khawatir

50 3 0
                                    

Atalah sedang berlari-lari mencari Rara kesan kesini mulai dari lapangan sampai ketempat yang sering Rara datangi. Akhirnya Atalah memutuskan untuk kembali ke parkiran, Disan sudah ada Deva,Danu,Diak, Tata,dan Sasa sudah berkumpul.

"Gimana Lo semua udah ketemu Rara" tanya Deva dan mendapatkan gelengan dari mereka semua.

"Ini tas Rara tadi masih ada di kelas" tata memberikan tas tersebut kepada Deva.

"Itu tas Rara masih ada di sini. Berarti ada kemungkinan di masih ada di sini. Dev Lo udah coba telepon Rara?"tanya Atalah

"Gue udah coba dari tadi tapi nggak diangkat-angkat sama Rara"

"Lo semua yakin untuk cari Rara kesemua tempat" ujar Atalah dan dijawab anggukan oleh mereka. "Toilet belakang sekolah, gudang, roftop dan taman belakang sekolah juga udah Lo cari" lanjutnya lagi

"Kalau roftop sih udah kita udah nyari tapi nggak ada juga" jawab Dika

"Yaudah kita cari lagi gimana. Lo Dika sama Danu cari di gudang terus Tata sama Sasa cari di taman belakang dan gue sama Deva cari di toilet belakang deal. "

"Deal..!" Dengan segera mereka berpencar.

Atalah dan Deva kini sudah sampai di depan toilet tersebut. "At Lo yakin kalau Rara ada di sini? Gue kok ragu ya. Soalnya nih toilet udah gak dipakai lagi dan jarang ada anak yang kesini"

"Gue yakin sih filing gue Rara ada didalam sini. Kalau gitu Lo masuk ke toilet cowok gue masuk ke toilet ceweknya." Setelah mendapat anggukan dari Deva Atalah langsung masuk ke dalamnya.

Beda halnya dengan Deva yang masih berdiam di tempatnya. "Se-khawatir itu Lo sama Rara At. Bahkan rasa khawatir elo ngalahin gue sebagai kakaknya. Gue harap Lo bisa jagain Rara saat gue nggak ada"gumam Deva lalu masuk ke dalam

Atalah mengecek dari pintu yang pertama sampai yang terakhir. Tapi ada satu pintu yang terkunci dan itu membuat Atalah curiga.

Braak!

Dengan sekali hentakan Pitu itu terbuka. Mata Atalah langsung melotot melihat siapa yang terkulai lemas di hadapannya. Dengan sigap Atalah langsung menopangnya. Di dalam hatinya Atalah tak tega melihat keadaan Rara sekarang. Ya bayangkan saja wajah Rara yang putih sekarang menjadi pucat, bibirnya yang merah muda sekarang hampir menjadi biru dan sedikit sobek di ujungnya, ditambah lagi kepalanya yang mengeluarkan darah dan pipi yang merah. Jangan lupa baju yang sudah basah kuyup.

Dengan lembut Atalah menepuk-nepuk pipi Rara "Ra hey bangunan" Atalah juga menggoyangkan tubuh Rara "Diyara bangun dong jangan bikin gue khawatir"

Dengan perlahan mata Rara terbuka, namun pandangannya sayu "A..At"seru Rara "iya Ra gue disini apa yang sakit Hem..." Atalah menggenggam tangan Rara dan mengusapnya lembut "di.. dingin.. At" ucap Rara terbata-bata. Atalah langsung mengambil jaketnya di dalam tas dan membalutkan ke tubuh Rara "bertahan ya Ra gue bawa Lo ke rumah sakit sekarang" Rara pun hanya mampu mengangguk samar. Atalah langsung mengangkat Rara keluar dari tempat tersebut.

Sesampainya di dalam mobilnya Atalah langsung melakukan mobilnya dan menelepon Deva yang masih berada di sana.

"Halo Dev. Sekarang gue lagi sama Rara. Gue mau ngebawa Rara ke rumah sakit tolong kasih tahu yang lain."

Tit...

Atalah langsung mematikan sambungan sepihak. Kini pandangan Atalah beralih gadis yang berada di sampingnya. "Sabar ya Ra gue yakin Lo kuat"tangannya mengusap rambut Rara yang sudah kusut. Langsung saja Atalah menambah kecepatannya agar cepat sampai.

***

Suara derap langkah kaki mendekati seorang laki-laki yang sedang duduk dengan gelisah di salah satu kursi yang disediakan tersebut.

My Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang