My river runs to thee.
Blue sea,
wilt thou welcome me?
My river awaits reply.
Oh! sea, look graciously.I'll fetch thee brooks
from spotted nooks.
Say, sea,
Take me!(My River, Emily Dickinson)
__________________________
Rianna PovYah, seperti biasanya. Jika hari sudah menjelang petang--tanpa jadwal kuliah yang padat pula--aku suka menghabiskan waktu duduk di lantai teratas kosan dan tepat berhadapan dengan momen tenggelamnya matahari.
Yah, beberapa bangunan tinggi membuat usahaku untuk menikmati senja seperti itu terasa sedikit tidak mudah.
Feby--teman kosan yang kamarnya berdampingan denganku--senantiasa menjadi teman yang menemaniku di saat-saat seperti ini. Kulirik Feby datang dengan dua cangkir kopi--seperti biasanya. Lalu aku memainkan game favorite di ponselku, Onet. Game sederhana yang entah bagaimana mampu mengisi setiap kekosonganku.
"Minum, Na."
"Tenang, ntar gue abisin kok, Feby sayang."
"Atau kurang cemilan kali, ya?"
Aku tersenyum.
Tiba-tiba dering ponsel berbunyi. Mungkin milik Feby.
"Na, hape lo yang satu bunyi."
"Ah?" Aku cepat-cepat meraih ponsel lain tidak jauh dariku. "Halo, Nutfah. Kenapa?"
"Gue kira lo gak bakalan angkat. Kemarin kan gue abis ketemu kak Rena--"
"Kak Rena? Siapa tuh?" tanyaku memotong perkataan Nutfah, sahabatku.
"Ih Rianna! Itu loh senior yang pernah kita stalk bareng. Lupa loh?"
"Oh." Aku tertawa pendek sambil melirik Feby yang tengah menyeruput kopinya.
"Nah, gue ada janji pengen ngambil sesuatu di rumahnya dia. Dia bilang hari ini langsung ke rumahnya dia aja."
"Trus?"
"Ya, trus lo pergi ke rumahnya, ya?"
"Hah? Kok gue? Lo dong."
"Gak bisa, Na. Sekarang gue lagi mau nganter kakak gue ke bandara."
"Fah, lo ngeles, ya? Bukannya kakak lo berangkat dua minggu lagi?"
"Ish, siapa yang bilang coba?!"
"Nutfah!"
"Rianna cantik, gue minta tolong, ya? Ntar kita pergi makan."
Aku menatap layar ponsel sejenak lalu, "Janji lo, ya? Tapi gimana kalo nyampe sana gue malah diusir? Ih, gak jadi ah."
"Gak bakalan. Kak Rena baik, Na."
Aku terdiam. Lalu menghela napas. "Janji ajak makan, ya?"
"Hu-um...bayar sendiri-sendiri tapi ya."
"Nutfah!"
Kemudian sambungan telepon pun terputus. Beberapa detik kemudian, sebuah pesan masuk berisikan alamat rumah Rena.
Nutfah sialan!
^^^^^^
Taxi yang kutumpangi melaju melewati jalan yang sudah kusebutkan kepada sopirnya.
Rasanya ada yang tidak asing.
Kubaca alamat yang dikirimkan Nutfah sekali lagi. Tiba-tiba sebuah ingatan melintas.
Ya, aku ingat jalan ini. Jalan dari perumahan tempat tinggal Arial. Bagaimana bisa seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart. Me
RomanceAku bukan orang yang spesial, Namun ia membuatku merasa seolah aku orang yang spesial itu. Aku bukan orang yang begitu mengerti sebuah kisah cinta, Namun entah bagaimana dan sejak kapan tepatnya ia membuatku merasa seolah aku mengerti kisah cinta i...