6: "Bukan Dia"

129 15 11
                                    

"Lo gak kangen Bagas?"

Pertanyaan yang terdengar konyol pada siang ini dan rasanya Joan ingin tertawa. Bohong jika mengatakan tidak merindukannya, tapi sekarang semesta malah mengirimkan laki-laki  serupa dengan orang yang dirindukannya.

"Dia bukan Bagas,"  batin Joan. "Kalau iya pun, gak bakal ada hubungannya sama lo." Joan menarik tangannya pelan dan menatap mata Nadhif dengan serius.

Laki-laki itu malah tersenyum dan memutar badannya agar berhadapan dengan Joan. "Lo tahu, gak, alasan Bagas gak pernah ngenalin gue sama lo?" tanyanya dengan jarak yang sangat dekat.

Joan tidak menatap mata Nadhif, ia bahkan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Lihat gue!" titah Nadhif seraya menarik dagu Joan untuk berhadapan dengannya. "Karena kami mirip banget, Jo. Lo bisa aja suka sama gue. Makanya Bagas gak pernah mau ngenalin lo sama gue," jelas Nadhif.

Sebelumnya Joan tidak pernah berkomunikasi dengan jarak yang sangat dekat ini, ia pun mundur beberapa langkah agar menjauh dari laki-laki yang ada di hadapannya.

"Gak ada hubungannya. Gue mau pergi duluan, maaf ganggu waktu kalian." Joan mengambil langkah mundur dan memutar tubuhnya. Namun, Nadhif kembali menghadangnya.

Semua yang berada di sana seakan melihat kejadian masa lalu yang pernah mereka lihat. Joan-Bagas, bukankah itu sudah biasa? Dan yang dilakukan Nadhif sekarang tidak jauh berbeda. Entah hal baik atau tidak bagi Joan dengan kehadiran Nadhif sekarang.

"Ada hubungannya, Jo." Nadhif menaruh kedua tangannya pada bahu Joan, menatap mata gadis itu. "Lo sayang Bagas, 'kan?" tanya dengan serius.

Joan mengangguk lalu menundukkan kepala. Jangan tanya rasa sayang kepada Bagas, bahkan ketika sosok itu pergi untuk selamanya rasa itu semakin bertambah.

"Kalau lo suka dan belum bisa lupain dia, lo bisa lihat gue. Gue bakal jadi sosok Bagas buat lo."

Setiap kalimat yang keluar dari mulut Nadhif seakan tidak ada beban. Dia tidak sadar jika hadir dan tindakannya malah membuat Joan tersiksa.

Kepala yang kembali ditegakkannya dan tatapan tajam pun ditujukan pada Nadhif. "Lo ... gak bakal ... bisa." Joan mengatakan dengan penuh penekanan disetiap katanya. "Wajah kalian boleh sama, tapi gak sama perasaan dan hati kalian. Lagian, gue bisa bedain lo sama dia dan juga gue gak bakal bisa gantiin posisi Bagas sama lo," sambungnya.

Kali ini Joan pergi dan tidak ditahan berada di dekat Nadhif. Di antara mereka semua tidak ada yang berniat untuk mencampuri urusan mereka berdua, karena mereka tahu alasan Nadhif melakukannya untuk Joan.

"Yakin bisa?" tanya Alby pada Nadhif yang masih menatap punggung Joan.

"Bisa. Gue sama Bagas selalu percaya apa yang kita pengen, kalau yakin pasti terwujud."

"Kalau Joan?"

"Pasti bisa, karena ini buat bahagia dia dan bahagianya Bagas juga," ucapnya sambil tersenyum dan mengangkat kedua alisnya. "Jangan terlalu dibawa serius, karena yang serius cuma di KUA."

🐣HIRAETH🐣

Sesuai dengan permintaan awal, hari ini Jeffrian hanya mengantar Joan ke tempat temannya dan kembali ke asrama.

Tidak perlu menunggu lama saat dihubungi oleh Joan, karena laki-laki itu berada di warung kopi yang tidak jauh dari tempatnya sekarang. Padahal tidak ada salahnya menunggu di dalam kafe yang sama. Namun, laki-laki itu menolak dengan alasan ada yang harus ia temui.

"Cepat banget," ujarnya seraya menyerahkan helm kepada Joan. "Padahal gue mau jalan sama pacar, lo udah selesai aja."

Joan menahan helm di atas kepalanya, "Udah punya pacar?" tanya Joan penasaran.

HIRAETH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang