"kapal pecah"

47 3 0
                                    


Kini Rara sedang berada di kamarnya. Badannya sekarang merasa segar dari sebelumnya. Setelah main hujan tadi Rara langsung berendam menggunakan air hangat.

Setelah keluar dari kamar mandi dengan segera Rara memakai baju panjangnya. Cuaca di luar masih hujan hingga hawa dingin masuk ke dalam rumah. Di dalam kamar Rara merasa bosan pada akhirnya Rara memutuskan untuk turun ke bawah. Saat sampai di bawah tepatnya ruang keluarga, Rara melihat Deva, Dika, Danu dan juga Atalah yang telah berganti baju. Entah dari mana baju tersebut, mungkin minjam Deva.

Pandangan Rara jatuh pada sekeliling tempat itu. "ASTAGA KAKAK!!! "Rara berteriak histeris melihat tempat tersebut yang sedang di huni Deva dan temannya.

"ada apa sih dek teriak kaya gitu"

"iya nih Ra sakit nih kuping gue"Dika mengorek salah satu telinganya

"coba deh kalian lihat sekitar kalian" mereka berempat melihat sekelilingnya."kalian tu ya baru tiga jam yang lalu gue bersihin sekarang udah kaya kapal pecah. Bungkus cemilan di mana-mana, kaleng minuman juga bertebaran, setik PS nggak karuan"rara sudah naik dara melihat tempat yang tiga jam yang lalu baru di bersihkan sekarang, menjadi kapal pecah. Sedangkan empat sejoli itu malah melihatkan cengiran bodohnya.

"pokonya gue gak mau tau tempat ini harus bersih dan rapi seperti semula! " ucapnya di penuhi penekanan di setiap katanya

"tapi ra---" ucap meraka bersamaan

"gak ada penolakan titik"Rara meninggalkan tempat tersebut, naik ke lantai atas

"gimana nih Dev"tanya Dika

"ya gitu. Kita bersihin. Dari pada rara nanti ngambek dan ngamuk lagi ke gue"Deva memulai memungut setik-setik PS

"ya udah ayo kita bersihin"Atalah juga memulai memungut bungkus-bungkus makanan ringan.

Dan pada akhirnya mereka bersih-bersih tempat tersebut. Sedangkan rara melihat dari lantai atas. Tanpa di sadari, Rara meperlihatkan senyuman yang sulit di artikan kepada mereka. Setelah beberapa saat melihat mereka Rara melangkahkan kakinya menuju kamarnya kembali.

Tiga puluh menit telah berlalu. Empat orang cowok tadi kini sedang rebahan di kamar Deva. Seorang pembantu memasuki kamar Deva, setelah di izinkan oleh sang penghuni kamar.

"permisi den"ujar pembantu itu

"iya bi na ada apa? "

"itu den makan malamnya sudah siap" ucap orang tersebut dengan sopan

"iya bi na kita nanti turun"

"ya sudah den kalu gitu saya permisi dulu mu ke kamar non rara "saat bi na akan pergi Deva menghentikan lankahnya

"bi gakusah biar Deva aja yang panggil"

"baik den saya permisi dulu"

Deva bangkit dari dari duduknya. "Dev lo mau kemana"

Deva berdecak"ck. Ya panggil Rara lah"

"biar gue aja yang panggil. Lo semua langsung pada turun aja" sebelum Deva menanggapi itu atalah sudah ngacir duluan.

Danu menaikan sebelah alisnya"tumben tu anak ngajuin dirinya sendiri"

"tau tu habis kesambet kali"ujar dika sambil terkekeh geli disusul oleh kekehan deva dan Danu"udah yuk turun gue udah mulai laper nih"

Belum sampi dua langkah mereka jalan ke arah pintu. Pintu tersebut kembali terbuka. Memperlihatkan Atalah di sana. Dengan cengiran hasnya.

Deva menaikan sebelah alisnya"ngapain elo balik lagi ke sini"

"sori Dev gue nggak tau dimana kamar Rara"Atalah mengaruk kepala belakangnya dengan menampilakan muka konyolnya

Terdengar hembusan nafas gusar milik mereka. "ck. Itu kamar Rara yang ada di ujung" atalah mengangguk dan langsung ngacir ke kamar tersebut. Sedangkan mereka bertiga mengangkat bahunya menandakan tidak peduli dan meninggalkan tempat tersebut

✳✳✳

Kini Atalah telah berdiri di depan pintu betcat putih. Untuk ke sekian kalinya Atalah ragu untuk mengetuk pintu tersebut. Tanpa membuang waktu lagi Atalah mengetuk pintu tersebut.

TOK... TOK... TOK...

Terdengar suara dari dalam. "masuk nggak dikunci kok" Atalah mulai membukapintu tersebut. Hal pertama yang atalah rasakan adalah semerbak aroma bunga lavender yang memenuhi runangan tersebut dan warna putih ungu yang mendominasi dinding tersebut. Mata Atalah mulai mencari keberadaan gadis yang di carinya. Dan gadis tersebut sedang berada di balkon kamar miliknya.
"Rara? "atalah mulai memanggil gadis tersebut

Rara menoleh ke belakang"eh. Atalah "

"gue boleh masuk nggak"

"boleh kok sini aja"
Atalah melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam ke ruangan tersebut namun kini pandangannya tertuju kesebuah dinding yang bertuliskan sebuah kalimat
'jangan gunakan kepandaianmu untuk membodohi orang yang lemah gunakan lah kepandaiaanmu untuk membantu orang yang dalam kesusahan' Atalah menaikan sebelah alisnya seperti pernah mendengar kalimat itu sebelumnya tapi dia lupa di mana.

"kenapa? Aneh ya kata-katanya"Rara melihat wajah Atalah yang kelihatan bingung

"nggak kok Ra gue rasa, gue gak asing sama kalimat itu"

"sebenarnya itu kalimat motivasi buat diri gue"Rara menghembuskan nafas gusar "kalimat itu adalah kalimat nasehat yang temen gue berikan untuk gue dulu"raut muka Rara kini menjadi murung

"kalu boleh tau temen lo si--"belum atalah selesai ngomong rara sudah memotong duluan

"oh iya lo nyari gue untuk makan malam kan. Yaudah sekarang kita turun ke bawah, kasihan yang lain udah pada nunggu"Rara mencoba mengalihkan pembicaraanya tentang temannya itu. kini rara dan atalah meninggalkan ruangan tersebut. Rara kini bisa bernafas lega 'untung gue bisa nglihin pembicaraan kalu nggak kan berabe urusannya' batinnya.

My Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang