"Aku bahkan pernah merasa bahwa aku tidak pantas untuk siapapun" kalimat itu terlontar begitu saja, Gistara biasanya berbicara seperti ini hanya untuk orang terdekat saja.
"Aku tahu bahwa kita semua berhak menyukai siapapun, bahkan menyukai seseorang yang kalau di pikir pikir tidak masuk akal untuk di sukai. Karna lagi lagi perasaaan kita punya cara kerjanya sendiri yang tak harus kita mengerti, tapi juga tidak harus selalu kita turuti kehendaknya" jedanya, dengan meminum ice drink redvelvetnya.
Ia lalu menatap awan siang ini yang cukup indah untuk di potret, "harusnya aku tidak boleh terlalu jatuh menyukainya, harusnya aku tidak melanjutkan perasaan perasaan itu, harusnya-- aahh... Apa lagi cinta dalam diam, diam diam mengagumi, diam diam mencintai lantas di kemudian hari..... Diam diam patah hati" gadis itu lalu menghembuskan nafas beratnya.
"Tapi... Jika kita tidak pernah mencoba, bagaimana kita tahu ?" nada ini seperti sedang berbicara dengan diri sendiri namun orang di hadapannya bisa mendengarnya.
"Menjadi dewasa memang tentang menerima bahwa yang kita suka tidak seharusnya menjadi milik kita ya..." Pernyataannya itu membuat laki laki itu terdiam sedangkan dia langsung mengambil benda pipih miliknya di atas meja dan memotret awan dengan langit biru itu.
"Nona kau tau, di cintai itu batas paling bawah" Gistara berhenti menyedot minuman strawberry cheese miliknya.
"Pastikan bahwa nona di hormati, di dukung, di banggakan, di inginkan dan di lindungi" Katanya dengan tersenyum.
"Ahh benar juga, sepertinya aku harus mempelajari hal ini lebih dalam lagi"
"Nona tidak perlu repot repot mencari orangnya, karena orang itu sudah ada di hadapan nona sendiri" Katanya dengan bangga.
Gistara lalu menoleh ke kanan dan kirinya "siapa memangnya ?" Tanyanya kebingungan.
"Tentu saja aku" Katanya dengan bangga, belum juga Gistara berucap dia langsung melanjutkan ucapannya, "jadi, ayo kita menikah" Ajaknya.
"Hah ?!"
Tiba tiba otak Gistara menjadi disconnected sekarang.
"Iya, ayo--"
"Hey kau, menikahlah dengan wanita yang baik. Aku sudah punya anak" jelasnya.
"Itu bukan anak nona, dia adalah anak orang lain. Nona merawatnya karna orangtua dari anak itu telah menyelamatkan nona dari kecelakaan lalu lintas. Saat nona bilang bahwa umurnya delapan belas tahun dan saat aku melihatnya memakai seragam SMA sambil menggenggam tangan nona, aku agak terkejut. Namun aku mengesampingkan hal itu"
"Umur nona masih dua puluh delapan tahun, dia dan nona hanya berbeda sebelas tahun. Memangnya ada orangtua kandung yang hanya berbeda sebelas tahun dengan anaknya sendiri ?"
Gistara langsung terdiam, bingung akan ucapan apa untuk bisa menyergah laki laki ini.
Jika ini di persidangan, ia rasa ia akan kalah.
"Be-- benar, tapi aku tidak menyukaimu" ucapnya dengan menatap ke arah lain.
"Rupanya nona berusaha keras untuk tidak mencintaiku" Shotaro lalu mendekatkan wajahnya hingga mereka hanya berjarak dua jengkal saja "wajah nona terlihat sangat tidak nyaman"
"Tidak" katanya tak mau kalah dan menatap sengit tanpa memundurkan wajahnya sedikitpun.
"Jika nona mau berbohong dengan jarak sedekat ini, kontrol dulu rona wajah nona, lihat... benar benar merah sekarang"
Lantas gadis itu langsung menjauhkan wajahnya, walaupun yang mendekat adalah laki laki di hadapannya "lupakan saja, aku akan menatapmu seperti elang yang mengejar ayam !" Tukasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indifferent Prosecutor Girl [Completed]
Teen FictionJepang, Tokyo Untukmu, laki laki dengan wajah manis yang mungkin pernah ku temui sebelumnya, aku tidak perlu repot-repot merebut kamu dari tuhanmu, tapi aku akan memperkenalkan Tuhanku kepadamu. Aku pernah berdoa pada Tuhan, meminta untuk di pertemu...