28: "Salah Paham?"

37 7 0
                                    

Beberapa kali Jeffrian mengingatkan Joan sebelum dia kembali ke tempat magangnya agar tidak berharap kepada Nadhif atau menjadikan laki-laki itu sebagai pelampiasan rasa rindu.

"Gue ikhlas lo cari laki-laki lain buat pelarian. Asal tempat pelarian itu bukan kembarannya dia, Jo."

Joan tidak mengatakan apapun, dia masih bingung dengan dirinya. Entah harus kesal atau bagaimana, belum lagi ayahnya yang mulai curiga kepada Joan dan setelah beberapa waktu dia diizinkan untuk pergi sendiri, sekarang Syarif mengantar anaknya ke sekolah, bahkan dia juga menyempatkan diri untuk menjemput Joan di tengah kesibukannya.

Nadhif? Sehari setelah pesta dia menjelaskan maksud dari perkataannya malam itu dan bodohnya Joan memaafkan tanpa menghiraukan saran dari Jeffrian.

"Masalah baju doang, gak usah ambekan, Jo," ucap Nadhif saat itu.

Ya, ketika senyuman yang diperlihatkan Nadhif mengalihkan dunia Joan, dia tidak bisa marah apalagi bayangan Bagas kembali muncul. Dia rindu Bagas dan Joan tidak dapat berpaling atau menjauh.

"Tapi kenapa harus bohong?"

"Gak enak sama lo dan Yera. Gue mikirin kalian berdua."

Hanya anggukan kepala yang diberikan oleh Joan dan mereka kembali berdamai. Semudah itu? Joan terlihat bodoh di mata kedua temannya. Apalagi Hana mengatakan jika ada sesuatu yang terjadi di belakang mereka setelah Joan pulang.

"Coba tanya Arion biar lebih jelas."

"Tapi, Arion gak hadir."

"Arion tau dari Angga dan dia cerita semua," jelas Hana.

Joan mengalihkan tatapannya dari Jian dan Hana. Ada apa sebenarnya? Atau ada hubungannya dengan sikap mereka yang seakan menjauh dari Joan?

Hari ini terasa tidak bersemangat dan Nadhif pun tidak menampakkan diri semenjak tadi pagi, padahal saat jam istirahat mereka bertemu di kantin dan laki-laki itu hanya sekedar menyapa, tanpa mengatakan apa pun. Namun, perhatiannya semakin pecah karena penjelasan Hana.

"Jo!" panggil Arion dari arah pintu, mengabaikan guru yang berada di dalam ruangan. "Penting!" teriaknya lagi dan dia baru menyadari guru yang tengah menatapnya.

"Eh, Bu." Arion menundukkan kepalanya sambil mengulum senyum. "Izin bawa Joan bentar, Bu. Darurat banget."

"Apa? Si Nadhif lagi?" tebak guru geografi yang sudah tahu tentang para siswanya.

"Bukan, Bu, ada ayahnya di depan," ucap Arion membuat Joan langsung berdiri ketika ayahnya disebut oleh Arion.

"Bener?" tanya Joan yang langsung di angguki oleh Arion. "Ya udah, Bu. Joan boleh izin?"

Ketika nama orang tua tersebut, izin akan mudah didapatkan. Begitulah alasan yang digunakan Arion, padahal tidak ada Syarif di depan.

"Lo bohong?" tanya Joan ketika Arion menarik tangan ke arah belakang sekolah. "Yon!" panggil Joan dengan nada tinggi.

"Ikut bentar, ini serius!" Joan langsung berhenti membuat Arion pun ikut berhenti. "Tapi gak bisa di sini ngomongnya," sambung Arion.

Joan pasrah ke mana Arion membawanya. "Bener nama gue gak baik di mata kalian?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Joan membuat langkah Arion kembali terhenti karena memang itu yang akan dikatakannya kepada Joan.

"Kata Hana tadi, nama gue jelek banget di mata kalian. Gue yang ngemis perasaan sama Nadhif, gue yang minta jalan terus sama dia, dan gue yang selalu pengen ikut ke mana dia pergi. Termasuk gue ambil waktu dia dari kalian?" tanya Joan pajang lebar.

HIRAETH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang