Hello guys hari ini aku upload lagi nih. Jangan lupa baca sampai habis ya oke. And so jangan lupa klik tanda bintang ⭐ dibawah oke. Cukup basa-basinya silahkan lanjut membacanya
Babak final pertandingan olahraga sedang berlangsung. Lima hari telah dilewati oleh seluruh siswa-siswi Cempaka Putih maupun dari sekolah lain. Begitu pula dengan Rara dan Deva yang akan melakukan babak final untuk pertandingan cabang Taekwondo. Sedangkan untuk pertandingan basket, Rara dengan timnya meraih juara 3.
Rara dan Deva kini telah berada di lapangan pertandingan. Untuk menunggu giliran mereka bertanding di lapangan bagian barat. Pandangan Rara beredar pada bangku penonton untuk mencari keberadaan teman-temannya. Dan yap mereka berada di bangku paling depan berharap langsung dengan lapang untuk tempat Rara dan Deva tanding.
Namun sesaat pandangan Rara tertuju pada gerombolan anak Pelita Bangsa yang juga mengikuti perlombaan tersebut. Rara jadi ingat kepada Nisa saat mereka masih bersekolah di SMA Pelita Bangsa kemampuan mereka selalu berdua. Huff... Rara jadi rindu kan dengan Nisa tapi mau gimana lagi Nisa juga harus pergi.
Seketika mata Rara membulat kala melihat dua orang cowok yang ia kenal berada di gerombolan anak Pelita Bangsa.
"Itukan Fando sama Ardi! Mati deh gue kalu ketemu mereka. Jangan sampai mereka lihat gue" gumam Rara dan langsung memalingkan wajahnya kearah lain.
Saat melihat ke lapangan di sebelah kanannya tak sengaja Rara melihat Nadiya yang akan memasuki lapangan pertandingan.
"Itukan kak Nadiya. Jadi kak Nadiya ikutan taekwondo. Eh tunggu, itu kan baju poomsae jadi kak Nadiya itu anak poomsae. Wiss harus bilang kak Deva nih."
Rara mendekatkan dirinya kepada Deva "kak kak"
"Apaan sih dek"
"Itukan kak Nadiya" tunjuk Rara kearah Nadiya
Mata Deva mengikuti arah yang ditunjuk Rara "mana sih"
"Astaga kak yang itu" tunjuk Rara lagi
Deva menaikkan sebelah alisnya"Itukan lapangan poomsae"
"Kak Nadiya itu anak poomsae ya kak"
"Mana gue tau. Gue juga baru liat"
Rara mengganggu anggukan kepala. Sekilas ide jahil terlintas di otaknya. "Wah keren tuh kak Nadiya mainnya iya kan. Apalagi pakai baju poomsaenya jadi tambah cantik kan kak"
"Nggak" jawab Deva singkat
"Nggak tapi dari tadi dilihatin Mulu. Emang ya mulut sama hati berbeda" Rara tertawa kecil. Pasalnya setelah Rara memberitahu keberadaan Nadiya sejak itu pandangan Deva tidak teralihkan.
"Apaan sih udah deh habis ini giliran Lo loh dek" Deva mengalihkan pandangannya ke arah depan
"Ck. mengalihkan pembicaraan. Kalau suka ungkapin Jangan sampai telat nanti nyesel" cibir Rara. Deva yang dicibir pun nggan menanggapinya.
Kini Rara giliran Rara untuk bertanding dan lawan Rara adalah Sefa. Didalam hati Rara berdoa supaya pertandingan terakhir ini berjalan dengan lancar dan semoga Sefa tidak melakukan kecurangan yang akan membuat salah satu dari mereka cidera.
Sebelum memasuki lapangan Sefa berbisik di telinga Rara. "wait defeat you and the game will begin. I hope you enjoy it" lalu ia tersenyum sinis.
Rara tersenyum meremehkan "jangan sombong dulu, lihat saja nanti. Gue nggak akan takut sama ancaman Lo. And new info gue bukan Diyara yang dulu lagi. Jadi gue berharap jangan ganggu kehidupan gue lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story [On Going]
Подростковая литература"ayo kita buat janji berdua" ucap seorang di sebelahnya Dia menatap wajah itu dengan bingung "buat janji untuk apa?" "janji untuk kita selalu bersama selamanya sampai kita dewasa nanti"ujarnya dengan senyuman semanis gula itu. "Jika salah satu dari...