#Seventh

7K 450 3
                                    

P.s. Sebelumnya aku pengen ngucapin thank so much buat yang udah ngevote ceritanya aku, kalo ceritanya banyak gak jelas, ya dimaklumin aja soalnya penulis baru tapi buat yang merasa ceritanya menarik, gue mau bilang thank so much lagi! Tapi suka gak suka baca sih gak papa, aku tetep mau bilang thanks :)

Malam itu hanya suara hembusan napas pelan yang terdengar oleh Rianna. Ia sedang berbaring menyamping menghadap dinding di kamar Chaca sementara Chaca sendiri berada tepat di belakang bersama yang lain sudah tertidur pulas sejak tadi.

Sejak peristiwa di cafe Arial malam itu, ia merasa sulit tidur. Entah apa gerangan penyebabnya. Bayang-bayang bagaimana Arial menatap wanita cantik tersebut, tersenyum padanya bahkan mendekatinya untuk mencium bibirnya selalu berkelebat dalam benaknya.

Andai gue yang ada di posisinya si Leona itu, gimana rasanya ya? Tanya Rianna dalam hati

Ia mengubah posisinya menjadi tidur telentang. Matanya menatap atap kamar lekat-lekat tapi pikirannya kembali memutar kejadian tersebut. Seakan menyadari sesuatu, gadis itu segera menggelengkan kepalanya cepat.

Gila lo Rianna! Masa lo bayangin ciuman ama orang yang sejenis lo? Kata Rianna dalam hati

"Belum tidur?"

Rianna sedikit tersentak karena sebuah suara yang terdengar begitu dekat dari telinganya. Saat ia menoleh, Chaca sudah menyapanya dengan tatapan bertanya.

"Ehm..belum. Belum ngantuk, Cha."

Chaca hanya berdeham lalu menutup matanya.

"Cha?"

"Hmm."

Rianna menatap wajah Chaca di sebelahnya. Ia ingin sekali menanyakan sesuatu tapi rasanya ia sedikit ragu untuk mengungkapkannya. Namun setelah beberapa saat lamanya, ia pun memutuskan untuk mengatakannya saja.

"Cha? Gimana rasanya ya kalo punya pacar?" Tanyanya dengan suara kecil. Takut mengganggu yang lainnya.

Tiba-tiba Chaca membuka matanya dan menatap Rianna dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gimana rasanya?"

"Ya..gitu deh."

Akhirnya Chaca tertawa kecil. "Baru kali ini gue denger lo mau bicarain masalah pacar. Kenapa? Kesambet?"

"Emang aneh banget apa? Gak usah lebay deh responnya."

"Iya deh, gak aneh kok." Chaca terdiam beberapa saat lamanya seperti sedang memikirkan sesuatu. "Rasanya nyenengin."

"Masa?"

"Coba aja kalo gak percaya."

"Makanan kali dicoba-coba. Lagian gue cuma nanya doang, gak ada niatan lain. Punya pacar? Gue masih belum kepikiran." jelas Rianna berbohong. Sebenarnya sudah lama ia mengidamkan seorang kekasih, hanya saja hingga detik ini ia masih belum menemukan yang benar-benar masuk akal baginya. Terutama bagi hatinya.

"Boong." Balas Chaca lalu menutup matanya karena sudah tidak dapat menahan kantuknya.

^^^^^^

"Rial, gak kangen lo ama gue?" Tanya wanita cantik yang duduk di sofa di dalam rumah yang tidak terlalu besar kepada wanita yang berjalan ke dapur.

"Menurut lo?"

"Kangen kayaknya."

"Tuh, udah tau. Kenapa mesti diulang-ulang mulu." Suara Arial terdengar kecil dari ruang tamu rumahnya.

"Gak. Lagi pengen denger suara lo aja." Wanita bernama Leona itu beranjak berdiri dan melangkah menyusuri bagian-bagian rumah. Sudah lama ia tidak mengunjungi rumah tersebut.

Wanita menghentikan langkahnya ketika ia tiba tepat di depan sebuah pintu. Tangannya terangkat untuk membuka pintu tersebut namun tertahan karena sebuah tangan lagi menepis tangannya. Ia berbalik dan mendapati Arial sudah berdiri di belakangnya dengan tatapan tajam dari mata hazelnya.

"Mau ngapain?"tanya Arial datar.

"Pengen masuk liat kamar lo." Jawab Leona santai.

"Emang boleh? Kita ke ruang tamu aja kalo mau bicara. Ayuk!" Arial lalu berbalik dan pergi lebih dahulu dan diikuti Leona yang memonyongkan bibirnya. Kesal. Entah mengapa bahkan sejak mereka masih berpacaran hingga kini Arial tidak pernah mengizinkannya untuk memasuki kamarnya. Mengintip pun tidak.

"Emang apaan sih di kamar lo itu sampe gue gak pernah diizinin masuk, heh?" Tanya Leona lalu duduk di sofa panjang berwarna merah.

"Gak ada apa-apa. Ngomong-ngomong kerjaan lo gimana?"

Yang dituju pertanyaan hanya menghembuskan napas keras. Bertambah kesal karena menduga Arial sedang mengalihkan pembicaraan.

"Baik?" Arial menaikkan alisnya dan menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga.

"Yah, so far sih baik."

Selanjutnya Arial menyalakan tv dan tidak ada percakapan setelah itu. Matanya sibuk menatap layar tv di hadapannya.

"Rial, masih sendiri nih?" Mata Leona menatap wanita yang duduk di sebelahnya.

"Menurut lo?"

"Kayaknya udah punya lo."

Tidak ada jawaban dari Arial.

"Gak jawab artinya udah. Cie..siapa nih yang beruntung dapetin seorang Arial?" Tanya Leona sambil tersenyum.

Arial hanya menatap Leona sejenak lalu beranjak berdiri dan melangkah ke dapur kembali. "Apaan sih lo. Gak usah menduga-duga deh."

"Lo lari karena gak mau ketahuan, ya? Siapa sih orangnya? Ceritain ke gue dong!"

Tidak ada jawaban. Arial meneguk segelas air putih. Sebenarnya ia ingin menjawab bahwa ia masih sendiri hingga detik ini namun ia merasa begitu malas menanggapi semua pertanyaan wanita itu. Toh, jika wanita itu sampai mengira ia memiliki seseorang saat ini bukanlah kesalahannya karena tidak pernah sekalipun dirinya membenarkan dugaan wanita itu.

"Rial! Kok lo gak jawab? Beneran ya udah punya pacar."

Diam sejenak lalu wanita bermata Hazel itu menjawab, "Terserah lo deh." Tiba-tiba, entah mengapa melintas sosok orang yang sudah beberapa hari ini dikenalnya. Sosok Rianna yang terlihat cuek dan misterius itu. Ingatan lain pun menyusul. Ingatan tentang desiran aneh ketika kali pertama tangannya menjabat tangan gadis tersebut.

^^^^^^

Heart. MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang