Prolog

189 11 2
                                    

Note: pemeran utama sang jaksa penuntut adalah perempuan, di atas ada castingnya.

"aish...."

Aku terus menatap jam tangan hitamku dengan raut wajah yang tergesa gesa.

Bapak dan Ibu, dalam beberapa menit kereta api ini akan tiba di Tokyo, Harap siapkan barang-barang Anda, kami mengingatkan Anda untuk tetap di kursi Anda sampai kereta berhenti. Terima kasih telah menggunakan layanan kami dan sampai jumpa di perjalanan berikutnya.

"Ck.... Ayok dong cepet...." Gerutuku dengan kaki yang bergetar, aku tengah berangkat menuju persidangan, tidak.... Aku hanya seorang jaksa penuntut setelah menempuh pendidikan di negeri matahari terbit ini selama 7 tahun.

Yah, 7 tahun.

Kenapa ?, Bukankah seharusnya hanya 6 tahun ?

Kalian tau.... saat ujian praktek aku terlalu terbawa perasaan.

Dosenku memintaku untuk mengurusi sidang perceraian, sedangkan aku terhenyak di tempat seolah olah menjadi batu, gravitasi bumi mendadak seolah olah membesar dan perlahan bulir bulir bening keluar tanpa di perintah.

Tanganku bergetar saat akan mengambil berkas berkas itu, dan aku bilang "sensei, bisakah aku mengambil yang lain, ini terlalu berat untukku"

"Apa maksudmu Liana-chan ?, Kau hanya perlu memisahkan mereka saja, ini sangat mudah. Kyoushi sangat percaya padamu"

"Lantas bagaimana dengan anaknya ?!" Tanyaku sedikit berteriak dengan air mata yang tidak mau berhenti.

"Kau tidak perlu memikirkan hal itu, kau hanya perlu memisahkan mereka saja. Sudahlah Liana-chan, jangan terlalu terbawa suasana" ucap dosen pembimbingnya itu.

"Memisahkan ?, Bukankah itu tidak terlalu jahat ?, Bukankah mereka dulu saling mencintai ?, Lalu kenapa akhirnya berpisah ?, Bukankah mereka sudah berjanji akan bersama seumur hidup di ikrar pernikahan yang sah dan di saksikan seluruh orang yang hadir saat itu ?. Mengapa---" ucapanku langsung di potong oleh dosenku.

"Liana-chan, kau hanya perlu menyelesaikan ujianmu. Itu saja" perintah dosennku lagi dengan memberikan berkas berkas itu.

"Saya tidak akan bisa mengambilnya sensei, sumimasen" kataku dengan menunduk.

"Wakatta, jika kamu tidak mengambil ini. Maka kamu harus menunggu kelulusanmu di semester berikutnya"

Aku hanya mengangguk lalu membungkukkan badan dan mengundurkan diri begitu saja, berjalan menaiki udakan tangga menuju rooftop gedung besar ini.

Apakah aku menyesal ?, Sebenarnya sih iya, hanya saja..... Ah sudah seperti ini saja aku sudah senang loh. Karna banyak temanku yang lain (yang lulus duluan) mereka masih menganggur begitu saja.

Lagi pula....

Sejujurnya saat itu, aku langsung teringat saat aku kecil, bagaimana orangtuaku berteriak di hadapanku dan aku yang masih berumur 7 tahun dan saat itu pula aku melihat bagaimana ibuku yang berkemas dengan terburu buru meninggalkanku begitu saja.

Mengingatnya lagi, jadi sakit ya....

Ya, begitulah....

Aku anak tunggal, tapi kini kedua orangtuaku sudah memiliki kehidupan masing masing dan memiliki anak masing masing, aku dulu ikut ayah sampai aku pergi ke negara ini.

Sedangkan ibuku ?, Aku bahkan lupa ucapan lembut dan pelukan hangat itu.

Setelah pintu kereta terbuka, segera aku merapikan lengan dressku dan berjalan dengan terburu buru membuat rok dress yang aku pakai berkibar, dan tanpa sengaja....

Indifferent Prosecutor Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang