#Tenth

7.1K 408 7
                                    

Saya suka sama kamu.

Itulah kata-kata yang sudah kesekian kalinya telah disebutkan oleh si pemeran wanita dalam sinetron yang ditonton gadis tersebut. Sebenarnya sejak dari tadi ia tidak fokus kepada program tv di hadapannya. Matanya memang memandang ke sana tapi tidak dengan pikirannya.

Pikirannya sibuk dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah diinginkannya. Seperti "Apakah gue suka sama Arial?", "Apakah gue pengen banget diperhatiin lebih sama Arial?" dan berbagai pertanyaan lainnya.

Beberapa hari ini, ia sadar sikapnya mulai aneh. Ia akan senang jika wanita itu memandangnya, mengajaknya bicara, memberi perhatian lebih, atau memegang tangannya. Kesal dan gelisah jika wanita tersebut tidak sempat meneleponnya atau sekedar memberi pesan basa-basi yang menurutnya terdahulu adalah pesan orang alay.

Kali ini ia merasa senang bukan main. Arial mengajaknya untuk mengunjungi sebuah tempat dan sebentar lagi wanita itu akan tiba. Sambil menunggu kedatangannya maka Rianna memilih untuk menyalakan tv meski ia sendiri tahu fokusnya telah teralih.

Tiba-tiba bunyi klakson terdengar dari luar kosannya. Cepat sekali ia mematikan tv berukuran kecil itu dan membuka pintu. Tepat di hadapannya, Ia disapa oleh wajah cantik Arial di balik kemudi yang tengah menatapnya sambil tersenyum.

"Pagi manis. Udah siap kan? Yuk, masuk."

"Pagi." jawab Rianna malu-malu. Segera ia duduk di sebelah Arial yang masih setia memandangnya, membuat ia merasa sedikit risih.

Mobil pun melaju mulus di jalan raya. Tidak ada yang bersuara, hanya suara deru mobil yang halus dan musik jazz yang menemani keduanya. Keadaan seperti itu malah membuat Rianna semakin tidak mampu mengontrol debar jantungnya.

Ia menoleh pada Arial yang sibuk menatap ke depan. Takut-takut jika wanita itu mendengar debaran jantungnya yang keras.

"Kenapa liatin gue kayak gitu?" Arial memecah keheningan tanpa membalas tatapan Rianna.

Cepat gadis itu mengalihkan tatapannya. "Gak papa."

"Kangen?"

Wajah Rianna merona seketika. Ia semakin menjauhkan wajahnya dari jangkauan pandangan Arial.

"Kok gak dijawab sih?"

"Kita pengen kemana, Rial?"

Terdengar helaan napas ringan Arial sebelum ia menjawab pertanyaan Rianna. "Gue gak bisa bilang. Nanti lo liat sendiri kalo kita udah nyampe di sana."

"Janji tempatnya keren, ya?" Rianna menoleh pada Arial.

"Janji manis." Ia membalas tatapan gadis di sebelahnya itu dan berhasil mendapatkan momen yang langka baginya. Rona merah terbentuk di kedua pipi gadis tersebut.

Sekitar 20 menit kemudian, keduanya tiba di depan sebuah bangunan sederhana. Rianna keluar dari mobil dengan kening berkerut samar. Tidak mengerti tempat apa yang sedang mereka tuju itu.

"Gimana?"

"Gimana apanya?"

"Tempatnya."

"Ehm..ini tempat apaan?"

Arial tersenyum, ia tahu sekali apa yang disukai gadis tersebut. Tanpa berkata apa-apa ia meraih dan menggenggam tangan gadis itu dan menuntunnya masuk.

Rianna terdiam untuk beberapa saat lamanya ketika telah memasuki gedung tersebut. Tidak seperti yang tampak pada bagian luar gedung, di dalamnya ternyata tidak sesederhana seperti bagian luarnya tersebut. Di dalam gedung terpampang berbagai lukisan yang ditata sedemikian rupa. Ditambah aksesoris dan perabot ruangan yang simpel nan unik. Menambah kesan begitu menarik bagi penikmat seni yang berkunjung.

Heart. MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang