sembarangan lo!" Geo menghela nafas lagi "Gue bener bener nggak bisa punya bayi saat lulus" lanjutnya.

Geo menyenderkan kepalanya di bahu Gino yang berada di sampingnya, sementara Gara duduk disebrang.

"Sabar, nanti juga jadi sendiri. Lo bilang... ehm, suka berkuda" tentu saja Gara sedikit malu mengatakannya. Pembahasan ini merupakan pembahasan yang harusnya hanya Geo dan Maura saja yang berbicara.

Namun Gara hanya ingin menasehati sahabatnya yang ngebet sekali punya anak. Padahal masih duduk dibangku SMA. Setidaknya tunggu saja mereka lulus, lagipula tidak lama. Hanya sampai beberapa bulan lagi mereka meninggalkan sekolah.

18+ : When We Were YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang