"Berhenti jadi anak berandalan, Attar! Mulai sekarang hindari jalanan, balap, sampai tawuran! Karena besok Papa dan Mama akan menjodohkan kamu dengan gadis yang kuat dengan agamanya."
Deg!
Dengan banyak paksaan.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Ma...
Karena itu hanya memperlambat proses update cerita.
Oke, terimakasih.
Selamat membaca! ____
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"ZAHIRA SAYANG, TUNGGU DEH, MAU NGOMONG PENTING!"
Teriakan nyaring dari Attar nyaris membuat langkah Zahira terhenti. Dia membalikkan badan, kemudian menatap jengah sang suami. "Ayo pulang, Attar. Aku gak mau lama-lama di sekolah. Udah jam pulang."
"Ana uhibbuka fillah, Ra...."
"Makasih!" seru Zahira turun seraya melangkahkan kaki menuruni anak tangga.
Tak berselang lama, kini tibalah pasutri muda tersebut di parkiran. Sebelum melajukan kendaraan, Attar memasang sabuk pengaman istrinya pelan. Dan seketika jarak antar wajahnya terkikis dekat dengan wajah Zahira.
Sebuah pukulan kecil melayang di wajahnya.
"Kebiasaan. Udah deh! Ayo jalan." Zahira mendengkus sebal sambil memandangi pemandangan indah dari arah kaca mobil.
Attar menahan tawa. "Cie, istri Attar ngambek," godanya menoel terlebih dahulu pinggang Zahira sebelum kemudian menginjak pedal gas.
"Attar!"
Mobil putih itu melaju keluar dari area sekolah. Mulai memutarkan roda di atas jalanan yang ramai pengendara. Dari arah berlawanan yang jauh, mata Attar tak sengaja menangkap Darma, sahabatnya sedang berboncengan mesra dengan.
Alea?
Tidak mungkin matanya rabun, kan? Attar memicingkan mata, menelisik seksama siapa yang Darma bonceng. Dan benar saja praduganya, Alea tertawa lepas memeluk Darma.
Prasangka-prasangka aneh mulai menyelimuti seluruh kepala Attar. Jika benar mantan kekasihnya itu tengah bersama Darma, itu berarti? Yang membuatnya hamil?
Ah, tapi tidak mungkin Darma seperti itu. Karena dasarnya, Attar tahu betul mereka berdua tidak pernah akrab. Bahkan ketika bertemu, tak ada obrolan yang terjadi. Alea itu selalu tunduk akan perintahnya. Jika tidak boleh berbicara dengan lelaki lain, maka Alea tidak akan melanggar.
Terlalu larut dalam pikiran, tanpa sadar kaki Attar menginjak pedal rem. Sukses membuat Zahira yang hampir terjedot itu terkejut lalu menoleh ke arah sang suami dengan pandangan heran. "Kenapa mendadak berhenti?"
"Maaf, maaf, Ra.... Aku gak fokus," sahut Attar memijat pelipis.
Kening Zahira mengerut. Tampak merasa ada yang aneh dari perilaku suaminya. "Yaudah lanjut jalan!"