Bukan sedih karena tidak dapat menghadiri undangan dari Yera, tetapi Joan memikirkan hanya ini kesempatan untuk menciptakan kenangan yang indah saat masa SMA. Menghadiri pesta dengan baju pasangan dan tentunya memiliki gandengan. Namun, apa daya jika dia tidak dapat pergi karena restu yang tidak mungkin ia dapat dari ayahnya.
Kedua temannya pun sudah menyerah, mereka pun bingung alasan apa yang akan diberikan kepada Joan dan akhirnya perempuan itu menyerah.
"Gue bilang ada acara mendadak aja di rumah, semoga Nadhif ngerti," ucap Joan akhirnya.
Tidak ada semangat dan rasanya dia ingin menangis. Padahal jika tidak ada rasa pada laki-laki itu semua akan biasa saja, tetapi kondisi hatinya berubah begitu saja.
Entah berapa kali helaan napas keluar dari mulut Joan di tengah aktivitasnya merapikan meja-meja yang berserakan. Bahkan, dia tidak menanggapi temannya yang berbicara kepadanya.
Tidak perihal dengan Nadhif saja, Yera mengatakan jika Desta akan hadir di acara ulang tahunnya nanti. Perempuan yang banyak membantu Joan ketika masa pertukarannya waktu itu.
"Jo, mau bareng?" tanya salah satu temannya.
"Duluan aja, mau ambil barang dulu di loker," tunjuk Joan pada lemari penyimpanan miliknya yang ada di belakang kelas. "Pintu biar gue yang kunci, sekalian ngasih ke tempat satpam."
Setelah kedua temannya pergi, Joan mengambil ponsel yang sengaja dia letakkan di dalam sana, termasuk merapikan lemarinya agar tidak berantakan.
Pesan dari Nadhif terlihat ketika dia membuka layar kunci. Laki-laki itu harus pulang lebih dulu karena akan membantu persiapan acara Yera. Joan kembali mengunci tanpa membalas pesan itu dan berjalan keluar dari kelasnya.
"Kenapa gue sering bohong sekarang, ya," gumamnya seraya memutar kunci pintu dan memastikan sudah terkunci dengan benar.
Atensi teralihkan pada empat laki-laki yang muncul dari ujung koridor. Setidaknya Joan memiliki teman berjalan hingga depan gerbang.
"Bang Alby!" teriak Joan dan perhatian mereka tertuju beberapa detik, tetapi mereka kembali mengalihkannya membuat Joan kebingungan.
Angga meliriknya, Joan melambaikan tangan agar dia melihat keberadaan Joan sambil tersenyum. Namun, senyum itu pudar karena mereka tidak mengacuhkan Joan. Tangannya pun turun dan kembali menarik napas.
"Gue lupa kalau mereka deketnya waktu ada Nadhif aja," gumamnya sambil tersenyum tipis dan berjalan pelan, membiarkan mereka lebih dulu di depan sana.
Joan merasakan ponselnya bergetar dari dalam kantong. Tanpa dilihat Joan sudah tahu siapa pengirimnya, jika bukan Jian, pasti Hana karena mereka sudah lama menunggu di parkiran. Namun, saat mengambil ponselnya itu bukan kedua temannya yang menghubungi Joan, melainkan Jeffrian.
Sebuah pesan yang membuat Joan terpaku di tengah lapangan dan seketika senyumnya merekah saat nama Jeffrian muncul dan mengabarkan jika dia sedang berada di rumah.
"Gue bisa pergi, nih," gumam Joan dengan tatapan berbinar pada layar ponsel.
Ayahnya pasti akan memberikan izin jika Jeffrian menemaninya dan Joan akan bisa pergi menghadiri pesta ulang tahun Yera.
Reflek saja, Joan memperbesar langkahnya keluar dari pekarangan sekolah untuk menghampiri temannya dan kebetulan Jian melihat ke arahnya.
"JI!" panggil Joan ketika temannya berada di parkiran. "Gue nanti bisa ikut!" teriaknya histeris, membuat semua orang menatap ke arahnya, termasuk keempat teman Nadhif.
Senyum Joan terpancar saat dia memperlihatkan sebuah pesan yang muncul di layar ponsel kepada kedua temannya.
"Si Jeff pulang? Terus hubungannya?" tanya Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH (END)
Teen FictionDitinggalkan oleh sosok yang paling dia sayangi untuk selamanya membuat Joan merasa kehilangan, tetapi di samping itu pria yang memiliki paras serupa dengan Bagas muncul di kehidupan Joan-Nadhif, kembaran Bagas. Ia mencoba menjadi sosok Bagas yang d...