sorry 2

51 2 0
                                    

Kringggg....

Suara jam Beker di sebuah ruangan berbunyi nyaring. Seorang gadis yang sedang terlelap perlahan mulai terusik. Perlahan mata gadis tersebut menyesuaikan cahaya yang berada di dalam ruangan tersebut. Tangannya meraba naskah yang berada di sebelah tempat tidurnya.

"Ah... ternyata udah pagi aja" gadis tersebut adalah Diyara. Matanya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul  04.30

"Gue solat subuh dulu deh" Rara beranjak dari tempat tidurnya langsung menuju kamar mandi.

Setelah solat subuh Rara langsung menuju taman belakang rumahnya yang terbilang cukup luas. Senyum Rara melihat beberapa benda yang sudah cukup lama tidak ia jumpai. Langsung saja Rara menuju mobilnya lalu membuka bagasi belakang. Ia mengambil barang-barang yang sudah di belinya kemarin dan memindahkannya ke taman belakang

Butuh waktu 30 menit untuk Rara menyusun barang-barang tersebut. Sekiranya cukup Rara langsung masuk kedalam menuju kamar Deva.

Tok...tok...tok....

Tidak ada sautan dari dalam sana. Langsung saja Rara masuk ke dalam. Rara melihat Deva yang masih tidur pulas di atas kasurnya.

"Ini nih kebiasaan kak Deva sehabis sholat subuh. Langsung berjelajah ke alam mimpinya lagi." Rara melangkah kakinya lebih mendekati Deva. "Kak ayo bangun. ini udah pagi" tak ada respon apapun dari Deva.

Tiba-tiba sebuah ide melintas ke otak Rara. Senyum Rara langsung berubah menjadi senyum miring.

"KAKAK KEBOKU... TOLONGIN RARA!!! ADA KEBAIKAN CEPAT!!! RARA SUDAH SESAK NAPAS!... KAK APINYA TAMBAH BESAR!!!...uhukkkuhukk.."

Dengan sepontan Deva langsung membuka matanya. Matanya langsung mencari dimana keberadaan adiknya itu. Pandangannya jatuh kepada gadis yang sedang menahan tawanya itu.

HAHAHAHA.....

Rara udah tidak bisa menahan tawanya lagi. Saat Rara melihat ke arah Deva, Rara langsung meredakan tawanya. "Hehe. Morning kakak keboku" setelah mengucapkan itu Rara langsung berlari keluar dari kamar Deva.

"RARA...."teriak Deva murka

Rara yang sudah keluar dari kamar Deva melanjutkan tawanya.

"Ternyata bahagia banget ya ngerjain kakak sendiri hehehe"

"Ngapain sih Ra ngerjain kakak. Pusing nih kepala kakak" tangannya memijat-mijat keningnya.

"Ya makanya olahraga kak, jangan ngebo Mulu. Kebanyakan tidurnya nanti kayak kerbau beneran loh"

"Astaga Ra. Badan atletis gini dibilang kayak kerbau. Itu mata ditaruh di mana nak!" ucapnya agak jengkel

"Mata saya disini Abang. Dulunya sih iya atletis tapi sekarang ototnya jadi lemak semua.hahaha" Memeng tubuh Deva sampai sekarang masih atletis tapi bedanya sekarang lebih berisi.

"Abang Abang emangnya gue Abang ojol apa?"ujarnya sewot

"Nggak sih tapi kayaknya itu ide yang bagus.  Kalau kak Deva jadi Abang ojol pasti banyak orderan, ngumpul tuh uang buat beliin Rara baju baru yang brendit"

"Enak aja uangnya mau kakak tabungin buat membiayai anak, istri kakak" Deva membanggakan diri

"Ehh bentar-bentar emang calonnya uadah ada?. Oh iya Rara lupa, kak Deva aja calon pacarnya belum ada apalagi calon istri. hahahaha" Rara tertawa terbahak-bahak

"Sabar Dev sabar. Harus sabar punya adik laknut kayak dia" Deva mengelus dadanya agar tidak terpancing emosi. "Udah lah ngapain kamu kesini dan itu apa kok ada kardus besar-besar?"

My Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang