Risma melepas jaketnya, dia melilitkanya di punggung Liora, berharap bisa mengurangi pendarahan ditubuh Liora. Risma membopong tubuh Liora, setapak demi setapak ia lewati desa itu. Sesekali ia terjatuh hingga terluka namun tak ada niat untuk meninggalkan Liora. Sempat ia berfikir untuk meminta bantuan kepala desa, namun ia takut bahwa pak kades merupakan golongan dari mereka, dan hanya bersandiwara menjadi orang baik.
Hingga sampailah mereka di lapangan parkir. Risma memasukkan Liora di tempat duduk belakang agar ia bisa berbaring. Ia pun melajukan mobilnya dengan kencang, sesekali ia menangis kencang karena kasihan melihat Liora, sesekali ia tertawa senang karena bisa keluar dari hotel hidup-hidup. Hal tersebut terus berulang. 8 jam berlalu hingga ia sampai ke jalan perkotaan, jika ia meneruskan perjalanan sampai daerah tempat tinggalnya masih memerlukan waktu 4 jam, takutnya nyawa Liora tak tertolong sehingga ia mencari rumah sakit terdekat dengan bertanya-tanya di penduduk sekitar. Akhirnya ia pun menemukan sebuah rumah sakit, Liora dibawa ke UGD, sedangkan Risma menyelesaikan administrasi dan meminjam telepon rumah sakit untuk menghubungi orang tuanya
"Halo ini siapa?" Tanya orang disebrang sana, suara itu membuat Risma menangis kencang
"Ibukkk." Teriak Risma lega.
"Risma. Kamu kemana aja, udah 3 bulan ga pulang-pulang." Ujar suara disebrang sana dengan suara tangis.
"Ceritanya panjang. Sekarang aku di rumah sakit, nunggu Liora di Rumah sakit Delima, Kota Katawang. Tolong kasih tau orang tuanya buk." Ujar Risma dan diiyakan oleh ibunya.
4 jam berlalu, orang tua Liora dan orang tua Risma sampai di Rumah Sakit, melihat baju Risma yang berlumuran darah membuat ibu Risma histeris dan khawatir. Orang tua Liora juga menanyakan Liora, Ayah Risma juga bertanya-tanya apa anaknya dan teman anaknya baik-baik saja. Beribu pertanyaan terlontar dari mulut mereka. Mendengar pertanyaan-pertanyaan itu membuat ingatan mengerikan itu muncul lagi dan membuat Risma ketakutan, ia berteriak histeris dan menangis memanggil nama teman-temanya. Melihat hal itu ibu Risma menangis, karena Risma sudah tak terkendali, para perawat membiusnya dan membaringkan tubuhnya di kamar pasien.
Sehari berlalu Risma mulai sadarkan diri, namun ia terus menangis dan tertawa dengan memanggil nama teman-temanya, tak jarang pula ia ketakutan seperti melihat sosok-sosok tak kasat mata. Beberapa kali pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Risma mengalami depresi. Orang tuanya sedih dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya menimpa anak nya. Dokter menyarankan agar Risma segera dibawa ke rumah sakit jiwa agar mendapatkan perawatan yang sesuai. Sedangkan Liora tengah menjalani operasi dan dinyatakan koma.
5 bulan berlalu, Liora mulai sadarkan diri. Dia juga melakukan beberapa latihan seperti berjalan agar bisa bergerak dengan normal kembali. Orang tuanya beberapa kali bertanya apa yang telah terjadi hingga Liora mendapati luka yang bergitu serius, namun Liora tampak murung dan tak mau menjawab. Mendengar kabar Liora mulai membaik, para orang tua Adam, Udin, Ajeng dan Rendy berdatangan bertanya kemana anak mereka. Liora benar-benar frustasi dan kebingungan. Tekanan oleh orang tua mereka membuat Liora stress dan membuat keadaanya kembali memburuk dan sering pingsan. Melihat hal itu dokter menyarankan agar tidak memberi tekanan pada Liora untuk sementara waktu.
1 tahun kemudian Liora sembuh total dan diperkenankan untuk pulang, Risma pun juga dipulangkan 2 bulan setelahnya. Melihat Liora dan Risma mulai membaik, para orang tua datang untuk menanyakan keadaan anak-anak mereka, Risma juga ikut dalam pertemuan tersebut. Liora mulai menjelaskan secara rinci, para orang tua juga sudah menyiapkan ketabahan atas kemungkinan terburuk yang terjadi.
"Bagaimana jika kita mencari jasad ana-anak dan memakamkanya dengan layak?" Tanya Ayah Adam, mendengar hal itu membuat Risma ingat akan janjinya pada para korban
"hah, aku punya janji itu, kita harus mencari para korban dan memakamkanya dengan layak." Ujar Risma khawatir.
"Aku yang akan melaporkan pada polisi dan meminta bantuanya." Tawar Ayah Adam dan disetujui oleh para orang tua.
2 hari berlalu, mereka mulai berangkat ke Desa Kembang Wangi bersama-sama dengan polisi. Tetiba di desa itu, desa tersebut seperti sudah tak berpenduduk hanya terdapat puing-puing bangunan yang sudah rusak, Liora dan Risma juga Nampak kebingungan.
"Kita fokus dulu pada jasad para korban." Ujar Liora yang disetujui rombongan.
Mereka pun mulai mencari jasad para korban, Liora dan Risma menuju tempat Cantika, namun tak menemukanya karena mungkin dia sudah tenang di alamnya, Waktu menunjukkan pukul 05.00 sore, pencarian dihentikan dan dilanjut keesokan harinya. Ketika dipastikan para korban benar-benar ditemukan semuanya, polisi menutup akses ke desa tersebut, para penduduk desa tersebut sama sekali tidak ditemukan keberadaanya dan masih menjadi misteri kemana perginya para psikopat, pengabdi setan dan pelaku pesugihan. Ketika situasi sudah kondusif dan kembali normal, Liora dan Risma melanjutkkan kuliahnya. Sesekali Risma masih pergi ke psikiater ketika ketakutan kambuh.
-TAMAT-
Halo teman2 ku yang pengen beli novel hotel angker kabarin aku lewat wa atau ig ya