31 : "Bagas?"

38 7 2
                                    

Tidak ada alasan untuk menolak ajakan Nadhif, walau harus mengorbankan jam pelajarannya. Semuanya harus diselesaikan dengan baik, tetapi Joan tidak ingin kembali atau mengulang hubungan dengan Nadhif.

Beberapa kali Nadhif menggelengkan kepala ketika Joan mengatakan jika keputusannya untuk usai.

"Karena yang semalam? Gue minta maaf, Jo. Gue marah karena lo gak ada waktu buat gue, tapi ada buat ketemu sama Arion," jelasnya. "Maaf juga kalau masalah ayah lo, tapi jangan putus gini. Hubungan kita belum lama."

Joan menggelengkan kepala, dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi untuk menyudahi adalah keputusan yang sudah bulat.

"Yang mau lo tanyain kemarin apa?" tanya Nadhif.

Padahal Joan sudah melupakan hal itu, dia tidak ingin mengungkitnya karena hubungan mereka telah selesai. Namun, Nadhif malah mengingatkannya.

"Gue gak tau ini bener apa gak, tapi kenapa lo ngomongin gue di belakang?"

Sejenak Nadhif terdiam, dia mengalihkan tatapannya dari Joan, lalu meraih tangan perempuan itu dan memohon untuk melanjutkan hubungan.

"Nanti Bagas marah kalau kita putus, Jo," ucapnya untuk meyakinkan Joan.

Ketika nama Bagas keluar dari mulutnya, Joan langsung menatap lekat laki-laki tinggi yang tengah menyamakan dengannya.

"Berhenti nyebut nama Bagas untuk jadi alasan, Dhif. Bagas udah gak ada dan dia gak tahu apa yang kita lakukan sekarang. Cukup, Dhif. Mau lo apa?" Joan menarik napasnya sejenak. "Gue tahu kalau lo ga ada rasa sama gue dan gue juga begitu, gue suka sama lo karena Bagas. Karena lo terlalu mirip sama dia," sambung Joan.

"Gue beneran sayang sama lo, Jo!"

Joan kembali menarik napas, rasa tidak tega menyelimuti hatinya dan dia pun percaya begitu saja kepada Nadhif.

"Gue minta maaf kalau gue ada salah sama lo," sambung Nadhif.

Pertanyaan Joan sebelumnya tidak dijawab oleh Nadhif, dia tidak mengakui jika mengatakan hal buruk di belakang Joan dan Joan pun melupakan hal itu dengan mudah karena ekspresi Nadhif yang mengiba.

" Tapi gue emang gak bisa balik lagi, Dhif. Gue gak ada waktu buat lo lagi karena ayah gue."

Nadhif menggelengkan kepala. "Kita masih bisa lanjut. Ayah lo begitu karena dia sayang sama anaknya. Kita bisa ngabisin waktu di sekolah," ujarnya dengan tangan yang sudah berada di bahu Joan.  "Jangan putus, ya," pintanya.

Jika Jeffrian mengetahui keputusan Joan, mungkin saja dia akan membenamkan Joan ke dakam kolam ikan miliknya. Semoga tidak masalah, batin Joan setelah mengiakan permintaan Nadhif.

Terlihat bodoh? Mungkin beberapa orang menganggapnya begitu, tetapi tidak dengan Joan. Dia menerima kembali karena ingin tahu dengan sisi lainnya Nadhif. Apa dia memang laki-laki yang seperti dikatakan oleh Arion dan Angga kemarin.

🐣 HIRAETH 🐣

Sejauh ini, hubungan Joan dengan Nadhif baik-baik saja, mereka terlihat seperti pasangan pada umumnya. Namun, sampai sekarang Joan masih ragu dengan perasaannya sendiri. Ditambah lagi dengan sifat Nadhif yang tidak bisa ditebak. Dia aneh.

"Yera sakit kabarnya," timpal Jian sambil membawa gelas keluar dari rumah Joan. "Alby yang bilang sama gue," sambungnya ketika ditatap oleh tiga manusia di depannya.

"Buset, macam gue yang punya rumah ini," dumalnya dan ikut duduk bersama dengan Joan, Angga, dan Arion.

Joan memang dikekang oleh ayahnya, tetapi tidak menutup kemungkinan dia akan kehilangan teman. Bahkan sekarang, Angga dan Arion sering ke rumahnya dengan alasan ingin mengerjakan tugas, padahal ada maksud tersembunyinya. 'Mencari tahu motif Nadhif muncul setelah kematian kembarannya.'

HIRAETH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang