11. Kedua Kalinya

8.4K 791 7
                                    

Hallo selamat datang di chapter ke:

11. Kedua Kalinya

•••

Beri vote, sebagai bentuk apresiasi.

Hindari silent reader, ya.

Karena itu hanya memperlambat proses update cerita.

Oke, terimakasih.

Selamat membaca!

🤍🤍🤍

"Islam selalu secara tegas melarang umat Muslim untuk marah."

_____

Beberapa saat ketika baru saja mobil melaju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa saat ketika baru saja mobil melaju. Di perjalanan berangkat ke pengajian. Zahra menyuruh supirnya untuk berhenti, menepikan kendaraan kala tak sengaja melihat Attar dijalan habis berkelahi.

Zahira yang sedang bersama mertua ikutserta turun menghampiri Attar.

"Lho, Mama? Istriku?"

"Istriku-istriku--- ALLAHUAKBAR ATTAR, KAMU CUKUR ALIS?!"

Sontak Zahira tidak bisa mengendalikan nada suaranya ketika amarah telah memperdaya jiwa gadis tersebut. Melihat sang suami berdiri dengan keadaan amburadul, baju urak-urakan membuat sang istri banyak beristighfar.

"LO SEMUA PULANG," teriak Attar yang mendapat anggukan dari teman-teman motornya. Pemuda berandalan yang bertotal hampir sepuluh orang itu mengendarakan motornya meninggalkan area jalan yang terparkir mobil hitam tersebut.

"Astaghfirullah, Attar!" Zahira meraba-raba wajah sang suami yang penuh lebam. Terlebih di sudut bibir. "Kenapa suka berantem sih? Udah tiba-tiba di telinga pakai anting. Buat apa, Tar? Aku kayak gak kenal kamu tau. Bukan lelaki namanya kalau kayak gini!"

Pemuda itu menggeleng pelan. "Ra..., cuma sehari kok, ya? Maaf... setelah ini gak lagi kok," sesalnya terlihat sendu.

Zahira tertegun. Sehari dia bilang?

Astaghfirullah.

Melihat kondisi penampilan Attar, tak kalah membuat Zahra menggeleng kaget bukan kepalang. "Ini nih, Zahira sayang. Keadaan Attar kalau abis berantem sama temen motornya, kayak orang lupa diri! Penampilannya... nauzubillah. Ya Allah... gimana janji tadi pagi yang katanya mau serius hijrah?"

"Gak tau."

Melihat Attar hanya menyungging senyum seperti orang gila. Kepala Zahra menggeleng pelan.

"Ganti pakaian kamu dulu, Mama gak suka, jaket-jaket, celana kurang bahan kayak gini. Astaghfirullah, cepat. Ambil di bagasi, sudah selalu Mama siapkan untuk jaga-jaga terkait kebiasaan kamu."

Attar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang