"Berhenti jadi anak berandalan, Attar! Mulai sekarang hindari jalanan, balap, sampai tawuran! Karena besok Papa dan Mama akan menjodohkan kamu dengan gadis yang kuat dengan agamanya."
Deg!
Dengan banyak paksaan.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Ma...
Karena itu hanya memperlambat proses update cerita.
Oke, terimakasih.
Selamat membaca! ____
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Attar, itu siapa?”
Alis Zahira menyatu begitu melihat segerombolan pemuda bermotor hitam menyalip mobil Attar hingga nyaris membuat suaminya itu mendadak mengerem.
Padahal sudah malam. Dapat Zahira tasfirkan bahwa segerombolan pemuda berandalan itu adalah musuh Attar.
Sudah pasti.
“Kok diam? Kenapa, Attar?” Zahira menatap selidik wajah sang suami. Dia terlihat bingung.
Sedangkan sebenarnya, dalam hati, Attar emosi. Tidak satu dua kali saja Gilang dan anak buahnya cari masalah, tapi berkali-kali. Sebenarnya, sekarang bukan waktu yang tepat untuk meladeni tingkah mereka.
Tetapi bagaimana lagi, dengan kepalan tangan yang kuat. Attar membuka pintu mobil.
“Zahira sayang... jangan keluar, ya?”
Menyaksikan sang istri hanya mengangguk menurut, Attar menutup mobil pelan-pelan kemudian menghampiri keberadaan musuh bebuyutannya.
“This is not the right time. Gue sama sekali gak ada waktu buat ladenin bajingan kayak kalian!” seru Attar, menunjuk satu-persatu lelaki di hadapannya.
Begitu Gilang hanya menyeringai seolah menyepelekan, Attar mendekat kemudian mencekeram erat kerah baju Gilang. “Gue lagi ada urusan! Dan lo, mau pergi dari sini, atau mau mati? Udah bosen hidup, hm?”
“Bacot lo!” desis Gilang tak kalah penuh penekanan.
“Pergi sekarang juga, atau gue emosi? Gak usah sok jago pakai bawa temen! Anak sekota pun gue jabanin, Lang! Jangan pernah meragukan kapasitas gue!”
Seketika ucapan itu berhasil membuat lawan bicara Attar meneguk saliva susah payah.
Mengingat betapa gilanya Attar dalam berkelahi, Gilang jadi mengurungkan niat untuk memancing emosinya. Lagipula, sebenarnya dia dan kawan-kawann juga hanya pas-pasan dan mengenali kendaraan Attar. Jadi jika memutuskan untuk pergi, tidak di cap sebagai penakut, kan?
“Okey, gue pergi. Tapi lusa, gue tantang lo balap! Gimana? Takut?”
Kepala Attar menunduk, sambil cekikikan ia menyeringai. Rupanya Gilang ini masih tak sadar? Seolah dirinyalah yang di atas. “Lusa gue tunggu lo semua berlutut di kaki gue!” tunjuk Attar menggelar kaki pergi menghampiri mobil.