Yang di atas Castingnya Sidqi ya....
"Sampai kapan dia akan tidak sadarkan diri seperti ini ?, Oh ya ampun. Ini sudah satu hari terlewat dan dia masih seperti ini ?, Ku yakin dia--" gerutuan laki laki itu tidak di lanjut karna pergerakan tangan yang pelan namun pasti oleh gadis yang berusaha membuka matanya di brankar tersebut.
Bergegas dia memanggil dokter lewat telfon, "dok, pasien dengan nomor kamar 49 mulai ada pergerakan, bisakah kau kemari untuk memastikannya ?"
Takk
Telfon di matikan, dan tak lama kemudian seorang dokter dengan rambut yang sudah memutih itu memeriksa gadis yang tengah kebingungan tersebut.
"Ah..... Baiklah dia sudah sadar, itu sangat bagus. Untung wajahnya tidak apa apa" ucap dokter tersebut pada laki laki itu.
"Aku... Masih... Hidup ?" Tanya gadis itu dengan tangan yang terangkat, walaupun infusan masih tertempel di sana.
"Ya, ya... Kau masih hidup" balas laki laki itu kesal, sang dokter hanya tersenyum melihatnya.
"Tapi dia tidak amnesiakan dok ?" Tanya laki laki itu lagi.
"Ah... Tentu tidak. Dia pasti ingat rumahnya" setelah mengucapkan kalimat itu, sang dokter langsung keluar, kini tersisa mereka.
"Kenapa kau dan aku bertemu lagi sih ?"
Gadis tersebut melirik dengan lemah ke arah laki laki itu, dia hanya bisa menghembuskan nafas.
"Lain kali menyetir lah yang--"
"Aku yang seharusnya bilang seperti itu... Padamu, kau... Yang menerobos lampu merah saat malam dan tengah hujan deras" katanya cuek dengan nafas yang masih kurang baik, sepertinya.
"Berliana Gistara, aku bisa meninggalkan mu sendirian di sini loh"
"Maka tinggalkanlah, aku tidak membutuhkan mu. Uangmu yang sudah kau buang cuma cuma untuk membayar rumah sakit ini, akan langsung ku transfer sekarang juga" jelasnya lalu mencoba duduk, laki laki itu hanya diam dan mendekat.
Niat hati ingin membantu, tapi malah di tolak mentah mentah.
Lalu ponsel miliknya berdering, tangannya yang pendek berusaha mengambil ponsel itu di nakas namun....
Prakk
Layar ponsel dengan wajah anaknya itu pecah, ia memejamkan mata.
Dering telfon itu dari anaknya juga, "bisakah kau menolongku ?"
"Katanya tadi tidak perlu"
"Ck" dirinya berdecak kesal lalu menurunkan kakinya untuk mengambil ponsel dan menerima panggilan anaknya, namun langsung di hentikan karna laki laki itu langsung memberikan benda pipih yang sudah pecah itu.
"....."
"Eum... Bunda juga"
laki laki itu terkejut saat Gistara mengucapkan kata bunda tersebut.
"....."
"Iya, bunda baik baik aja di sini, kamu kenapa tiba tiba nanya itu ?" Tanyanya dengan tenang, tapi hatinya panik setengah mati.
"....."
"Iya, bunda usahain pulang besok buat Khanza"
"....."
"Bunda juga sayang..."
Panggilan di matikan, untung anaknya tidak curiga.
"Kau itu masih sakit, bagaimana bisa kau--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Indifferent Prosecutor Girl [Completed]
Teen FictionJepang, Tokyo Untukmu, laki laki dengan wajah manis yang mungkin pernah ku temui sebelumnya, aku tidak perlu repot-repot merebut kamu dari tuhanmu, tapi aku akan memperkenalkan Tuhanku kepadamu. Aku pernah berdoa pada Tuhan, meminta untuk di pertemu...