20. Kepergian Luna

5.7K 583 25
                                    

Hallo selamat datang di chapter ke:

20. Kepergian Luna

Beri vote, sebagai bentuk apresiasi.

Hindari silent reader, ya.

Karena itu hanya memperlambat proses update cerita.

Oke, terimakasih.

Selamat membaca!
____

“Kamu berbohong lagi? Kapan kamu bisa belajar dari kesalahan, Tar? Gak cukup beberapa kali menipu aku?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu berbohong lagi? Kapan kamu bisa belajar dari kesalahan, Tar? Gak cukup beberapa kali menipu aku?”

Attar menghela napas panjang. “Aku gak pernah menipu kamu, Ra.”

“Heh?” Tawa gadis itu pecah secara paksa. “Gak pernah menipu aku kamu bilang? Udah cukup Attar. Jangan bersandiwara terus-menerus! Aku bukan putri kecil yang gampang dikibuli.”

Lagi-lagi, Zahira kembali dipaksa menghapus jejak kecewa kepada sang suami.

Jelas-jelas, tadi dengan mata kepalanya sendiri ia melihat nomor gadis lain mengubungi nomor Attar dengan sapaan, sayang. Istri mana yang tak menduga aneh-aneh tentang suaminya jika seperti itu?

Istri mana yang tak berprasangka buruk?

Terlebih pada nama yang tersimpan.

My best woman.

Tanya tanpa jawab berlalang di kepala Zahira. Jika benar rumor di SMA Cendekia yang mengatakan bahwa Alea itu adalah mantan kekasih Attar. Maka hatinya masih belum sanggup menerima.

Ana uhibbuka fillah.

Perkataan yang terlontar dari bibir Attar kembali terbayang-bayang dikepala.

Ketika yang benar Attar hanya mencintai Zahira.

Mengapa dia masih menyimpan nomor mantan kekasihnya, Alea itu?

Zahira tersenyum miris. Sesekali ia menghela napas panjang, cukup sadar diri. Hatinya menetapkan bahwa, pernikahan ini adalah sebuah tragedi dan dirinya masuk ke dalam kehidupan Attar adalah bencana.

Akibat kedatangannya, dunia sepasang kekasih tersebut rusak.

“Maaf untuk kemunculan aku dalam hidup kamu, Tar. Maaf....”

“Gak!” Kepala pemuda itu menggeleng cepat. “Zahira....”

Langkah gadis bergamis cokelat itu berjalan mundur ketika melihat suaminya melangkah baju. “Penuhi kewajiban kamu kepada-Nya dulu. Ambil wudu dan cepat dirikan salat. Aku masuk ke mobil untuk memenangkan diri.”

Belum sempat menjawab perkataan sang istri, seorang nenek-nenek menghampirinya dengan mengadah tangan.

Spontan Zahira memberhentikan langkahnya. Ia mengusap pipinya yang sedikit basah sebab bulir beningnya jatuh.

Attar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang