Bentar bentar, setel lagu hal terindah seventeen (langsung Reff)
"KHANZA !!"
Teriakan itu membuatnya menoleh.
Suara yang sangat familiar di telinganya, sosok yang sangat ia rindukan dan ia sayang kini ada di hadapannya dengan wajah tersenyum bahagia padanya.
Tanpa babibu lagi, dirinya berlari lalu...
Grep
Khanza menumpahkan air matanya dan memeluk ibunya dengan sangat erat, seolah olah tidak boleh ada yang memisahkan mereka.
"Bunda... gak boleh pergi dari Khanza" lirihnya.
Tubuh itu bergetar hebat dengan sesegukan yang terdengar jelas di telinganya, apakah anak ini mendengar soal berita kecelakaan pesawat itu ?.
Ah ya ampun
Tangan kurus itu perlahan ikut membalas pelukan anaknya, mengusap usap lembut berusaha menenangkan.
Sepertinya akan lama, tapi tak masalah selama seminggu dirinya juga sangat merindukan seorang anak yang tengah memeluknya ini.
"Maafin bunda, karna udah bikin Khanza khawatir" tidak ada jawaban, hanya saja anak itu semakin mendekapnya dengan erat dan hangat.
Lalu, Sakura ikut memeluk ibu dan anak yang tengah berpelukan itu.
Yuta dan Asahi yang melihatnya hanya bisa tersenyum.
_______________________"aku tidak menyangka, ternyata memang benar ada hubungan ibu dan anak yang hanya berbeda 11 tahun dan itu adalah seorang gadis dengan seorang anak laki laki" ucap Asahi pada Yuta yang tengah mengemudi.
Kini mereka tengah menuju arah jalan pulang.
"Ahaha, aku bahkan pernah tidak percaya soal hubungan itu" lanjut Yuta dengan memegang bahu Asahi yang duduk di sampingnya.
"Yah... Ternyata hubungan yang terikat dengan baik, tidak harus hubungan darah" lanjut Sakura di belakang dengan melihat anak yang tengah tertidur dan kepalanya berada di pangkuan gadis di sebelahnya.
"Ah..... Aku jadi teringat peristiwa itu" ucapnya dengan menyingkirkan anak rambut nakal di dahi anaknya.
Flashback on
Juli 16, 2011
"Ya baiklah aku akan segera kesana, berhentilah mengomel !" Kelakar seorang gadis dengan dress musim gugur panjangnya sambil melihat lampu hijau untuk pejalan kaki.
Mematikan telfonnya dan berjalan di atas zebra cross tersebut.
Ini sudah malam, dan dirinya terpaksa harus putar balik berjalan menuju kampus karna ada sesuatu yang harus di selesaikan malam ini juga.
Tinnn
Tiba tiba mobil truk dengan kecepatan tinggi menyorot ke arahnya.
Ntahlah kenapa saat itu juga dirinya tidak bisa bergerak, seolah olah takdirnya itu mengatakan bahwa Tuhan sudah sangat merindukannya.
Dirinya sudah pasrah dengan terus menatap cahaya itu tanpa berkata apa apa, hanya diam namun...
Brukk
Srakk
Brakk
Mobil truk itu terguling, menabrak seorang wanita yang tadi mendorongnya hingga jatuh terduduk, jalan Ini sedang sepi dan dia hanya melihat anak laki laki berumur tujuh tahun menangis dengan berjongkok di seberang jalan sana sambil menatap nyalang wanita yang sudah bersimbah darah yang telah menolongnya itu.
Menghiraukan rasa sakitnya dan berusaha bangun walau masih terasa lemas, dirinya mendekat ke arah anak itu.
"Ibu...."
Hanya panggilan itu yang ia dengar, segera berjalan lebih dekat dan...
Grep
Dirinya mendekap hangat anak tersebut untuk menenangkan dan juga dirinya langsung memanggil Asahi yang tengah menjalani masa job hunting sebagai detektif disana.
Anak itu masih terus menangis dengan mengikut sertakan boneka monyetnya untuk di peluk olehnya, dia tidak ingin menanyakan apapun karna sudah jelaskan ?.
Flashback off
"Tidak ku sangka ya, anak tujuh tahun yang ku peluk saat itu sudah sebesar ini" katanya dengan tersenyum dan tangan yang memegang rahang tegas anaknya.
Wajah Khanzalah yang tengah tertidur, sangat damai di lihatnya.
"Ternyata kau benar benar sudah menjadi seorang ibu ya, aku iri" ucap Sakura dengan menatapnya.
"Menikahlah dengan Asahi, kalian itu cocok loh. Dia sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri"
"Tidak, kami akan banyak bertengkar" tolak Asahi, pelan.
Mendengar hal itu, Asahi langsung berbalik membenarkan posisinya menghadap gadis itu "kau menganggapku kakakmu ?"
"Eum, tentu saja. Aku kan pernah bilang bahwa aku ingin memiliki kakak laki laki, dan kau juga saat itu bilang anggap saja aku kakak laki-lakimu begitu"
Asahi terhenyak sejenak hingga senyuman hangat itu muncul seketika "baiklah, aku akan menjadi seperti seorang kakak laki laki yang menjaga adik perempuannya" katanya dengan menatap lekat dan dalam mata Gistara, si empunya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
_______________________Nada dering ponselnya berbunyi di jam 01:45 AM.
"Shotaro ?"
"....."
"Hey kau, bisakah jika tidak bisa tidur jangan menggangguku ?, Bisakah kau--"
"....."
"Aku baik baik saja, kecelakaan pesawat tidak menimpaku. Jelaskan ?"
"....."
"Boleh aku tidur sekarang ?"
"....."
"....."
"Berbicaralah..." Suruhnya
"....."
Panggillan di matikan olehnya, dan kembali tertidur.
___________________________"Bunda...."
"Nda....."
"Nda...."
Panggilan yang berkali kali itu membuatnya yang sedang menyiapkan sarapan harus mendekat ke kamar putranya.
Di lihat rambut berantakan, mata yang tengah menangis dan wajah yang mengenaskan terlihat di sana, (dia masih tujuh tahun ternyata, bukan tujuh belas tahun) ungkapnya dalam hati.
"Nda..... Tadi-- aku--"
Perlahan Gistara mendekap hangat tubuh kekar itu, pasti kecelakaan pesawat itu terbawa mimpi anaknya dan dirinya pasti tengah berada di sana, itu sebabnya anak itu menangis.
"Sst... Udah bunda di sini kok, lagi meluk Khanza" anak laki laki itu membalasnya lalu menghapus kasar air matanya.
"Udah selesain dulu nangisnya, bunda tungguin nih. Habis itu sarapan" katanya dengan terus memeluk.
"Ini bukan mimpi kan nda ?, Kalo mimpi Khanza harap jangan ada yang bangunin Khanza sekarang" Gistara terus memeluknya dengan memejamkan mata dan tersenyum.
(Eum... Dia masih tujuh tahun. Badan ini cuman buat pelindung dari orang jahat) monolognya lagi dalam hati.
"Udah nda, ini baru jam lima kurangkan ?, Khanza mau sholat dulu" Gistara melepaskan pelukan itu lalu membiarkan anak itu pergi untuk berwudhu, ia sendiri lupa akan hal itu karna sedang tidak sholat.
Dirinya berjalan menuju dapur untuk mengambil mug berwarna coklat dengan gambar boneka Teddy lalu membawanya ke balkon, dan meminumnya di sana.
Ah... Dirinya sedang tidak memakai hijab kali ini, lagi pula ini masih gelap jadi seandainya ada yang lewat pasti tidak terlalu jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indifferent Prosecutor Girl [Completed]
Ficção AdolescenteJepang, Tokyo Untukmu, laki laki dengan wajah manis yang mungkin pernah ku temui sebelumnya, aku tidak perlu repot-repot merebut kamu dari tuhanmu, tapi aku akan memperkenalkan Tuhanku kepadamu. Aku pernah berdoa pada Tuhan, meminta untuk di pertemu...