"Berhenti jadi anak berandalan, Attar! Mulai sekarang hindari jalanan, balap, sampai tawuran! Karena besok Papa dan Mama akan menjodohkan kamu dengan gadis yang kuat dengan agamanya."
Deg!
Dengan banyak paksaan.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Ma...
Karena itu hanya memperlambat proses update cerita.
Oke, terimakasih.
Selamat membaca!
_____
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5.35 lebih. Sesuai undang-undang pernikahan pasal empat yang menyatakan bahwa Zahira harus masak setiap pagi. Jadi tak heran jika sekarang, gadis tersebut masih setia berada di dapur untuk memasak bubur ayam.
Dari arah samping, Attar datang. "Wih, masak apa, nih?" tanyanya dengan handuk yang masih melilit di leher, ia menghampiri sang istri yang sedari tadi bergelut diri dengan dapur. "Lama banget?"
"Gak lama kok, baru lima menit juga," sahut Zahira seraya membuka kulkas mencari sesuatu di dalamnya, "aku masak bubur ayam, kata mama kamu suka?"
"Suka bubur tapi lebih suka Zahira."
"Dih."
"Udah mandi belum?"
"Belum."
Melihat sang istri tak berbalik badan, Attar berdecak, ia mendekatkan diri dan menarik tubuh istrinya, menutup pintu kulkas yang daritadi Zahira dekati.
Pemuda itu kesal, sedangkan sejak ia datang, gadis tersebut belum menatap wajah tampannya. Suaminya itu Attar, bukan kulkas!
Mengambil napas dalam-dalam, dia memeluk Zahira dari belakang. "Mau dimandiin, hm?"
Sang empu melototkan mata. Bulu kuduknya berdiri saat merasakan sensasi rasa geli menerpa lapisan leher. Sang suami dengan enak menyentuhkan hidung mancungnya 'tuk mengendus aroma leher. Segampang itu?
Zahira berusaha memberontak, berupaya melepaskan tangan kekar Attar yang melilit pinggangnya erat. Ayolah, tempat ini dapur, bukan kamar.
Jangan sampai bercocok tanam di sini!
Kalau tau begini, ia kenakan hijab 24 jam saja daritadi. Tak apa dari bangun sampai kembali tidur kepala dibaluti hijab. Gerah ataupun tidak, demi menghindari kelakuan Attar yang aneh, akan Zahira lakukan apapun konsekuensinya.