1. Yakini Aku (Querencia)

50 4 0
                                    

Seluruh anggota keluarga Syarif berkumpul di ruang tengah dan itu atas permintaan Falfiana. Dua laki-laki yang berada di dekat pintu tampak tak peduli, mereka sibuk memainkan ponsel yang ada di tangan sang abangnya. Untuk seusia mereka, hal yang akan dibicarakan saat ini bukan hal yang penting baginya. Berbeda dengan Felina karena berhubungan dengannya. Namun, dia tidak memiliki keberanian untukyntuk mengatakannya.

Beberapa tahun belakang ini keluarga Syarif memang jarang berkumpul. Semua anaknya sibuk di luar, entah untuk bekerja atau melanjutkan pendidikannya. Namun, keempat anaknya berkumpul karena si sulung berniat menjalin hubungan serius dengan pasangannya. Bahkan, persiapan sudah dituntaskan. Sayangnya, Felina takatak dapat melanjutkan hubungan itu. Sejak mengetahui kebenarannya, dia bingung bagaimana cara mengatakan kepada orang tuanya. Sebab Felina merasa mengecewakan ayah dan ibu. Berbeda dengan adiknya, hal itu harus dibicarakan secepat mungkin.

Layar televisi hanya memperlihatkan gerakan di dalam sana tanpa meninggalkan suara. Kedua laki-laki yang ada di dekat pintu pun sudah menaruh ponselnya karena mendapatkan tatapan yang tidak mengenakkan dari sang ibu. Dan sekarang sudah waktunya untuk memperbicangkan topik inti.

Sebelumnya Syarif dan Sering beranggapan jika anak keduanya akan mengatakan jika dia berniat menjalin hubungan serius juga. Namun, di luar dugaan yang mereka dengar melainkan kabar buruk tentang si sulung. Kegagalan itu tidak membuat mereka marah, apalagi mengetahui jika calon anaknya bukan orang baik.

“Bayangin aja, Yah, dia berani kasar gitu sama kakak,” sambung Falfiana menggebu. Dia pun tidak terima apabila kakak satu-satunya diperlakukan tak wajar oleholeg orang asing seperti itu.

Syarif mengangguk paham, begitu juga dengan Serin. Meski mereka begitu bersemangat, tetapi jika seperti ini mungkin belum jalan yang terbaik pula untuk anak mereka. Sejak mendengarkan cerita detail-nya dari Felina, Syarif menyuruh kedua anaknya kembali ke kamar. Urusan keluarga besar biar mereka yang mengatur. Untuk sekarang, dia ingin anaknya mendapatkan yang terbaik.

“Jo,” panggil Serin saat Falfiana melangkah ke kamarnya. Joan adalah panggilan kecil Falfiana dan beberapa teman sekolahnya memanggil dia dengan sebutan Joan. Namun, Syarif sering menegaskan jika anaknya harus dipanggil Falfiana agar tak terlihat seperti laki-laki.

“Kenapa, Bu?”

“Batalnya pernikahannikahan kakak gak atas bujukan dan rayuanmun, kan?”

Alis Falfiana langsung terangkat dan keningnya sontak berlipat. “Enak aja, aku gak segila itu, ya, Bu,” timpal Falfiana kesal.

Felina yang masih berada di depan pintu kamar langsung tersenyum jail. “Kayaknya iya, Bu. Soalnya Joan sering ajakin Kakak ke Jogja bareng. Katanya nikmatin masa muda dulu.”

Mata Falfiana melebar besar dan menatap dua perempuan yang memiliki tahta tertinggi di rumah ini. “Parah, sih,” tunjuknya bergantian. “tapi boleh juga, Bu. Biar aku sama Kakak bisa main-main dulu. Lagian kami dilarang main sama cowok, kan? Jadi, kami main berdua aja, gimana?” tawar Falfiana sambil menaikkan kedua alisnya.

“Tabok, ya, Kak!” pekik Serin dan Falfiana malah tertawa.

Beberapa saat Falfiana menghabiskan waktunya di kamardikamar sang kakak dan setelah merasa bosan dia kembali ke kamarnya. Beberapa notif terlihat di layar ponselnya dan satu berasal dari laki-laki yang sudah menemaninya selama beberapa tahun ini. Laki-laki yang dulunya tetangga dekat, berubah menjadi teman dekat, dan sekarang menjalin hubungan sebagai pacar.

Hubungan Falfiana dan Jeffrian sudah sangat lama dan terhitung delapan tahun bersama. Seharusnya mereka sudah pantas menjalin hubungan serius, sayangnya Jeffrian masih sibuk dengan pekerjaannya, termasuk mengurus bunda dan adiknya. Lagi pula Falfiana tidak mempermasalahkan hubungan serius itu. Toh, dia pun masih sibuk dengan pekerjaannya. Namun, hal yang disayangkan Falfiana, Jeffrian terlalu cuek dengan hubungan mereka.

HIRAETH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang