#Nineteenth

5.6K 330 42
                                    

Arial Pov

"Gimana respon dia?" ulang Rena, sedikit mendesak.

"Dianya malah diem. Respon gue juga singkat banget." jawabku pelan.

"Hmm.."

Aku menceritakan apa yang telah kukatakan pada Rianna di kosannya beberapa hari yang lalu. Dan Rena malah terlihat bersemangat.

"Kata-kata gue salah mungkin?"

"Mungkin. Mungkin lo cuma kegeeran juga selama ini. Dan mungkin gue salah nangkep sinyal." Aku menatap Rena yang berbicara dengan santai. Kami berdua tengah duduk di sofa depan tv.

"Yah.."

"Eh, bisa bikinin teh gak, Rial? Bisa, ya?"

"Ogah."

"Hp lo bunyi kayaknya."

Aku meraih handphoneku dan melihat nama Rianna terpampang di layar. Cepat-cepat kuterima panggilannya.

"Halo?"

"Hai, lagi ngapain nih? Gak sibuk kan?" Suara Rianna terdengar di ujung sana.

"Gak. Lagi nyantai gue. Kenapa, Na?" tanyaku sambil mencubit kaki Rena yang menendang pelan pahaku.

"Gak papa. Lusa sibuk gak?"

Keningku berkerut. Berusaha mengingat ada janji atau tidak lusa. "Ehm..kayaknya gak sibuk. Napa nih?"

"Jalan, yuk! Ke mall gitu. Cuci-cuci mata. Sekali-kali jadi remaja mall gak papalah. Ya?" Senyumku merekah tanpa bisa kutahan saat mendengar semangat gadis itu dalam suaranya.

"Tumben?"

"Kan lo mulu yang ngajak. Sekarang gue yang ngajak. Mau gak nih?"

"Iya mau. Ntar lo yang traktir."

"Hmm. Kalo makan, bereslah itu."

"Ya udah, gue jemput lusa. Kalo gue telat, langsung ke sana aja, ya? Ntar gue nyusul ke sana."

Setelah Rianna mengiyakan, sambungan telepon pun berakhir. Sebuah bantal sofa mengenai wajahku.

"Ngobrol apaan? Jemput apaan?" tanya Rena beruntun.

"Ngajak jalan dia." kataku sambil menggerak-gerakkan kedua alisku.

"Cie..aseek! Ada yang mau ngedate." Senyum Rena terlihat begitu lebar di wajahnya.

"Ekspresi lo lebay!" Aku membalas melemparinya bantal sofa yang sama.

"Gak usah munafik. Bilang gue lebay tapi hati lo ndiri yang lebay. Trus Leona mau lo apain? Bego sih lo, main balik gitu aja."

Seolah tersadar sesuatu, perasaan euforiaku berangsur surut. Ada satu hal yang sudah terlupakan dalam hal ini. Leona. Aku merasa aneh sendiri. Orang yang kusukai bukanlah orang yang kini kupacari.

^^^^^^

Rianna Pov

Lima menit.

Dua puluh menit.

Tiga puluh menit.

Aku menghela napas. Arial belum juga muncul. Telepon pun tidak diangkat. Kuputuskan untuk menuju tepi jalan.

Giliran gue yang ngajak jalan, dia malah telat. Batinku kesal

Kupandangi sepatu kets yang kugunakan. Lalu menendang sebuah kerikil di sampingnya. Tidak tahan menunggu lebih lama lagi, aku memilih pergi lebih dulu. Mungkin saja Arial sudah ada di sana menungguku.

Heart. MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang