Ps. Luama gak ngupdate! Author bahkan lupa beberapa tokohnya jadi ngulang baca-baca haha
Tapi makasih buat yang mau nunggu author update wkwk
Happy reading ~Author Pov
Arial berbaring telentang dengan berbagai pikiran yang setia mengusiknya. Entah sudah berapa lama ia berada dalam posisi seperti itu. Sebenarnya ia ingin sekali menyusul Rianna ke bawah tapi ia takut gadis itu akan semakin marah kepadanya.
Air matanya kadang menetes dari ekor matanya. Ia melihat jam dinding dan memutuskan beranjak bangun. Ia harus menemui Rianna bagaimanapun keadaannya. Tentu semuanya tidak akan selesai jika ia hanya berdiam diri dan merasa takut saat ini.
Arial melangkah menuruni tangga menuju ruang tv namun ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan gadisnya. Kemana dia? Apa jangan-jangan...
Arial berjalan setengah berlari menuju pintu utama rumah. Perasaan panik menyelimutinya. Ia memutar gagang pintu dan keluar dari rumah. Suasana di luar benar-benar sepi dan sunyi. Ia menyusuri beberapa bagian halaman depan dan keluar ke tepi jalan. Kepalanya bergerak mencari gadis tersebut. Sungguh, ia merasa begitu amat kacau saat ini. Ia merutuki diri sendiri karena tadi tidak mengejar Rianna.
"Na..." gumam Arial lebih kepada diri sendiri.
Tidak hanya mencari ke tepi jalan depan rumah, ia bahkan menyusuri jalanan kompleks dari rumah hingga ke jalan raya.
Kendaraan masih berseliweran meski tak sebanyak pada pagi hari. Ia kalut. Bagaimana bisa ia membiarkan kekasihnya berjalan seorang diri di malam hari pada jam larut seperti ini.
Seakan teringat sesuatu, ia kembali ke rumah dengan tergesa-gesa. Sedari tadi ia tidak membawa ponselnya. Ia harus segera menelepon gadis itu.
Arial memasuki rumah dengan napas tersengal dan ia nyaris melewati ruang tv jika saja kaki seseorang di atas sofa tidak nampak.
Eh?
Ia mendekat dan sedikit terkejut sekaligus lega luar biasa karena ternyata orang yang dicarinya kini sedang berbaring menyamping dengan kepala bertumpu pada lengan sofa. Rianna terlelap.
Arial berjongkok di depan Rianna. Diamatinya wajah kekasihnya tersebut lekat dan penuh minat. Matanya bengkak karena menangis. Wajahnya pun terlihat begitu lelah.
Maafkan aku sayang...Batin Arial tulus
Tiba-tiba air mata kembali jatuh dari sudut mata Rianna. Arial mengelus kepala gadis itu dengan lembut lalu ia mendekatkan wajahnya, mengecup bibir Rianna.
Ia mengubah posisi duduk dengan memeluk lutut tanpa mengalihkan pandangan dari Rianna. Dalam benaknya tidak pernah sedikitpun terpikir gadis itu akan menangis karena masalah Leona dan teman wanita di pesta tadi. Ia tidak ingin menyalahkan Rianna karena sepertinya hal ini bermula dari dirinya. Gadis tersebut marah kepada Arial bukankah menandakan sebuah perasaan yang lebih kuat?
Tidak terasa kantuk mulai menyergap. Arial kembali ke dalam kamar untuk mengambil dua buah bantal dan sebuah selimut setelah itu menuju ruang tv tempat Rianna tertidur. Dengan amat lembut ia mengangkat kepala gadisnya dan menyelipkan bantal untuk gadis itu gunakan. Kemudian ia menyelimuti tubuh Rianna hingga batas leher. Usai memastikan Rianna sudah dalam keadaan nyaman, Arial merunduk dan sekali lagi mengecup bibir kekasihnya tersebut.
"Maaf, Na. Maaf..." bisik Arial di depan wajah Rianna.
Meski beralaskan karpet berbulu, Arial tetap meletakkan bantal yang lain tepat di depan Rianna lalu ia membaringkan tubuhnya. Hal terakhir yang ia lihat sebelum terpejam hanyalah sosok Rianna yang nampak tertidur dengan nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart. Me
Lãng mạnAku bukan orang yang spesial, Namun ia membuatku merasa seolah aku orang yang spesial itu. Aku bukan orang yang begitu mengerti sebuah kisah cinta, Namun entah bagaimana dan sejak kapan tepatnya ia membuatku merasa seolah aku mengerti kisah cinta i...