Rain

54 3 0
                                    

Di taman belakang, terlihat seorang gadis sedang
menari-nari dibawah guyuran air hujan. Terlihat gadis tersebut nampak mencurahkan kebahagiaanya dan kesedihannya dibawah naungan hujan.

Sedangkan di terasa dekat taman tersebut nampak seorang remaja yang sedang memperhatikan gadis tersebut. Remaja tersebut adalah Atalah. Dan gadis yang berada di taman tersebut yaitu rara.

Atalah menatap rara tanpa kedip.'apa rara sesuka itu sama hujan?. Wajah rara kelihatan bahagia banget. Apa gue samperin ya. Eh tapi kalu gue samperin ganggu gak ya'. Atalah menimang-nimang keinginannya itu

Rara masih berputar-putar di bawah naungan hujan. Serasa semua yang ada di pikiran rara hilang. Kini posisi rara berada di tengah-tengah guyuran hujan, dengan tangan yang terlentang dan kepala menghadap ke atas. Rara merasa ada yang menepuk pundaknya, saat rara menengok ke samping kiri, rara kaget dengan kedatangan atalah yang berada di sampingnya.

"eh. Kak atalah, dari kapan ada di sini? " tanya rara kikuk

"mungkin dari tadi"

"kok mungkin. Btw ngapain kakak di sini"rara masih ragu dengan jawaban atalah

"gue disini. Lagi lihat bidadari main hujan"atalah menjawab tanpa ada keraguan di wajahnya

"lah emang bidadari suka main hujan" tanya rara dengan polosnya.

"suka banget buktinya ada di depan gue" atalah menggelngkan kepalanya melihat tingkah polos rara

"kak atalah ada-ada aja. Eh iya kok kakak ngak masuk dingin lo di sini" gugup dan salah tingkah, itulah yang rara rasakan saat ini

"lah terus lo ngapin di sini malah main hujan ?. Bukannya malah di dalem ngangetin badan lo" bukanya menjawab atalah malah balik bertanya

"ih kok di tanyak malah balik nanya. Jawab dulu pertanyan aku"

"gue malis di dalem. Udahkan sekarang gantian jawab pertanyaan gue"

"karena gue suka hujan. Maknya gue main hujan-hujanan. kelihatan kaya anak kecil ya suka main hujan"rara memberikan senym manis ke atalah

"nggak juga, nati kalu lo sakit gimana. Deva juga kan yang repot"

"gak bakal kok gue udah kebal yang namanya air hujan" rara memperlihatkan cengiran bodohnya

"ternyata lo keras kepala ya Dan juga ngeyel. Udah gih buruan masuk lo udah kelihatan pucet tu. Nanti yang ada lo jatuh sakit" ujar Atalah dengan nada sedikit khawatir

"iya kak gue masuk. Kakak juga masuk ya pinjem bajunya kak Deva baju kakak juga basah kuyup"

"Mm."
Rara melangkahkan kakinya meninggalkan taman tersebut. Namun baru beberapa langkah rara harus menghentikan kakinya lagi dan membalikkan badannya

"ra. Panggil gue atalah aja gak usah pakai kakak. Kayanya umur gue sama lo gak beda jauh"

"iya kak. Eh mangsut gue atalah"

"yaudah gih sana masuk" ahirnya rara melangkahkan kakinya kembali menuju kamarnya. Sedangkan atalah masih di tempat semula. Menatap lurus dan menerawang jauh di sana

"hujan dia dimana, gue rindu sama dia. Gue harap dia baik-baik aja dan masih suka sama yang namanya hujan. Kalau gue sama dia memang ditakdirkan, tolong pertemukan gue sama dia kembali dan tolong jelaskan kembali tentang nya seditel mungkin agar gue bisa menemkannya kembali" gumam atalah di bawah naungan hujan yang masih membasai bumi. bayangan buram tentang gadis kecil itu kembali muncul di pikiran atalah. Namun sayangnya kisah itu di ibaratkan seperti vidio yang di putar tanpa ada suara di dalamnya dan menampilkan warna hitam putih tanpa wjah yang jelas. Gadis yang selalu menghibur nya dan menggoreskan warna dan kebahagiaan di hidup nya. Dan kini gadis itu entah kemana bersama kenangan mereka yang menghilang di memori Atalah.

My Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang