08. Attar dan Kebiasaannya

9.8K 916 19
                                    

Hallo selamat datang di chapter ke-delapan!

08. Attar dan Kebiasaannya

•••

Beri vote, sebagai bentuk apresiasi.

Hindari silent reader, ya.

Karena itu hanya memperlambat proses update cerita.

Oke, terimakasih.

Selamat membaca!

_____

"Ingat tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ingat tempat. Jangan bercanda." Gadis itu memelankan suaranya saat penjaga UKS tersebut datang menyerahkan kotak P3K.

"Ih, Attar teh, seriusan udah jadi suami? Gak nyangka pisan."

Zahira meraih sekotak obat tersebut dan terkekeh pelan. "Kami dijodohkan, Bu."

Wanita dengan rambut yang diikat menjadi satu itu menutup mulutnya yang menganga lebar, ia masih dalam keadaan tak percaya. Dengan rasa kecewa juga disusuli rasa sedih, ia keluar dari UKS tersebut. Tetapi tak meninggalkan dirinya yang tertabrak oleh pintu UKS.

Ah, sial! Tapi bodoamat, ia harus memberi kabar mengejutkan ini kepada guru-guru yang juga menyukai Attar.

Sementara Zahira tetap disibukkan dengan mengobati memar di pipi sekaligus bibir suaminya. "Astaghfirullah, ini jari kamu luka kayak gini kenapa sih, Tar?"

"Ra, aku ini cowok. Udah jadi hal biasa, luka-luka kayak gini."

"Abis berantem?"

"Iya."

Zahira membulatkan mata. "Nanti aku cepuin ke papa mama. Awas aja kamu nggak minta maaf!"

"Gak! Orang aku gak salah. Coba aja ingat undang-undang pernikahan kita, Ra. Pasal satu yang berbunyi: Attar tidak pernah salah!"

"Mana bisa gitu!"

Sang istri hanya bisa menghela saat melihat suaminya malah mengangkat kedua bahu acuh. Astaghfirullah. Attar bisa-bisanya sih. Selalu berlindung di atas muatan undang-undang pernikahan yang mengikat antara kedua belah pihak antara dirinya dan Attar.

"Sebentar, aku ambil hansaplast dulu," gerutu Zahira mengutak-atik kotak P3K tersebut, "obatin luka di jari kamu."

"Gak usah khawatir, ini cuma luka ringan," kata Attar santai.

"Jangan sepelein, sakit juga itu!" Dengan rasa kesal, Zahira meraih gunting dan mulai memotong hansaplast. "Awh!"

Gadis itu merintih kala gunting tajam tersebut menggores jari tengahnya. Amarah yang menguasai benak Zahira kepada Attar membuat ia tak fokus sehingga darah segar pun perlahan unjuk.

Attar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang