Janggal

12 1 0
                                    

Saat dirinya berhenti di halte bis depan sekolah anaknya, matanya menangkap sesuatu yang janggal, ada seorang laki laki berpakaian hitam dan juga memakai kacamata hitam, yang satunya memakai topi hitam dan masker.

Pergerakannya sangat mencurigakan, membuatnya memicing untuk menajamkan penglihatan.

Pagi ini banyak orang yang pergi bekerja dengan sibuk, jadi orang orang cuek, mungkin bisa di bilang hanya ia saja yang melihat kejadian ini.

Ntah obrolan apa yang di lakukan dua orang itu dengan plastik berwarna hitam, hingga tak sengaja isinya jatuh sedikit dan tanpa menyadari hal itu satu orang pergi saat mobil hitam berhenti menutupi kedua orang itu.

Setelah mobil tersebut melesat pergi, kini tertinggal laki laki yang memakai kacamata hitam dan ikut pergi dengan sedikit tergesa gesa.

Tanpa pikir panjang, dirinya menyebrang jalan begitu saja dan melihat dari dekat sesuatu yang jatuh tadi "ganja ?"

Mengaktifkan ponsel dan mengambil gambar lalu mengirimkan itu pada Yuta dan Asahi tak lupa plat nomor mobil itu.

Lalu menelfon keduanya secara bersamaan, segera di angkat oleh keduanya "sudah lihat gambar yang ku kirim ?"

"....."

"....."

"Aish... Cepatlah lihat dan lacak plat nomor mobil itu, ak--- em...." Kain lembut itu menutup pernafasannya hingga kesadarannya berkurang.

Untungnya gadis itu berhasil mengantongi ponsel miliknya, namun sebelum itu ia mengecilkan suara lainnya, bahkan telfon dari kedua temannya belum ia matikan.
_______________________

Gadis itu tersadar saat merasakan tangan yang diikat dengan posisinya yang terduduk dan memakai penutup mata, pantas saja ini gelap, dia kira ini sudah Maghrib.

"Bos kau sudah datang" ruangan itu menggema karna sahutan seseorang.

Gistara merasa nafasnya mulai sesak, namun harus tetap tenang.

"Tentu, siapa dia ?"

Tunggu, suara ini terdengar sangat familiar di telinganya, ia bahkan seperti hampir setiap hari mendengarnya. Tapi... Siapa ya ?

Ia benar benar sangat mengenal suara ini loh...

"Tidak tahu, hanya saja saat bertransaksi dengan customer dia terus melihat pergerakanku. Dan setelah itu ntah mengambil gambar apa lalu menelfon seseorang"

"Tunggu, menelfon seseorang ?, Di mana ponselnya ?"

Deg

Deg

Deg

Debaran jantungnya berdebar kencang, ia takut orang orang yang berada di ruangan itu mendengarnya.

(Ya Allah, aku rela meninggal detik ini juga asal jangan di apa apain sama mereka) lirihnya dalam hati dan mulai menahan tangis dan panik.

"Saat aku mengangkatnya, ada sesuatu yang jatuh namun ku hiraukan"

Dukk

Terdengar suara pukulan menggunakan barang yang sepertinya cukup keras di kepala, "maafkan aku bos, aku benar benar--"

"Sudahlah diam !" Katanya, laku suara langkah kaki mendekat ke arahnya.

Gistara masih dengan posisi kepala menunduk, dan seketika wajahnya terangkat karna seseorang dengan tangan kasar itu memegang dagunya.

"A-- apa ?" Pria itu seperti terkejut, lalu kembali memposisikannya ke semula lagi.
__________________________

"Lacak nomor mobilnya !, Dan kau lacak ponsel milik Tara berada" seru Yuta lalu mencari Asahi.

"Hey, kemarilah" Yuta lalu mendekat ke arah Asahi.

"Jika sudah terlacak, kau dengan yang lain ke tempat mobil itu berada"

"Tapi, Tara-- bagaimana jika kita berdua yang mencarinya dengan anggota lain. Selebihnya biarkan mereka menangkap komplotan pengedar ganja itu"

"Ide yang bagus"

"Tuan, kami sudah menemukannya !" Teriakan dari salah satu anggota detektif, membuat keduanya berlari mendekat.
_______________________

"Ah..... Ternyata kau jaksa yang menjengkelkan itu ya ?" Tanya pria berpakaian preman, sepertinya bos dari anak buah yang tengah menontonnya.

Tapi bukan bos besar yang tadi terkejut saat melihat wajahnya.

Dirinya hanya menatap laki laki di sana dengan tatapan datar, walaupun detak jantungnya berdebar kencang karna panik dan takut.

"Kau tau apa kesalahanmu ?" Tanya pria itu lagi, dirinya masih terus memperlihatkan muka temboknya itu.

"Kotaero baka !!"

Bughh

Wajahnya di tendang, lebih tepatnya pipi mulusnya di tendang sampai bibir tipis itu mengeluarkan darah dan mimisan.

"Hhh..." Gistara menyeringai dengan menatap si pelaku.

"Kau tau, aku bisa menyiksa dan menyakitimu sekalipun kau wanita !!"

Bugh

Wajahnya kembali di tendang hingga membuatnya jatuh limbung ke samping.

"Hey kau, berbicaralah..." Suruh ketua markas.

Bugh

Ia melotot terkejut karna perutnya di tendang.

Bugh

Ia lalu memejamkan matanya dan berusaha menahan.

Bugh

Uhuk

Uhuk

Dirinya terbatuk, ini benar benar sakit.

Ia rasa semua organ di dalam perutnya akan mengalami gangguan.

"BERBICARALAH OI !!"

bugh

Bugh

Dirinya tidak tahan lagi, bulir bening itu meluncur dengan deras begitu saja di pipinya.

Kali ini pria itu mengambil kursi yang tadi di duduki dan

Brakk

Perlahan semuanya menggelap, pria tadi memukul kepalanya menggunakan kursi, tapi ia masih bisa mendengar suara bisikan anggota yang lain.

Dirinya yakin, tidak lama lagi ia akan melihat malaikat yang penuh perhatian itu, siapa lagi kalau bukan malaikat pencabut nyawa yang menjemputnya, dirinya bahkan akan sangat terbawa perasaan jika malaikat itu memiliki wujud pangeran tampan saat melihatnya 70x dalam sehari. Namun....

Dor

Dor

"JANGAN BERGERAK, TEMPAT KALIAN SUDAH KAMI KEPUNG"

Tunggu, ia seperti mengenal suara ini.

Brakkk

Terlihat di sana seseorang dengan baju ala preman tengah memegang pistol membuka pintu ruangan yang berdebu tersebut.

"ANGKAT TANGAN !" teriak Yuta emosi saat melihat dirinya terkapar penuh luka dan babak belur.

Asahi yang baru masuk langsung panik dan mendekat "Tara !, apa yang terjadi padamu ?, Apa yang mereka lakukan padamu !" Tanyanya dengan mentap nanar ke arahnya yang sudah babak belur dan mengangkat setengah badan itu ke pangkuannya lalu mengelap luka di pipi, hidung yang mimisan, pipi yang lebam dan darah di bibir yang bertambah lebar dan tak mau berhenti dan bagian mata yang ikut lebam juga.

Gadis ini di pukuli.

"Kepala... Kepalaku..."

"Iya, kepalamu kenapa ?"

"Kursi... sa..ngat sakit..." setelah mengatakan itu kesadarannya habis dan ia benar benar tak sadarkan diri.

Asahi panik setengah mati dan dengan cepat melepas ikatan tangan gadis itu.

"Jangan pernah sekali lagi untuk menangani ini, kau itu jaksa penuntut bukan jaksa penyelidik. Kau ada di persidangan, bukan di TKP !"

Indifferent Prosecutor Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang