Satu kata

59 3 0
                                    

Kini Rara dan Deva sedang berada di taman belakang Deva yang sedang fokus dengan HP nya sedangkan rara sedang membaca novel kesayangannya. Tapi saat membaca novel pikiran rara melayang entah kemana. Sesaat cewek yang tadi itu melintas di otaknya

"kak... Eemm, aku boleh tanya nggak? " tanya rara untuk memecah keheningan.

Deva mengerutkan keningnya"tumben lo tanya. Emang ada apa"

"kakak tau yang namanya kak nadiya"

"tau, emang kenapa? "deva bertanya dengan heran

"itu cewek siapa. Eeemmm mangsut aku nadiya itu siapa sih kaka"

"kenapa kamu tiba-tiba tanya tentang nadiya"

"nggak papa sih aku cuma penasaran aja sama dia"

"nadiya itu anak kelas XI IPA 2. Bisa dibilang dia anak cewek penguasa sekolah ini. Dilihat dari fisiknya nadi itu cantik, tapi karena kelakuannya yang suka membuli orang. Semua itu jadi hilang. Apalagi itu mek-up nya kayak tembok tebel banget, kayak orang nggak percaya diri."ucap deva dengan wajah sebal.

"aku lihat dari muka kakak, kayaknya kakak benci banget sama kak nadiya" rara  Mengerutkan keningnya

"dari mana gue gak benci dek. Dia itu centil bangat, caper, pengganggu,disemua tempat selalu ada dia. Satu kata buat nadia, cewek gila!  "

"hati-hati loh kak benci itu bisa berubah jadi cinta dan benci juga bisa merubah segalanya" rara mencoba menggoda deva dan memperingatkannya

Deva memutar bola matanya dengan jengah "mana mungkin lah dek. Secara nadiya bukan tipe kakak bangat"

"ingat kak karma masih berlaku"rara kembali memperingatkan deva

"iya-iya." ucapnya jengah "oh iya dek nanti teman kaka akan kesini, boleh kan"

"ya boleh lah kenapa gak boleh. Teman kaka juga teman aku kan"

✳✳✳

Suara ketukan pintu terdenar di ruang televisi. Deva yang berada sendiri di sana, mau tidak mau harus membuka pintu. Deva berjalan ke arah pintu dengan malas.

Saat pintu terbuka nampak tiga orang cowok yang tidak asing bagi deva. Ya siapa lagikalu bukan atalah, dika dan danu. Mereka bertiga datang dengan keadaan baju yang basah. Memangsih cuaca sekarang sedang hujan, alhasil mereka bertiga yang mengendarai motor terguyur hujan di jalan.

"oi dev kita nggak di suruh masuk nih" Danu membuyarkan lamunan deva yang menatap mereka aneh

"iyanih dingin banget. Mana baju basah lagi" dika menyetujui jawaban Danu

"yee biasanya juga berendem di air es lo bertiga " jawab deva dengan nada sinis "yudah gih masuk. Nanti keburu mati kedinginan lagi"lanjutnya

"ya untung dong lo bisa jadi terkenal"ucap atalah sambil berjalan masuk.

"benertu, entarkan lo jadi artis.  terus gue bakal dateng ke elo nagih tumbal. buat persugihan biar lo tambah terkenal kan kita jadi sama-sama untung" mereka berempat ketawa mendengar ucapan ngwur dari Danu.

"tu mulut kurang disekolahin apa bagai mana. Elo tau kan kalau gue udah terkenal. Siapa sih yang nggak kenal gue" deva menyombongkan dirinya sendiri

"sebahagiya lo lah dev" dika mulai jengah dengan ucapan mereka "eh dev, btw dimana adik elo yang cantik itu"

"mangsut lo si rara. Ada tu di taman belakang"

"ngapain rara hujan-hujan gini di taman belakang?"kini atalah mulai tertarik dengan topik ini

"mana gue tau, mungkin lagi main hujan" jawab deva enteng

"gila lo dev. Adeknya main hujan malah di biyarin" danu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan deva.

"percuma gue ngelarang rara. sampai-sampai mulut gue berbusa pun rara gak bakal berhenti main hujan. Rara tuu suka sama hujan dari dulu, jadi buat apa gue larang dia. lagian rara juga udah kebal kok sama hujan, nanti kalau dia capek juga berhenti sendirikali" mereka bertiga haya meresponnya dengan anggukan.

Saat itu juga atalah akan melangkahkan kakinya, tapi sebuah suara menghentikannya

"at mau kemana lo" dika heran dengan atalah yang tiba-tiba pergi.

"bentar. Lo bertiga disitu aja" tanpa mendengar persetujuan mereka atalah kembali meneruskan langkahnya.

My Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang