Liora, Adam, dan Risma kembali kekamar mereka. Tetiba dikamar Liora langsung mengemasi barang-barangnya
"Tunggu apa lagi? Kemasi barang-barang kalian. Bawa yang penting aja." Ujar Liora yang diiyakan oleh Risma dan AdamSeusai mereka mengemasi barang-barang. Liora memimpin do'a agar mereka berhasil keluar dari teror ini. Ia sadar bahwa selama ini ia terlalu jauh dari Sang pencipta. Lalu Liora mengeluarkan kedua surat kaleng yang pernah ia temukan. Ia mencari perbedaan antara surat yang berisi "Tolong aku" dengan "kalian akan mati"
Perbedaan ditemukan pada warna darah yang digunakan untuk menulis surat itu. Tapi satu lagi, Liora menemukan tulisan kecil pada pojok kanan surat yang bertulis kalian akan mati terdapat angka 30. Adam dan Risma juga ikut berfikir.
"Mungkin yang dimaksut 30 itu kamar dilantai bawah Ra." Ujar Adam
"Tapi bisa juga 30 itu tanggal makhluk disini mulai beraksi untuk ritual karna tanggal 30 lusa ada gerhana bulan total." Sela Adam
"Kenapa ini begitu rumit!" Omel Liora.
"Apa kita cek aja di kamar no 30?" Tantang AdamLama berfikir akhirnya mereka berdua setuju dengan Adam. Mereka turun menggunakan lift. Tapi tepat ditengah jalan lift macet. Risma mulai ketakutan dan Liora pun memeluk Risma untuk menenangkanya, sementara Adam berusaha mengotak-atik tombol lift tapi nihil.
"Dam, telfon aja tukang benerin lift." Saran Risma
"Jangan o'on dong. Mana ada tukang benerin lift jam segini? Kalaupun ada denger nama hotel ini aja mereka udah mundur duluan." Ujar Liora
"Duh gimana dong? Dobrak bareng atau tarik aja pintu lift nya ke arah berlawanan." Ujar Risma.Mereka pun berusaha sekuat tenaga. Mungkin ini hal yang mustahil, apa apa boleh buat karena tak mungkin ada orang yang akan menolong mereka disana. Jerih upaya mereka berhasil. Sekarang mereka berada di lantai 3 hotel. Mereka mengikuti Liora menuju tangga untuk turun. Tapi lagi-lagi perjalanan mereka terganggu oleh sosok penampakan.
"Mau apa kamu!!!" Bentak Liora ia mengira bahwa hanya dia yang bisa melihat. Tapi kini Adam dan Risma mulai peka dan sedikit bisa melihat meskipun sosok-sosok itu buram.Tentu saja hal itu membuat Adam dan Risma mulai ketakutan. Banyak mata yang tengah memperhatikan mereka.
"Ra. Kenapa aku bisa melihat mereka?" Tanya Risma hampir menangis
"Hah?" Liora terbelalak.
"Aku juga! Setelah melihat mata sosok didepanmu aku langsung bisa lihat mereka" Sela Adam yang diiyakan oleh RismaSosok itupun tertawa. Dan mulai mendekati mereka perlahan dengan melayang serta membentangkan tanganya. Adam, Risma dan Liora bergandengan mundur kebelakang untuk menjauhi sosok itu.
"Aku akan membuat kalian menjadi gila dengan semua makhluk disini. Hahaha..." ujar sosok itu
"Tidak akan." Ujar Liora geram.Liora melepaskan genggamanya dan mengambil keris peninggalan kakeknya.
"Wow. Kamu mau main perang-perangan ya. Hahaha... baiklah." Ujar sosok itu dengan suara menggema. Tiba-tiba sosok itu berubah menjadi besar yang membuat Risma menjerit ketakutan dengan sergap Adam membungkam mulutnya. Sosok itu juga berhasil membuat Adam dan Risma bergidik ngeri.Liora segera maju dan bertarung dengan sosok itu. Tapi sepertinya alam sedang berpihak dengan sosok itu. Liora terbaring lemah. Dengan mengumpulkan keberanianya Adam segera mengambil keris yang dipegang oleh Liora. Adam mencoba mencabik-cabik sosok itu dengan menyabitkan keris nya dengan asal. Risma juga tergerak untuk membantu temanya dengan melemparkan barang-barang yang ada dengan asal.
Liora melihat usaha teman-temanya. Hingga ia memperhatikan bahwa sosok itu lebih melindungi bagian dadanya ketika Risma melemparinya dengan barang-barang. Liora mencoba berdiri. Mengambil keris yang dipegang oleh Adam dan dengan do'a nya ia berlari dan meloncat setinggi-tinggi nya hingga ia berhasil menancapkan keris itu tepat di dada sosok itu.
Sosok itu kembali ke ukuran semula. Terlihat ada rantai yang menjerat lehernya. Dengan cepat Risma menarik rantai itu hingga sosok itu tercekik sampai kepala itupun terlepas dari badanya. Risma yang melihat itu terkejut dan tak percaya ia melakukan hal tersebut dengan tanganya
"Apakah itu berarti aku telah membunuh?" Ujar Risma dengan bibir terngaga dan mata melotot membuat Adam sedikit tertawa
"Kan dia sudah mati dari dulu." Ujar Adam sembari menghampiri Liora yang tengah membersihkan darah hitam di kerisnya.
"Kamu gapapa?" Tanya Adam.
"Gapapa. Udah yuk kita turun." Ajak Liora memimpin perjalanan.Selama menuruni tangga. Risma begitu erat menggenggam tangan Adam dan Liora. Tak bisa dipungkiri Adam pun juga masih terkejut akan kemampuanya melihat sosok-sosok yang tengah memperhatikanya. Ia membayangkan betapa tersiksa nya Liora memiliki kemampuan ini sejak lahir.
"Ra menurutmu kita bakal kembali hidup-hidup gak?" Sedikit berbisik
"Iya dong." Jawab Liora percaya diriTetiba dilantai bawah mereka berjalan menuju kamar 30. Namun kamar itu terkunci lalu Liora mencopot jepit rambutnya dan mencoba membukanya dan akhirnya pintu itupun terbuka. Angin berhembus dengan kencang. Mereka mencoba masuk perlahan. Terdapat barang-barang aneh disana seperti pajangan tengkorak yang berjajar rapi disetiap dinding serta meja yang dipenuhi dengan hiasan bola mata. Entah itu bola mata dan tengkorak palsu atau asli yang telah diambil dari sang empunya, mereka tak tahu. Yang jelas mereka fikir ini juga termasuk tempat pemujaan.
"Dam. Coba liat di almari itu." Perintah LioraAdampun membukanya. Sedikit risih dengan tulang belulang Adam mencoba menyingkirkan tulang belulang didalamnya dan menemukan sebuah kertas. Lalu ia memberikanya pada Liora
"Sepertinya ini sebuah tata cara melakukan ritual untuk anggota sekte aliran sesat yang baru." Ujar Risma yang sedikit mengintip kertas itu.
"Apa sebaiknya kita ikuti alur petunjuk ini Ra? Siapa tau kita bisa menemukan sesuatu. Maksutku pasti ada 1 sosok yang menjadi dalang dari semua ini yang pastinya kita temukan diakhir ritual ini." Ujar Adam
"Iya, mungkin diakhir tata cara ini kita bisa menemukan dalangnya." Ujar Risma ikut