Hari ini di kelas X IPA2 sedang berlangsung pelajaran olahraga. Namun, olahraga kali ini akan membahas tentang perlombaan yang akan diadakan bulan depan. Sekertaris kelas sedang berada di depan untuk menuliskan beberapa cabang olahraga yang ada dalam perlombaan tersebut.
Sebagai cabang olahraga telah diisi tinggal beberapa lagi. "Teman-teman, dipertandingan basket putri kurang satu orang nih. Kira-kira siapa?" Tanya sekertaris tersebut yang bernama Nova.
"Gimana kalau Diyara aja. Nih ya kalau dilihat postur tubuh Rara memenuhi syarat" usul salah satu siswi yang bernama Amel tersebut.
"Gimana Ra Lo mau nggak?" Sambungnya lagi."Hem. Yaudah deh nggak papa. Tapi gue nggak jago banget mainan basket"
"Kalau itu kan kita bisa latihan bareng. Lagipula semua pertandingan itu akan diseleksi satu Minggu sebelumnya untuk mencari yang terbaik." Ucap Amel lagi.
"Oke kalau gitu tim basket putri ditambah Diyara. Terus di Taekwondo putri siapa nih? Yang putra kan udah bintang di poomsae dan di kyorugi ada Natan." Nova kembali bertanya. Semua siswi kelihatan bingung terkecuali Rara yang malah memperlihatkan senyum misteriusnya.
"Gue aja Nov." Semua siswi langsung menatap ke sumber suara. " Lo yakin Ra?" tanya Sasa yang berbeda di depannya.
"Yakni lah. Kalau nggak dicoba mana tahu." Ujar Rara penuh keyakinan. "Oke kalau Lo mau nggak papa asal nggak terpaksa. Terus Lo mau yang poomsae apa Kyorugi?" Nova menyetujuinya toh ketimbang kosong.
Rara nampak berpikir " kalau itu gue belum tahu sih. Tapi secepatnya gue kasih tahu Lo Nov." Nova menggunakan kepalanya
***
Jam istirahat telah berbunyi kini Deva dengan teman-temannya sedang menikmati jajanan yang ada di kantin. Saat sedang asyik-asyiknya ngobrol dengan Danu, Atalah dan juga Dika, tiga orang gadis tiba-tiba duduk begitu saja tanpa permisi. Perhatian empat cowok teralihkan menatap ke tiga cewek yang baru duduk itu.
"Astaga Rara main duduk aja tanpa permisi" Rara pun yang ditegur oleh Deva malah tersenyum.
"Maaf kak hehe. Nih cacing udah pada demo minta makan" Deva hanya menggeleng menanggapinya. Merasa sudah tidak ada yang dibicarakan Rara mulai menyantap makanannya.
"Dev Lo jadi ikut lomba apa nih?" tiba-tiba seseorang yang baru saja datang langsung menyambut Deva dengan pertanyaan.
"Astaga Lo lagi Lo lagi! Bosen gue lihat Lo Kumala. Berapa kali gue bilang, gue belum tahu mau ikut lomba apa!" Yap orang yang bertanya kepada Deva itu adalah Kumala sekertaris kelas Deva.
"Ya salah siapa dari tadi kagak mikirin. Kurang Lo doang ini, abis itu mau gue kasih ke wali kelas. Buruan kenapa Biar tugas gue selesai!" Ucapnya tanpa henti.
"Udah gue bilang gu-"
"Maaf kak sebelumnya, menurut aku sih kak Deva dimasukkan kedalam olahraga taekwondo aja " potong Rara
" Tapi dek- "
"Bagus juga ide kamu. Kebetulan banget cabang taekwondo cowok masih kosong. Oke kalau gitu gue catat dulu deh" Kumala mencatat nama Deva ke lembaran kertas yang dilipat. Hembusan nafas terdengar dari mulut Kumala "huufff. Akhirnya tugas gue selesai juga. Kenapa nggak dari tadi sih Dev,kan gue jadi nggak capek nanya mulu ke elo." Akhir Kumala pergi dari tempat tersebut.
Sedangkan Deva masih mematung ditempatnya. Tak lama Deva menatap sinis kearah Rara. Rara yang ditatap hanya menaikkan sebelah alisnya "apa!?"
"Kenapa Lo pilih itu sih buat gue?"
"Kenapa?"
"Lokan tahu kalau gue udah lama gak fight lama banget malah"kini wajah Deva menjadi suram.
"Hmm. Terus kenapa? " Rara menjawab dengan datar
"Ya gue nggak mau lah dek. Mungkin aja kemampuan gue udah hilang" sedangkan teman-teman Deva dan Rara hanya fokus mendengarkan
"Ck.Cupu Lo kak! Secara gak sadar Lo pesimis sama diri Lo sendiri. Lo tau kan kak kalau pisau yang berkarat akan bisa tajam kembali apa bila dia diasah lagi. Pisau itu sama kayak Lo, jika kemampuan Lo dilatih lagi mungkin akan muncul kembali. Dan gue yakin kemampuan seseorang nggak akan pernah hilang dari dirinya sendiri." Setelah mengakhiri kalimatnya Rara langsung pergi begitu saja meninggalkan makanannya yang masih tersisa. Entah kenapa perasaan Rara jadi dongkol mendengar ucapan dari kakaknya tersebut.
Semua orang yang ada di meja terbengong dengan omongan Rara yang pajang kali lebar tersebut. Mereka masih ragu dengan apa yang didengar oleh telinga mereka. Sedangkan Deva kini tengah merenung mencoba mencerna kalimat yang dilontarkan oleh Rara.
"Gilaa. Tadi itu benern adik Lo Dev? Gue harus berguru nih sama Rara biar bisa jadi orang yang bijak." Seru Danu yang masih menatap kepergian Rara
"Aaoww..... Sakit anjir" Danu mengsap kepalanya yang di poles oleh Dika
"Ya elo sih, suasana lagi kayak gini Lo malah dibuat bercada" Dika masih dongkol dengan melakukan Danu
"Astaga!" Teriak Deva sambil menepuk jidatnya. "Kenapa Dev?" Tanya Atalah
Deva langsung menatap mereka semua " tadi Rara ngomongnya pakai Lo-gue ?" Mereka semua kompak mengangguk "mati gue. Pasi Rara marah banget sama gue"
"Emang kenapa sih kak ?" Keponya Sasa mulai muncul
Deva menghembuskan nafas dengan keras "nih ya kalau Rara udah ngomong pakai elo-gue sama gue, itu tandanya dia marah banget dan kecewa sama gue"
"Yaudah Dev saran gue mending Lo turutin kemauan Rara siap tahu ada benarnya juga" ucapan Atalah dianggukin oleh mereka semua. "Biar gue yang ngurus Rara dulu" lalu Atalah melangkahkan kakinya keluar dari kantin. Entah mau kemana Atalah akan mencari Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story [On Going]
Teen Fiction"ayo kita buat janji berdua" ucap seorang di sebelahnya Dia menatap wajah itu dengan bingung "buat janji untuk apa?" "janji untuk kita selalu bersama selamanya sampai kita dewasa nanti"ujarnya dengan senyuman semanis gula itu. "Jika salah satu dari...