Home

0 0 0
                                    

Setelah liburan yang cukup panjang akhirnya mereka kembali Ke kota mereka. Liburan yang sangat melelahkan tetapi mereka menyukainya.

Satu jam yang lalu mereka tiba di rumah Deva dan Rara, tidak lama beranda di sana mereka telah pulang ke rumah masing-masing. Setelah teman-temannya pulang Rara langsung merebahkan diri di kasur kesayangannya, semua badan Rara rasanya pegal seperti tulangnya rontok semua.

***

"Ssttt.."

"Akhh sakit dik"

"Pelan-pelan!!"

"Jangan di tekan" teriakan Anggata melengking memenuhi ruangan itu.

"Makanya Lo diem!" Sentak Dika Yang mulai frustasi.

"Nggak bisa lah ini sakit banget perih tau" ujar Tata dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Ya iyalah gimana nggak sakit orang tusukannya dalam banget. Udah gue bilangkan dari kemarin lebih baik kita ke rumah sakit biar luka Lo di jahit, ngeyel sih Lo"mendengar ucapan Dika yang panjang lebar muka Tata semakin di tekuk.

"Lo bodoh atau gimana kalau gue ke rumah sakit yang ada makin ribet, yang ada kita nggak jadi pulang. Lagipula ini juga luka kecil kan?"

"Apa Lo bilang luka kecil? Kalau ini luka kecil Lo nggak bakal ngenjerit-jerit kaya tadi" omel Dika yang tangannya masih sibuk memasang perban di lengan Tata dengan sedikit menekannya. "Ahkk!! Sakit bodoh" teriak Tata

"Katanya cuma luka kecil tapi kok sampai histeris gitu teriaknya"Dika terkekeh melihat itu. Tata yang di ejek sama Dika memanyunkan bibirnya dengan tubuh yang menjauh dari Dika. "Mau kemana" Dika yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya.

"Pulang lah" jawab Tata singkat

"Pulang kemana? Nyokap Lo aja nitipin Lo di sini."

"WHAT THE... Nggak mungkin kan nyokap gue nitipin anak berharganya ke orang kaya Lo?! Yang ada hilang berlian berharganya ini. Huaaa momy kenapa kau menelantarkan berlian yang berharga ini..." Teriak Agatha histeris

"Nggak usah lebay deh Ta, Lo cuma dititipin di sini bukan di ragunan"bola mata tata seakan mau keluar saat mendengar ucapan Dika."terserah Lo deh Dik terserah. Sekarang dimana kamar gue? Gue capek mau tidur"

Dika tersenyum jahil menatap Agatha, tiba-tiba ide jahil muncul di kepala Dika."cuma ada satu kamar di sini jadi Lo tidur sama gue!"

"Lo gila? Di apartemen sebesar ini cuma ada satu kamar?!"secara spontan Agatha meninggikan suaranya. Tempat mereka berada saat ini memanglah sebuah apartemen milik Dika dengan ukuran yang cukup besar. Yang Tata tidak habis pikir bagaimana bisa tempat sebesar ini hanya ada satu kamar? Tidak masuk akal bukan?

"Bercanda gue hahaha. Itu di sebelah kamar gue ada satu kamar lagi tapi ya gitu ada beberapa barang gue di situ" Agatha menatap sebal ke arah Dika ia heran kenapa Dika suka menjahilinya.

"Selagi gue bisa tidur it's okay"

***

Pagi yang cerah menyambut siswa-siswi SMA Cempaka Putih yang mulai memasuki halaman sekolah.

Suara deru motor sport milik Dika memasuki halaman sekolah tidak lupa pula Agatha yang berada di belakangnya.

"Gilaaaaa itu kan si Agatha yang bonceng Dika"

"Iya iya cocok banget nggak sih..."

"Dih apaan kayak gitu doang"

"Jangan-jangan mereka ada hubungan lagi. Tapi cocok sih"

"CK. Sukanya ngepoin hidupan orang aja, nggak ada kerjaan lain apa?" Agatha berdecak melihat mereka semua yang sendari tadi membicarakan dirinya.

Dengan perasaan jengkel Agatha meninggalkan tempat parkir itu. Namun belum sempat pergi dari tempat itu Dika mencekal pergelangan tangannya.

"Apa lagi?" Agatha menatap malas ke arah Dika. "Nanti pulang bareng gue!"

"Ogah!"

"Gue nggak nerima penolakan!. Lo tanggung jawab gue mulai sekarang!" Tegas Dika.

"Terserah!" Agatha pergi meninggalkan tempat itu semakin lama ia berada di tempat itu semakin banyak orang yang melihatnya.

"CK Napatu cewek tiba-tiba badmood, perasaan gue nggak ngapa-ngapain" "anjir.. gimana tu cewek nggak bedmood banyak yang jadi CCTV dadakan gini. Itu anak kan nggak suka jadi pusat perhatian "

Agatha memasuki kelasnya dengan muka di tekuk paginya telah dirusak oleh tatapan orang-orang yang menyebalkan. bahkan sampai ia duduk di tempatnya makua Agatha tetaplah masam.

"Jelek amat tu muka Bun..."ejek Sasa kala ia melihat wajah sahabatnya "belum puas tu liburannya" timpal Rara.

"Apa lo berdua! Nggak usah ikut-ikutan bikin mood gue hancur"Agatha melipat keduanya tangannya di meja, disandarkan kepalanya di lengan tersebut "kenapa sih orang-orang selalu kepo sama urusan orang lain? Why?"

"Mirror bun mirror kayak situ nggak aja. Lagian lo ngapa sih datang-datang muka dah kaya buah busuk" sindir Sasa sambil merapikan rambut panjangnya

"Itu orang udah pengen gue bunuh aja. Masa ya kan tadi gue berangkat sama Dika terus di parkiran banyak yang bisik-bisik,mana suaranya keras lagi"

"Bentar jadi tadi Lo berangkat sama Dika?"Rara menatap Agatha dengan heran

"Iya terpaksa semalam gue nginep disana karena di rumah gue nggak ada orang jadi nyokap gue titipin gue ke dia kan sebel gue" ucap Agatha sebal.

"Dah lah Ta yang penting Lo nggak di apa-apain kan sama Dika"sahut Sasa enteng.

"Enak ya mulut Lo ngomong. Asal lu tau dari kemarin gu di jahilin mulu. Ada aja cara dia bikin gue Kessel"

"Jodoh ma gitu ya nggk Sa" kompor Rara kepada Sasa. "Betul sekali yorobun"

"Lo berdua sama aja nyebelin kaya Dika" Agatha melipat kedua tangannya mukanya semakin bertambah masam.

"Eh bentar deh Ta"

"Apa lagi sih Ra"

"Itu di lengan Lo kok ada kaya perban sih" Agatha yang panik pun langsung menutup perban itu dengan lengan seragam sekolahnya. "Ah i-ini semalam kegores pintu. Ah iya kegores pintu kerena Dika usilin gue"

"Emang parah sampai harus di perban segala"Sasa menatap curiga ke arah Agatha. "Y-ya lumayan Samapi ada darahnya" bohongnya

"Oh pentesan di perban. Gila banget Dika bercandanya sampai kayagitu harus gue marahin tu anaka"

"Udahlah yang penting gue gak papa. balik ke tempat Lo sana bentar lagi guru masuk" dan benar saja setelah Agatha mengatakan itu guru yang mengajar kelasnyapun datang.

My Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang