Dian sudah terduduk lemas di bangku rumah sakit,Malvin dan Suji juga sudah sampai dan langsung memeluk putra bungsunya yang tampak ketakutan
Suji mengelus Surai hitam Dian memberikan kehangatan agar anaknya itu lebih tenang,ia tahu dian tengah ketakutan saat ini
“Ma...hiks..kak Wira gak papa kan...hiks...hiks..” Dian menangis ia mengerahkan seluruh tenaga untuk berbicara ia tidak mau kakak nya yang sangat ia cintai itu sampai Kenapa-kenapa
“Gak sayang...percaya sama mama..kak Wira kuat kok”ucap Suji memeluk Dian memberikan ketenangan
“Iya sayang...kak Wira kuat percaya sama papa....kak Wira kuat dan dia yang selalu jagain Dian”tutur Malvin lembut berusaha menenangkan anak bungsu nya
Ceklek!
Pintu terbuka menampilkan seseorang dengan jas putih nya ia baru saja menyelamatkan nyawa anak kecil berusia 5 tahun itu
“Bagaimana keadaan anak saya dok?”tanya Suji ia berdiri dan melepaskan pelukannya
“Bersyukur pasien masih bisa bertahan sejauh ini,dan keadaan nya akan mulai membaik sebentar lagi”jelas sang dokter
“Syukurlah kalau begitu dok”Suji lega begitu juga dengan Malvin dan Dian
“Jika sudah selesai saya permisi”ucap dokter tersebut
Ketiga manusia itu mengangguk dan sang dokter pun berlalu dari hadapan mereka.
Hari terus berganti dan kini Wira juga sudah di pindahkan di ruang rawat inap,Wira juga belum kunjung bangun dari tidur nyenyak nya dokter bilang dia tidak koma namun mengapa rasanya seperti ia koma berbulan-bulan
Disinilah Dian menemani sang Abang yang sedang tertidur pulas dan belum kunjung bangun juga
“Bang...kapan sih Lo bangun”lirih Dian ia tengah mengelus pelan punggung tangan sang Abang
Dian menghapus air matanya kasar ia sangat rindu sosok sang Abang yang selalu ada untuk nya ia tidak ingin menangis lagi ia menundukkan kepalanya dalam matanya cukup sembab di karenakan banyak menangis
Bahu Dian bergetar ia sungguh merindukan sang kakak yang selalu ada untuknya selama ini,tangan Dian juga tak lepas mengusap punggung tangan sang kakak yang dingin
Merasa ada pergerakan Wira mendongakkan wajahnya, dilihatnya tangan Wira yang bergerak pelan
“Kak wir”ucap nya dengan nada terharu
“Kak wir..”ucap Dian sekali lagi ia merasa senang karena Wira bangun
Mata Wira terbuka sempurna sang adik juga turut bahagia sampai-sampai ia memeluk sang kakak
“Akhirnya kak,Lo bangun juga gue rindu banget sama Lo”ucapnya dengan nada bahagia
“Kak..hiks..gue sayang sama Lo maafin gue yah”ucap Dian
Dian yang baru berumur 3 tahun memeluk kakaknya dengan bantuan kursi yang ia duduki
“Dian...”panggil Wira
“Iya kak”Dian masih setia memeluk sang kakak ia masih sangat rindu pada sang kakak
“Kok gelap yah Dian,kamu mematikan lampunya yah?”
Dian terdiam ia heran ia rasa ia tidak mematikan lampunya,ia melihat sekeliling nya dan benar saja terang bahkan sangat terang
“Gak kok kak,aku gak mati kan lampunya “
“Tapi ini kenapa Gelap dian,ini gelap Kakak takut Dian...”panik Wira ia segera mengusap wajah nya barang kali matanya belum terbuka
Tapi ia rasa ia seperti sudah membuka matanya
“Dian...gelap dian...hiks...Dian...”
Dian panik ia terus saja menekan bel yang ada di atas bangkar sang kakak
“Sabar kak,aku panggilim dokter yah”
Dian tak berhenti menekan tombol tersebut sampai pada akhirnya dokter dengan beberapa perawat masuk memeriksa keadaan Wira
Sang dokter menghela nafas nya setelah memeriksa keadaan Wira, sedangkan Wira masih menangis usianya sangat muda untuk mengetahui hal seperti ini
“Orang tua kamu mana nak?”tanya dokter tersebut kepada Dian
“Mama hiks.. sama papa lagi kerja-
“Saya dok?”tiba-tiba sosok laki laki berbadan tegap dengan perempuan yang masih mengenakan jas putih nya
“Dokter Suji?”tanya dokter itu
“Iya saya mamanya dok”
“Bisa ikut saya ke ruangan saya bapak? Ibu?”tanya dokter tersebut
Suji dan Malvin mengangguk setuju dan mereka segera pergi menuju ruangan dokter tersebut
Dian kembali menaiki bangkunya dengan susah payah dan kembali memeluk sang kakak yang masih menangis sembari terisak-isak
“Tenang yah kak,mama pasti sembuhin kakak kan mama dokter “ucap Dian memeluk Wira yang masih berusia 5 tahun
“Apa dok?!”tanya Suji ia masih tidak terima dengan kondisi putra sulungnya
“Gak dokter pasti bercanda kan dok!?”ucap Malvin juga
Sang dokter menggeleng kan kepala nya menandakan ia tidak sedang bercanda
“Saya serius Bu,pak,Wira mengalami kebutaan akibat benturan keras mengenai kepalanya dan itu yang mengakibatkan Wira tidak bisa melihat “
“Namun syukurlah Wira bisa di sembuh karena itu hanya buta sementara namun pendonor mata sangat jarang di jumpai dan umur Wira juga masih sangat muda untuk melakukan operasi tersebut “jelas sang dokter
“Baiklah dok kalau begitu kami akan memikirkannya dan segera mencarikan pendonor mata yang cocok buat Wira “ucap sang ayah-malvin
Malvin dan Suji keluar dan menuju ruang rawat putra sulung mereka di dalam sudah ada Dian yang memeluk sang kakak
Sadar ada yang membuka pintu perhatian Dian teralihkan dan disana tampak sosok sang mama dan sang papa
“Ma...pa...kak Wira gak Kenapa-kenapa kan”lirih Dian
Suji tersenyum ia harap putra sulung nya mau menerima keadaannya dengan lapang dada dan Dian mau membantu sang kakak yang mengalami kekurangan saat ini
“Sayang...”panggil Suji menahan Isak tangis yang hampir keluar dari mulutnya
“Dian sayang kakak kan?jadi Dian mau bantuin kak Wira kan?”tanya Suji
“Tentu ma,Dian bakal lakuin apapun buat kak Wira”ucap Dian raut mukanya tampak sungguh-sungguh Suji bisa melihat hal itu ia tersenyum dan membelai wajah sang anak penuh sayang
“Makasih yah nak”ucap nya lalu ia beralih pada putra sulung nya yang masih membuka matanya namun yang ia lihat hanyalah kegelapan
“Wira..”panggil sang mama
“Ma?Wira kenapa? Kenapa semuanya gelap ma?!”Wira kembali panik namun Suji membelai wajah sang anak lembut dan mengusap Surai hitam lembut milik Wira
Dian sudah berada di gendongan sang papa yang masih mengenakan pakaian kantornya
“Kamu anak kuat kan Wira...mama tahu itu kamu anak kuat jadi kamu bisa menghadapi ini kan Wira”
“Wira kenapa ma?”
Suji tidak sanggup melanjutkan kata kata nya Wira masih terlalu muda untuk menerima kenyataan bahwa dia mengalami kebutaan
“Mama kasih tahu tapi kamu harus janji gak boleh nangis yah”
“Iya ma Wira janji”ucap Wira ia menganggukan kepalanya tanda ia telah berjanji tidak akan menangis
Suji menarik nafas gusar nya,ia membelai wajah sang anak “kamu buta sayang “tuturnya hatinya merasa sesak ketika harus melontarkan kata-kata itu
“Apa itu ma?”tanya Wira jujur ia panik namun ia harus tetap kalem tidak ingin memancing keributan lagi seperti sebelumnya
“Kamu gak bisa melihat lagi sayang,tapi! Tenang kok mama akan bisa bikin kamu melihat lagi”jelas sang mama
Wira ingin menangis tapi ia sudah berjanji kepada sang mama,perlahan Wira tersenyum sampai kedua matanya membentuk garisan lengkung seperti bulan sabit
“Jujur ini berat buat Wira ma,tapi Wira yakin Tuhan gak akan beri cobaan kepada hambanya yang tidak menyanggupi cobaan tersebut dan Wira tahu mengapa Tuhan memilih Wira karena Wira anak yang kuat iya kan ma”
Jujur rasanya suji ingin menangis berteriak kencang, ia sangat bersyukur punya anak hebat seperti Wira dan Dian
“Mama jangan nangis lagi yah,Wira punya satu permintaan ke mama sama papa juga dek Dian”ucap Wira ketiganya langsung mendekati Wira
“Jadilah mata Wira mulai saat ini”mohon Wira ia menggenggam erat tangan sang mama
“Iya sayang tanpa kamu minta pun kami bertiga akan melakukan itu”ucap Suji
“Iya benar itu kak”timpal Dian
••••