"Jadi gak nih?"
"Jadi apanya?" Suara gadis berambut panjang hingga ke siku itu terdengar datar.
"Yaelah Rianna, kan lo sendiri yang minta ditemenin ke sana." Balas seorang gadis yang duduk di sebelah gadis berambut panjang bernama Rianna tadi.
Rianna tertawa pendek, lalu, "Sorry, sorry banget Dela. Kemarin gue emang lagi mood pengen baca buku tapi sekarang gak dulu. Banyak tugas nih."
"Ck, lo ini. Gue kan lagi pengen banget jalan." Kata gadis bernama Dela itu kesal.
Setelah itu tidak ada tanggapan dari Rianna sama sekali. Gadis itu sibuk bergelut dengan notebook yang berada di pangkuannya. Mereka berdua saat itu sedang duduk di taman kampus setelah jam kuliah keduanya usai. Dan sebenarnya sejak tadi pula Dela mengajak Rianna untuk membayar hutangnya karena telah mengajaknya ke mall tapi ternyata gadis itu menolak. Padahal ia ingin sekali merefresh otaknya karena aktivitas di kampus yang sedang padat-padatnya.
"Mending lo ajakin Rio deh. Dia kan suka jalan." Rianna mencoba memberikan saran.
Dela seketika menatap Sahabatnya tersebut. "Ogah! Lagian gue gak akrab juga."
"Sok akrab aja."
"Gak mau. Gue bukan orang yang suka sok kenal, Rianna." Balas Dela sedikit kesal. Setelah cukup lama Rianna kembali tidak memberikan responnya, Dela memutuskan untuk pulang saja. "Ya udah, gue mau balik sekarang. Mau balik juga gak?"
Rianna hanya melirik Dela lalu menggeleng.
"Kalo gitu gue duluan, ya? Beneran gak mau ikut balik nih?" Kata Dela sambil beranjak berdiri.
Rianna berdeham tanpa menatap sahabat tersebut.
"Oke kalo gitu. Bye!" Dela melangkah pergi. "Kenapa gue punya sahabat yang cueknya minta ampun?"
Rianna yang masih dapat mendengarnya tertawa pendek lalu kembali fokus pada notebooknya. Alasan lain ia tidak ingin pergi cepat-cepat dari tempat itu karena ia butuh sekali jaringan internet yang memang disediakan di kampus tersebut untuk ia mengerjakan tugas kampusnya.
Rianna menutup layar notebooknya setelah melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 4 sore saat itu. Ia merapikan peralatan kuliahnya dan segera berlalu dari tempat tersebut. Bukannya malah kembali ke kosan miliknya, gadis itu malah mengunjungi cafe langganannya yang buka hingga pukul 10 malam. Ternyata masih cukup ramai saat ia tiba di sana. Dan seperti biasa, mayoritas pengunjungnya adalah anak muda.
Setelah celingukan ke kanan dan kiri, Rianna akhirnya duduk di satu-satunya meja yang kosong. Segera waitress datang dan mencatat pesanan yang diucapkannya. Dan setelah waitress tersebut berlalu, gadis itu mendengarkan musik melalui ipod silver miliknya dan memandang berkeliling. Entah kenapa ia merasa tidak begitu terganggu dengan suasana hiruk pikuk cafe bila mengingat dirinya sendiri adalah tipe orang yang kurang menyukai keramaian dan orang asing. Meskipun bukan berarti dirinya adalah orang yang tidak mampu beradaptasi. Ia sendiri tipe orang yang baik dijadikan seorang teman hanya saja cenderung menghabiskan waktu seorang diri itu membuatnya lebih nyaman.
Tiba-tiba matanya tidak sengaja menangkap seseorang--berdiri sambil menatap berkeliling di depan pintu utama cafe--yang tampak kebingungan.
Rianna ikut memandang sekitarnya.
Mungkinkah orang itu mencari tempat kosong? Pikirnya dengan kening berkerut samar. Mungkin karena merasa tidak asing dengan orang tersebut.
Entah mendapat nyali darimana, ia mengangkat tangannya, melambai tepat ketika orang itu menoleh. Sekali lagi Rianna menggerakkan tangannya. Ia melihat orang tersebut menoleh ke kiri dan kanan lalu menunjuk dadanya yang segera dibalas anggukan oleh Rianna.
Dengan langkah ragu, sepertinya, ia melihat orang asing itu mendekat. Sebuah ingatan melintas sehingga membuat mulut Rianna berbentuk O. Ia ingat beberapa hari lalu melihat orang itu di cafe yang sama.
"Manggil gue?" tanya orang asing tersebut ketika sudah berdiri di samping meja.
"Anu, tadi gue lihat lagi nyari tempat kan? Kebetulan di sini ada kosong."
Selanjutnya orang itu tersenyum kecil dan menunjuk tempat di hadapan Rianna untuk meminta izin.
Rianna tersenyum dan mengangguk. Ia menunduk beberapa kali untuk mengecek notif di ponsel miliknya. Ketika mendongak, ia mendapati orang itu tengah duduk di kursi berhadapan dengannya.
Pesanan Rianna tiba, ia mengucapkan terima kasih pada waitress dan melirik orang di hadapannya.
Masih mengenakan topi namun kali ini tubuhnya dibalut parka hijau. Rianna berkali-kali melirik wajah tersebut karena pemiliknya terus saja tertunduk. Sepertinya sibuk dengan ponsel di genggamannya pula.
Disesapnya minuman miliknya. Ketika ia kembali mendongak, orang tersebut membuka topinya dan seketika rambut panjangnya yang terlihat messy jatuh tergerai.
Rianna terdiam. Mengamati.
Selanjutnya parka hijau yang membalut tubuh asing itu telah terlepas dan disampirkan pada sandaran kursi cafe.
Ternyata dia cewek? Pikir Rianna
Tiba-tiba keduanya bertemu tatap dalam sepersekian detik.
"Gak papa nih gue duduk di sini? Ntar udah di booking ama temennya mbak." sahut wanita asing tersebut.
Rianna tersenyum dan menggeleng. Kali ini ia baru mengetahui bahwa orang yang saat ini berada di hadapannya itu memiliki mata hazel yang tajam. Wajahnya mengingatkan Rianna pada seorang model tapi ia tidak mengingat siapa namanya.
"Sering ke sini mbak?"
"Ah, oh iya. Banget malah."
"Tempatnya enak, ya?"
"Ya gitu deh. Cuma kurang dikit sih."
"Apanya?"
"Di sini kan cuma ada live music. Kalo misal tiap waktu pelanggan disuguhin musik lebih seru pasti." ucap Rianna dengan kedua alis terangkat.
Suatu waktu tatapan mereka kembali bertemu dan mereka hanya saling berbalas senyum dan kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Seorang waitress mendatangi meja Rianna dan meletakkan secangkir minuman hangat tak luput dari perhatian Rianna. Ia mengira sejak tadi wanita itu tak pernah memesan satu pesananpun.
"Oh iya, dari tadi ngajak bicara tapi belum kenalan. Gue Arial. Arial Adriana Alba. Mbak?"
Rianna tersenyum, lalu, "Kalo gue yang pasti bukan mbak. Panggil Rianna aja."
Wanita bernama Arial itu terkekeh lalu menjulurkan tangannya. Rianna menyambut uluran tersebut.
"Salam kenal Arial."
Arial menarik tangannya dan terdiam. Ketika menjabat tangan perempuan di hadapannya, hatinya mendesir aneh.
^^^^^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Heart. Me
RomansaAku bukan orang yang spesial, Namun ia membuatku merasa seolah aku orang yang spesial itu. Aku bukan orang yang begitu mengerti sebuah kisah cinta, Namun entah bagaimana dan sejak kapan tepatnya ia membuatku merasa seolah aku mengerti kisah cinta i...