#Twenty Six

4.9K 276 3
                                    

Ps. Part ini yang Arial-Rianna pake lo-gue beralih kamu-aku soalnya agak gimana gitu udah in relationship...
Happy reading! Jangan lupa bahagia~

Selepas berlibur beberapa waktu yang lalu, kini Arial kembali pada kesibukan lamanya.

Siang ini ia sedang berada di ruang kerjanya. Matanya sesekali melirik ponsel di atas meja kerja. Sejak semalam Rianna tak kunjung memberinya kabar. Saat ia meneleponnya pun ponsel gadis itu tidak aktif.

Rianna tidak pernah menelepon Arial lebih dulu. Semua Arial yang harus memulai. Kadang ia gemas sendiri memikirkan sikap pasif Rianna. Berbanding terbalik dengan Leona. Ia wanita yang benar-benar agresif.

Tiba-tiba terdengar sebuah ketukan di pintu.

"Ya?"

Lalu pintu terbuka dan seorang karyawan muncul dengan senyumnya. "Miss lagi sibuk?"

"Gak kok. Kenapa?"

"Ada yang pengen saya omongin."

^^^^^^

Rianna Pov

"Udah kelar, Na?" Nutfah, sahabatku itu memandangiku dari kepala hingga ujung kaki ketika aku menghampirinya di kantin kampus.

"He-em."

"Beberapa hari ini lo keliatan manis banget, Na. Ih, udah sering make rok lagi." Ia nyengir setelah itu.

Aku berdeham. Mengingat kebiasaanku memakai celana ke kampus.

"Yang lain mana? Masih ada kelas, ya?"

"Iya kali. Gue nanya di group gak ada respon. Yang read cuma satu, paling itu lo."

Aku tertawa.

Sejak tadi aku sengaja menonaktifkan ponsel. Baru ketika selesai kelas tadi aku mengaktifkannya kembali. Secara otomatis pemberitahuan beruntun muncul di layar ponselku. Semuanya nyaris dari Arial.

Aku memutuskan meneleponnya balik.

"Halo?" sapa suara di ujung sana.

"Ini Rianna."

"Iya udah tau. Gak usah dibilangin nih nama kamu di hape aku." Arial tertawa.

"Kenapa nelpon?"

"Kenapa?"

"Iya, kenapa? Ini baru kelar kuliah."

"Kamu tuh, ya. Jawabnya gak manis mulu."

"Emang udah dari dulu begitu." kataku sambil melirik Nutfah yang terdiam memandangku.

"Ya udah. Udah kelar kan? Sekarang aku jemput, ya?"

"Iya tapi pengen...bentar--"

Sambungan telepon terputus. Arial selalu seenaknya tapi meskipun begitu aku selalu terima saja perlakuannya.

"Yaa, lo bilang dong kalo udah jadian."

Aku tercekat. Apa Nutfah juga sudah tahu? Sejak kapan?

"Kak Yasa, ya?"

"Bukan. Gak ada!"

Kulihat Nutfah tersenyum lebar sambil memiringkan kepalanya lalu kedua alisnya naik turun. Aku menatapnya dengan tatapan 'ada apa?!'

"Betapa jodohmu tak kemana, nak."

Aku menoleh. Orang yang baru saja dibicarakan tiba-tiba sudah melangkah menghampiri kami. Yasa. Lelaki yang tiga semester di atasku dengan fakultas yang sama. Seperti biasa rambut gondrong sebahunya yang terlihat sedikit messy bergoyang.

Heart. MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang