15: "Lelah."

64 10 4
                                    

Halaman penuh dengan beberapa mobil dan motor yang terparkir, bahkan meminjam pekarangan rumah Anka.

"Ada acara apa, Nda?" tanya Jeffrian yang sudah lengkap dengan kopernya karena hari ini dia akan berangkat menuju Pekan Baru.

"Tante Serin pulang dari rumah sakit. Keluarga ayahnya si Joan sama ibunya pada ngumpul."

"Wih, keren." Jeffrian melihat ke arah pintu rumah sebelahnya. Sudah seperti acara besar saja. "Woi!" teriak Jeffrian saat melihat perempuan yang dicarinya keluar dari rumah.

Anka reflek terlonjak karena suara anaknya sehingga Jeffrian mendapat pukulan keras dari bundanya.

"Sakit, Bun!"

"Suara kamu nganggetin Bunda!"

Jeffrian melirik Anka, "Kata guru Abang di sekolah, kalau ada salah hukum yang buat salah."

"Ho gitu? Sini Bunda pukul mulutnya!" sontak saja laki-laki itu menjauh dari Anka.

Hari ini Jeffrian akan pergi ke luar daerah. Joan menghampirinya saat laki-laki itu meneriaki namanya dari depan rumah.

"Semua aja diajak berantem," lontar Joan ketika sudah berada di teras rumah Anka. "Sama apa ke sana?" tanya Joan pada Jeffrian dan ia menunjuk motornya.

"Biasa, ditemenin pacar."

"Semua aja dibilang pacar." Anka menimpali anaknya. "Sana, temui ibunya si Joan, baru berangkat!" perintah bundanya.

Belakangan ini, Jeffrian sudah dekat dengan keluarganya Joan. Bahkan, dia tidak segan menggoda Felina, dengan alasan untuk mengakrabkan diri.

Setelah berpamitan, Jeffrian pergi dan akan pulang tiga bulan ke depan. Selama itu tidak akan ada temannya untuk bertengkar dan sepertinya Joan akan kesulitan. Sebelum pergi, laki-laki itu meninggalkan pesan kepada Joan untuk tidak menaruh perhatian pada Nadhif.

"Gue bilang bukan karena cemburu, gue takut kalau lo sakit waktu gue gak ada. Nanti siapa yang mau lo susahin? Selain gue, gak ada yang dipercaya ayah buat ngajak lo jalan. Jangan betingkah tiga bulan ini, ya," jelasnya sebelum pergi.

Meskipun demikian, tidak ada yang tahu hari ke depannya. Saat ini Joan mungkin bisa mengatakan jika ia tidak akan menaruh perhatian pada Nadhif, tapi laki-laki itu yang memberi segala perhatian untuknya, lantas bagaimana cara menghindarinya?

🐣HIRAETH🐣

Kemarin Joan tidak dapat beristirahat, apalagi kakaknya yang harus kembali bekerja dan tugas rumah dialihkan kepadanya lagi. Baik dari keluarga Syarif dan Serin, mereka terus bergantian datang ke rumah untuk melihat keadaan ibunya. Resiko menjadi wanita yang baik dan namanya tidak pernah cacat dan saat terkena musibah seperti ini ada saja yang datang.

Satu sisi Joan memang merasa bangga dengan ibunya yang dikenal baik oleh banyak orang, tapi tidak dipungkiri jika dia sangat lelah. Menyediakan minum, mencuci piring kotor, dan belum lagi pakaian kedua adiknya.

Untung saja hari ini neneknya menginap di rumah. Sehingga, saat Syarif bekerja, Serin tidak sendiri dan Joan pun bisa ke sekolah, walau hanya untuk tidur di UKS.

"Ibu lo udah sehat?" Suara yang sangat tidak asing terdengar dari sebelah. "Sakit parah, ya, ibunya?" tanyanya lagi.

Joan mengembuskan napas, tidak ingin menjawab pertanyaan yang dia lontarkan.

"Lo itu kecapean gak, sih?" tanyanya lagi.

"Itu tau," jawab Joan pada akhirnya, membuat Nadhif menyikap tirai di antara mereka.

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Perlu dijawab?" Joan balik bertanya, membuat Nadhif menutup mulutnya dan menarik kembali tirai di depannya sehingga tidak melihat wajah Joan lagi.

HIRAETH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang