LEMBARAN 14

1 2 0
                                    

Deg!

Langkah jendral terhenti bagaimana tidak tunangan nya dan rivalnya selama ini sedang berpelukan,bahkan kedua orang tuanya dan orang tua yang berada disana hanya diam

Jendral melangkah untuk mendekati keduanya,ia berusaha tersenyum rasanya mengapa sesakit ini?

“Gue rindu Lo wir”

Kata itu yang ia dengar ketika ia mendekat, mengapa,mengapa kalimat itu yang terlontar kepada orang lain mengapa bukan untuk nya

“Perkenalkan ini pak Bu anak saya Jendral Devano”ucap Nizar

Jendral menyalami pria paruh baya dan wanita di sampingnya yang ia yakini itu adalah orang tua dari Wira,bahkan Dian ada di sana sembari duduk dan berbicara akrab dengan Yudis abangnya

Mengapa tiba-tiba dunia terasa tidak adil baginya?

“Ma pa,kenalin ini Wira teman lama alisha”ucap alisha

Bagaikan disambar petir jujur hati alisha sakit berkata seperti itu,namun ia tidak mungkin jujur berkata kalau Wira adalah lelaki yang sebenarnya ia cintai

Ia tidak ingin mempermalukan keluarganya di depan teman-teman papa nya sekaligus Mama nya

“Oh,patut meluknya kaya gak pernah jumpa rupanya teman lama toh”ucap Yeni

“Iya,Tante kira kalian pacaran”ucap Suji

“Iya,hampir shock Tante tuh”timpal Nita lagi

Jendral tidak mempermasalahkan hal itu,ia juga tidak mempermasalahkan kedekatan Yudis dengan Wira ia ia permasalahkan

Alisha menggenggam tangan Wira dan semuanya tampak biasa aja,bahkan tidak ada yang memperhatikan nya

Alisha mempersilahkan Wira duduk namun bangkunya diambil alih oleh jendral,ia melempar kan tatapan sengitnya lalu menggeser kursi di sebelah jendral dan mempersilahkan Wira duduk dan alisha duduk di bangku sebelah nya

(Jadi posisi nya itu gini ya guys)

Dian-yudis-jendral-wira-alisha

Acara makan malam hari ini meriah bahkan Yudis sudah merubah cara pandang nya terhadap Wira dan alisha,setelah mendengar cerita Dian sebelum nya

Banyak cerita yang mereka bicarakan,mulai dari masa lalu sampai masa sekarang

“Yudis mau bilang makasih sama om Malvin”

“Kenapa?”tanya Suji

“Iya,suami Tante nolongin Yudis waktu hampir kena begal hari itu dan lebih kerennya om Malvin melawan pembegal itu sekaligus dua lawan satu gitu keren deh Tan suami Tante”ucap Yudis

Malvin dan yang lain hanya tertawa mendengar nya.

“Pasti anak-anak om orang pemberani”sambung nya lagi

“Oh,tentu anak om kuat-kuat orangnya”ucap Malvin membanggakan kedua putranya

Makan malam berlangsung ceria dan menyenangkan setelah makan mereka juga mengobrol seperti para ibu-ibu yang asik menyusun rencana untuk berjalan-jalan bersama dan untuk bapak-bapak sedang asyik membicarakan bisnis kantor mereka,Yudis dan jendral berbicara di taman belakang,Dian dan alisha berbicara di balkon atas sementara Wira dia hanya mendengar celotehan kakak alisha Yuna dan suaminya virdian mereka bercerita panjang tentang alisha sampai mengenai kehidupan mereka

“Dia Wira yang gue maksud bang”ucap jendral

“Dia?!wah...kalau kaya gitu gue gak bisa dek”

“Kenapa bang?kan sebelumnya Lo mau bantuin gue”ucap jendral tidak terima dengan apa yang di ucapkan Abangnya

“Gue kira laki-laki yang ngerebut cewe Lo itu berandal,atau apa lah itu tapi untuk dia gue gak bisa dek,dia orang baik bahkan gue pernah di tolongi sama bokap nya”papar Yudis

“Yaudah kalau kaya gitu,gue bakal lakuin itu sendiri”

Yudis menatap adiknya tak percaya ia tahu bagaimana jendral,dia tidak peduli dengan cara apapun ia bakal lakukan yang terpenting dia menang dari lawannya
“Lo gak usah macam macam jen, don’t act like a dumb people” tutur nya

“Jika aku gak bisa memiliki alisha,Wira juga tidak boleh memiliki alisha”ucap nya lalu pergi meninggalkan Yudis yang menghela nafas panjang nya

Dian yang sedang bermain di taman bersama teman teman seumurannya,mereka tampak seru bermain bola anak-anak berumur 3 tahun itu sangat senang bahkan tawa mereka menggelegar kemana-mana

“Dian tangkap bola nya”tutur salah satu temannya

Namun Dian tidak bisa menangkap bola itu dan berguling ke jalanan yang tampak sepi
“Yah......”seru semua anak yang tampak kecewa

“Bentar yah teman-teman aku akan mengambil bolanya”ucap Dian

Yang lain tampak mengangguk setuju dan tersenyum,Dian kecil itu berjalan menuju jalanan sepi untuk mengambil bola tersebut

“Hati-hati dian!”seru salah seorang temannya

Dian tidak mengindahkan teriakan itu, ia hanya berfokus kepada bola yang ada di depannya ia mengambil bola tersebut

“TEMAN-TEMAN AKU MENDAPAT KAN BOLA NYA!!!” Teriaknya kegirangan yang masih memegang bola di jalanan.

Jalanan sepi bukan berarti jalanan tersebut aman,buktinya seorang pengendara motor tengah mengebut kencang karena jalanan terlihat sepi dan tenang

Teman Wira yang melihat pengendara motor itu  berteriak ke arah Dian “DIAN AWAS MOTOR!!”

Dian menoleh dan mendapati motor yang melaju kencang kearah nya,dia panik dan sangking paniknya ia bergetar di tempat nya badan Dian bergetar selain ketakutan hawa udara di luar juga lumayan berangin mengingat hari yang mendung

Awan gelap memenuhi langit yang terbentang luas,Dian masih berdiri bergetar tatkala melihat motor yang tak jauh dari nya

“DIAN AWAS!!”jerit seseorang dia adalah Wira ia berjalan menuju jalanan itu dan mendorong Dian kencang

Motor yang melaju dengan kecepatan penuh itu menubruk tubuh Wira begitu saja,Wira terpental jauh begitu dengan pengendara motor tersebut dian yang terduduk di dekat trotoar jalan pun meringis tatkala punggungnya habis bertubrukan dengan trotoar jalanan tersebut

Tubuh Wira yang bersimbah darah kini tengah di krumuni banyak orang yang berada di teman,mereka buru-buru memanggil ambulance karena kondisi Wira harus di tangani segera

Kepala Wira yang bocor,banyak luka di sekitar tangan dan kakinya akibat sempat ikut terseret di aspal

Dian mendatangi Wira, walaupun berjalan pincang karena kakinya keseleo dan punggung nya yang nyeri

“Kak!!kakak!!”ucap Dian buliran bening siap mendarat di pipi putihnya itu

“Jangan....me...nangis...kakak.....g-gak suka....l-liat kamu .....nangis.. uhuk...”Wira mengusap pipi Dian yang meninggalkan bercak darah di pipinya

Dengan seluruh tenaga yang ada Wira berkata untuk menenangkan Dian yang panik saat itu,sampai pada akhirnya seluruh tenaga yang ia kerahkan habis begitu saja dan matanya tak lama tertutup rapat

Isak tangis Dian semakin menjadi ketika Wira menutup matanya,bahu Dian bergetar ia memeluk Wira tak peduli noda darah yang lengket di bajunya

Ambulance datang dan membawa tubuh Wira kedalam mobil tersebut dengan segera mereka membawa tubuh mengenaskan itu menuju rumah sakit,dian juga masuk ia tidak mau lepas dari Wira barang sedikitpun

••••







TUNAWIRA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang