star

15 2 0
                                    

Hello guys I am back......
Apa kabar kalian semua semoga sehat selalu ya. Gimana nih yang lagi sekolah online atau yang lagi kuliah online semoga lancar ya. Oke oke pertama aku mau minta maaf karena udah lama banget aku nggak update lagi Soo aku nggak mau lama-lama banyak bicara di sini karena aku tau kalian pasti udah rindu sama cerita ku. Jadi Heppy Reading guys....

Malam pun akhirnya tiba. Langit yang tadinya biru sekarang telah menjadi gelap dengan bintang-bintang yang bertaburan di atas sana. Dibawah naungan langit tersebut terdapat beberapa anak remaja yang sedang berkumpul bersama.

"Hello, my cake is ready!!" Suara nyaring tersebut muncul dari arah belakang.

"Wisss... Kayaknya enak nih Ra"saut Danu sambil mencomot kue tersebut.

"Jelas lah siapa dulu yang buat." Rara menyombongkan dirinya.

"Bik Nana kan" balas Dika dengan rentang.

"Enak aja bibik yang bikin. Orang gue yang bikin" Rara tak terima dengan ucapan Dika

"Bercanda kali Ra sensi amat sih. Tapi serius ini Lo yang bikin"

"nggak percaya ya udah.Bodoamat!" Rara meninggalkan tempat tersebut. Semua pasangan mata langsung melihat kearah Dika. Tatapan mereka seperti menandakan bendera perang telah berkibar.

"wait! Wait! Kenapa kalian lihat gue kayak gitu sih"

"Udah tau Rara kalau ngambek susah dibujuk Lo malah kaya gitu" ujar Danu dengan ketus.

"Emang salah gue apa?"

"Ini nih ciri-ciri orang yang terlalu pintar. Karena terlalu pintar dia nggak tau apa kesalahannya" ucap Tata dengan nada menyindir.

Sementara itu Rara sedang menyiapkan coklat panas untuk mereka. Dibantu dengan bibik kini coklat panas itu telah jadi.

"Bik Na anterin coklat panas ini ke mereka ya, aku mau ke atas dulu."

"Iya non"

Bik Nana pun meninggalkan Rara untuk mengantarkan coklat panas tersebut. Setelah kepergian bik Na, Rara melangkah kakinya untuk menaiki anak tangga. Langkah kakinya membawa Rara ke ruang musik. Di depan sebuah piano yang menghadap ke jendela, kaki Rara berhenti pada tempat tersebut. Manik mata Rara terus menatap kearah langit yang dipenuhi oleh bintang, hingga mengingatkannya pada masa lalunya.

Flash on
"

Ara?" Panggil anak laki-laki tersebut.

"Ya...?"
"Coba kamu lihat bintang yang paling terang itu!" ucapnya sambil menunjuk salah satu bintang di atas sana

Mata Rara mengikuti arah yang ditunjuknya." Ada apa dengan bintang itu"

"Bintang itu begitu cantik ya"

"Hem.." jawab Rara seadanya. 

Kini keheningan menyelimuti mereka berdua lagi. keduanya sama-sama diam melihat  bintang yang kesepian itu "Ara... ayo kita buat janji berdua"

Rara menatap wajah Al dengan wajah bingungnya "buat janji untuk apa?"

"berjanji untuk kita selalu bersama selamanya sampai kita dewasa nanti"ujarnya dengan senyuman semanis gula itu. "Jika salah satu dari kita melanggar janji itu gimana?" tanyanya kepada Al

"Maka yang melanggar perjanjian itu akan mendapatkan hukuman"

"Baiklah kalau begitu mari kita berjanji." Rara mengulurkan jari kelingkingnya "Kamu harus berjanji bahwa kamu akan selalu ada di sampingku. Janji!" Al menggapai jari kelingking Rara. "Dan kamu harus berjanji untuk selalu bersama ku selamanya karena tak kan ada yang bisa memisahkan kita berdua"

"Tapi Al jika suatu saat nanti saat kita sedang tidak bersama dan aku membutuhkan pertolonganmu apa yang harus aku lakukan?"

"Itu mudah saja. Lihatlah bintang atau langit di atas sana terus pejamkan matamu perlahan, panggil namaku dalam hati maka saat kamu membuka matamu aku akan ada di hadapanmu."

"Jika hal itu tidak terjadi bagaimana?"

"Lakukan seperti itu hingga tiga kali jika dalam 3 kali aku tidak datang juga itu tandanya aku telah melanggar perjanjian itu dan aku pantas mendapatkan hukuman darimu"

Flash off

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepala Rara hingga hari ini. Tujuh tahun kini telah berlalu dan memori-memori itu masih melekat jelas di benak Rara.

Hembusan nafas panjang terdengar jelas di ruang tersebut. Pikiran Rara terus tertuju pada janji yang dibuat oleh mereka.

"Apa aku harus mencobanya lagi apa yang dikatakan oleh Al? Ini sudah kali kedua aku melakukan ini dalam hari ini. Jika itu bisa membuat Al kembali maka aku akan melakukannya setiap menit." Rara mencoba melihat bintang yang paling terang tersebut dan kemudian memejamkan matanya.

Dalam hati Rara berucap 'al kembalilah berapa lama lagi aku harus menunggumu. Ini sudah terlalu lama kamu mengingkari janjimu. Ku mohon cepat kembali dan tepati janjimu selanjutnya. Aku sangat merindukan mu al'

dengan perlahan lara membuka kedua kelopak matanya, namun apa yang ia harapkan sia-sia. Dihadapannya kini tidak ada siapapun. Untuk kesekian kalinya harapan Rara pupus. Lagi dan lagi Al tidak muncul di hadapannya.

Bahkan terkadang pikiran negatif muncul di benak Rara. Apakah Al masih mengingatnya atau sudah melupakannya. Namun pikiran buruk itu selalu di tepis oleh Rara.

dulu Al pernah bilang bahwa tidak akan ada yang bisa memisahkan mereka berdua namun dengan mudahnya tuhan memisah mereka tanpa disadari waktu berlalu dengan cepat menyisahkan kenangan yang ada.

Kini Rara menuju piano tersebut. Dengan anggun Rara duduk di bangku piano tersebut. Tampa Rara sadari jari-jari lentiknya menekan setiap tutus yang ada di piano itu. Memunculkan melodi music spring day milik BTS yang melantun indah. Tetes demi tetes air mata Rara berjatuhan mengiringi music spring day tersebut.

Memory memory indah itu yang telah lama Rara simpan di dalam hati dan pikirannya kini kembali muncul di benak Rara. Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Rara. Banyak hal yang telah Rara lewati tanpa tanpa adanya Al di sisinya. Mereka yang sudah dari kecil bersama dan sekarang harus terpisah selama itu membuat salah satu dari mereka merasakan rasa kehilangan yang sangat pedih.

My Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang