Malam ini angin sangat sejuk menerpa dua insan yang tengah berjalan beriringan tersebut.
"kau tau, suasana seperti ini aku jadi merindukan kakak beradik itu" kalimat itu terlontar secara tiba tiba dari mulutnya dengan menenteng belanjaan tadi, karna Gistara selesai dari mini market dan tanpa sengaja bertemu laki laki itu.
Siapa lagi kalau bukan Shotaro ?
"Kakak beradik ?" Beonya.
"Iya, saat itu aku berumur 15 tahun dan rumahku akan di renovasi" jawabnya dengan tersenyum senyum sendiri melihat jalanan di depannya.
"Uh, lalu ?" Tanyanya dengan berjalan sambil menatap wajah perempuan di sampingnya dari dekat.
"Aku di suruh mengantarkan makan untuk mereka, kuli bangunan itu ada empat. Dua bapak bapak, dan dua lagi mereka yang lebih tua empat atau lima tahun dariku. Kau tau, wajah mereka seperti visual novel yang sering di ceritakan teman temanku tau" katanya dengan senyum yang terus mengembang.
"Aku menyukai kakaknya, tapi nada bicara kakaknya bersikap agak kasar terhadapku mungkin karena dia tau aku menyukainya" kali ini wajahnya dengan menunduk lesu.
"Sore wa hontōdesuka ?" Tanyanya tidak percaya.
Gistara mengangguk, membuat Shotaro menahan senyum karna hal itu.
"Aku bertemu dia juga karna harus mengantarkan makanan, jika tidak untuk apa aku kesana" jedanya.
"Jika aku menyukai seseorang, aku akan lebih suka melihatnya dari kejauhan secara diam diam, aku lebih bahagia di banding harus berdekatan atau membuka topik pembicaraan dengannya" jelasnya.
"Aa, sou..."
"Tapi setelah kejadian itu, setelah dia selalu berbicara dengan nadanya yang tak suka, aku jadi tidak mau mengantarkan makanan itu lagi saat di suruh mamah"
"Nona, apakah kau bilang pada ibumu bahwa--"
"Tentu saja aku bilang, tapi ibuku malah menertawakan kebodohanku, aish..... Sudahlah, Saat itu memang aku yang salah" gerutunya.
"Saat itu hanya ada aku dan dia di rumahku yang sedang di renovasi, dua bapak bapak kuli bangunan tengah melihat rumah yang ayahku inginkan di rumah pamanku. Sedangkan adiknya ?, Adiknya tengah ke warung" Shotaro hanya mengangguk.
"Aku bertanya bahwa kemana ibuku, kok tidak ada karna saat orangtuaku pergi aku tengah tertidur. Dia yang tengah menyesap rokoknya menatap ke arahku dengan tidak suka dan bilang bahwa dia tidak tahu dengan nada dinginnya lalu menghembuskan asap rokok itu dengan kesal. Aku yang alergi asap rokok langsung menjauh dari sana" jelasnya.
"Sorekara, kenapa nona menyukai kakaknya yang jelas jelas sudah berniat dengan nada seperti itu pada nona ?"
"Aku tidak tahu, kenapa kau bertanya itu padaku ?" Tanya Gistara agak kesal.
" Padahal adiknya berkulit putih, humble, easy going, jika melihatku wajahnya berubah menjadi ekspresi bingung. Aku tidak mengerti, kenapa ya ?, Padahal dengan sepupu yang tengah main di rumah, dia tersenyum ramah, tapi kenapa denganku tidak ?"
"Nona kesal hanya karna itu ?"
"Tentu saja, tapi kau tau kakaknya yang kulitnya agak kecoklatan dengan wajah dingin dan juteknya itu, saat tersenyum terlihat sangat manis. Aku benar benar tidak bohong akan hal ini, dia-- wah... Aku langsung melupakan dosa dosanya"
"Nona kau berlebihan"
"Aku tidak berlebihan, aku berbicara soal fakta dan setelah itu aku tahu arti definisi dari senyuman manis" jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indifferent Prosecutor Girl [Completed]
Roman pour AdolescentsJepang, Tokyo Untukmu, laki laki dengan wajah manis yang mungkin pernah ku temui sebelumnya, aku tidak perlu repot-repot merebut kamu dari tuhanmu, tapi aku akan memperkenalkan Tuhanku kepadamu. Aku pernah berdoa pada Tuhan, meminta untuk di pertemu...