1: "Pergi"

964 47 126
                                    

Tentang masa SMA yang selalu menjadi pro kontra. Masa yang menyenangkan, tidak bisa dilupakan, pusatnya kenangan. Ya, banyak yang mengatakan seperti itu. Namun, ada juga yang mengatakan masa SMA itu biasa saja, untuk orang yang tak memiliki peran banyak di sana.

Ketika takdir mengatakan untuk menjadi biasa saja, tetapi menginginkan hal yang lebih, lalu didukung oleh takdir orang lain yang menguntungkannya. Apa boleh untuk mengambil alih? Karena kisahnya yang terlalu indah.

**

Upacara di senin pagi yang biasanya menjadi bahan kemalasan setiap siswa di sekolah, harus berpanas-panasan di bawah terik matahari, atau pembina upacara yang terlalu panjang memberikan pengarahan pagi. Namun, berbeda dengan gadis berseragam rapi yang sengaja mengambil barisan paling depan, memamerkan senyuman yang secerah mata hari pagi.

"Dih, tumben banget, Jo bediri di depan. Biasanya ambil barisan akhir, terus sebelum upacara selesai udah hilang aja."

Hanya cengiran bak kuda yang ia pamerkan saat ini. Joan, gadis yang jarang mengikuti upacara bendera, bukan alasan pemalas. Namun, karena dia salah sah satu anggota UKS di sekolahnya, dan setiap acara atau upacara seperti hari ini, mereka jarang di dalam barisan. Namun, pagi ini berebeda, Joan mengenakan seragam tanpa rompi UKS kesayangannya.

"Heleh, karena ada Bagas itu, mah," timpal Jian dari belakang.

Manusia yang satu itu selalu saja tau apa maksud dan pikiran Joan. Dua manusia itu dikenal dengan Si kembarnya SMA Tunas Bangsa, padahal berasal dari induk yang berbeda. Bukan karena bentuk yang serupa, tetapi namanya yang membuat orang berpikir mereka anak kembar, apalagi berada di kelas yang sama dan satu perkumpulan juga. Namun, bukan berarti di mana ada Jian, di sana juga ada Joan. Mereka memiliki aktivitas yang berbeda masing-masingnya.

"Bagas mulu, emang udah jadian? Apa masih digantung?" tanya Hana lagi.

"Ssst ... berisik, nanti dimarahin Bapak Yanto kalian." Joan menutup mulut kedua temannya untuk diam dan kembali menghadap ke depan.
Tidak sengaja, tatapannya bertemu dengan manusia yang menjadi targetnya, bahkan dia bela-belaan meminta izin kepada seniornya untuk tidak bisa mengawasi upacara hari ini.

"Jo," panggil Hana lagi, si manusia paling berisik, bahkan dikenal satu angkatan.

"Apalagi, Hanaaa?"

Lama-lama Joan geram dengan anak di belakangnya itu, ternyata Jian manusia yang paling sabar menghadapi Hana saat jam upacara seperti ini.

"Udah pacaran belum?"

"Gak pacaran, tapi dia milik gue."

Seketika tubuh Joan terdorong ke depan karena dua temannya yang menyebalkan, membuat pagi ini dia menjadi sorotan siswa satu sekolah, untung saja upacara belum dimulai.

Sesekali Bagas melihat Joan, tak kuasa menahan senyumnya, bagaimana bisa ada manusia seperti dia. Siapa yang tidak kenal dengannya, bukan ketua OSIS, tapi pengaruhnya sangat besar di sekolah. Si manusia yang memiliki sifat ramah, dengan tingkat humoris di luar batas. Dekat dengan siapa saja, tetapi melabuhkan hati kepada gadis yang memiliki sifat random di kelas sebelahnya.

Kedekatan Joan dan Bagas memang sudah lama, bahkan dari mereka kelas sepuluh, tapi tidak ada status yang mengikat keduanya, hanya bertukar kepedulian dan kasih sayang. Tak heran jika ia sering berada di ruangan UKS, dengan alasan untuk bertemu dengan Alby, temannya yang menjabat ketua organisasi PKS/UKS SMA Tunas Bangsa tahun ini, padahal ingin bertemu dengan Joan.
Kedekatan mereka jangan ditanya lagi, hubungan mereka bak artis papan atas yang didukung oleh banyak orang. Setiap hari ada bentuk kebucinan yang mereka perlihatkan. Banyak yang berharap hubungan mereka akan terus seperti itu.

HIRAETH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang