#Twenty Four

4.3K 264 7
                                    

Rianna Pov

Aku terjaga ketika terdengar sebuah bunyi gemerisik. Aku beranjak duduk di tempat tidur dan mengatur napas. Tidur semalam benar-benar lelap lalu aku terdiam seakan tersadar sesuatu.

Ada yang aneh. Sepertinya semalam Arial tidur di sebelahku dan ...

Keningku berkerut.

Tidak mungkin! Wanita sialan itu sedang gencar berdekatan dengan si wanita asing yang tinggi. Tapi mengapa rasanya begitu nyata? Dasar mimpi yang aneh.

Baru saja menoleh aku sudah langsung percaya bahwa pikiran tersebut benarlah mimpi. Bagaimana tidak, disana, Arial masih terlelap bersama Kaditha. Mereka...berpelukan? Sepertinya tidak juga. Tapi posisi mereka berhadapan dan begitu dekat malah membuatku tidak nyaman. Aku tak suka.

Tapi aku bisa apa?

Aku beranjak keluar dari pondok. Ini masih pagi dan sudah ada yang membuatku jengkel.

Langit benar-benar cerah hari ini. Hanya beberapa awan yang bisa terhitung olehku. Setidaknya hal itu sedikit membantu perasaanku. Rena dan lainnya belum bangun, biasanya mereka sudah lebih dulu membuat keributan di depan pondok kami.

Aku termenung dan memutuskan duduk di pinggir pantai. Tidak ada yang tahu kesempatan seperti ini akan jarang sekali kudapatkan. Karena air sedang surut, keinginanku untuk dibelai ombak harus tertahan.

"Rial..." gumamku. Sudah lama sekali aku tak memanggilnya selembut itu. Aku ingin tapi semakin lama jarak kami semakin tidak terkendali. Kalaupun nantinya aku berani mengakui perasaanku lebih dahulu, mungkin sudah terlambat. Kaditha jauh lebih baik dariku. Entahlah...

"Gue gila kali, ya? Bicara sendiri," aku tertawa pendek. "Tapi gue mau bilang ke siapa? Ke mereka mereka gak mungkin. Gak mungkin dong gue bilang gue suka Arial. Gue kangen dia. Banget. Bentar apa yang bakal terjadi."

Hening. Benar-benar tak ada orang di sini. Mungkin alam pun bungkam mendengar pengakuan gilaku.

"Rianna?!"

Aku tersentak lalu segera menoleh melewati bahu.

"Ngapain?"

Suara itu milik Rena yang tengah berdiri sambil memeluk tiang teras pondoknya.

"Pengen bunuh diri tadinya tapi gak jadi, ada saksi ternyata."

"Bunuh diri?" Wanita itu menghampiriku tergesa-gesa dengan setengah berlari. "Bunuh diri?"

Aku mengangguk saat ia tiba.

"Kalo gitu ikutan."

Aku tertawa. Ia hanya tersenyum. Dilihat dari manapun Rena tetap cantik. Aku kalah darinya.

"Hati-hati kalo liatin gue, Na." ungkapnya serius.

"Kenapa kak?"

"Ntar lo suka gue beneran."

"Gaklah. Kak Rena mah becanda mulu."

"Sumpah."

"Udah becandanya ah. Kak Kaden mana?"

"Tidur. Rianna, gue pengen nanya sesuatu?"

"Apa kak?" Aku memandang pasir yang kuremas.

"Lo suka ama Rial?"

Aku terkejut bukan main. Bagaimana dia bisa tahu? Aku mengangkat kedua bahu, mencoba terlihat biasa saja.

"Pertanyaan apaan tuh coba? Ngaco nih kak Rena."

Hening sejenak.

"Gak semua orang punya keberanian. Tapi semua orang bisa mencoba untuk berani. Gak ada salahnya."

^^^^^^

"Lo berdua dari mana basah-basah begitu?"

Aku dan Rena berpapasan dengan Arial. Wanita itu sudah terlihat rapi dan segar. Rambutnya yang panjang sesekali bergerak terkena angin.

Aku dan Rena tak menjawab dan hanya melewati Arial menuju pondok masing-masing.

Di dalam pondok--seperti halnya Arial--aku juga mendapati Kaditha sudah merapikan diri dan mengambil beberapa barang entah apa. Mungkin hendak pergi.

"Mau kemana, kak?"

Ia menoleh dan tersenyum sambil menunjukkan kameranya.

"Sendirian, kak?"

"Ama Rial, udah nunggu dia. Kemarin rencananya pergi agak siang tapi cuacanya cerah banget, Na. Sayang dilewatin begitu aja. Rianna, gue pergi dulu." Kaditha melangkah tergesa-gesa keluar dari pondok.

Oh.

Ternyata Arial lebih memilih menghabiskan hari indah ini bersama Kaditha. Pasangan yang serasi.

Aku mendesah lalu menggigit bibir. Sakit. Tapi tak sesakit hatiku. Rasanya ingin berteriak dan menangis. Ingin berlari mengejarnya dan mengatakan perasaanku saja. Aku mungkin lihai menyembunyikan hatiku selama ini tapi bertemu Arial rasanya menjadi sulit sekali.

Arial Adriana Alba.

Wanita yang selalu mengataiku gadis pendek.

Wanita yang terlihat begitu cantik saat rambutnya tergerai bebas.

Wanita bermata hazel dan tajam dengan segala pesona dan rahasianya.

Wanita yang mampu membuatku kagum dengan kecerdasannya.

Wanita dengan senyum sempurna.

Wanita yang mampu membuatku kehilangan kata-kata karena keindahannya.

Wanita yang suka terdiam tiba-tiba.

Wanita yang selalu menatapku dan berpaling saat mataku pun menangkap basah dirinya.

Wanita aneh dengan lelucon tak lucu namun membuatku tertawa.

Wanita dengan pelukan dan aroma yang membuatku candu.

Wanita berani dan pekerja keras.

Wanita yang menjadi objek pikiran dimanapun aku berada.

Wanita yang menyadarkanku bahwa sedekat apapun cinta berada maka jarak siap di antaranya.

Wanita yang membuatku berdebar tak karuan, tersenyum bahagia dan jatuh hati.

Hingga menjadi satu-satunya wanita yang ingin kujadikan pelabuhan akhir perjalanan hatiku.

Mampukah?

Ps. Udah lama banget ya? Wkwk
Kesempatan update gak selalu sejalan ama ide cerita...
Maaf udah nunggu *winkwink
Happy reading! Salam kecup dari author haha 😊😘

Heart. MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang