***
Beberapa tahun lalu, Kim Jisoo pergi ke bandara bersama kedua orangtuanya, bersama kakak laki-lakinya juga kakak iparnya. Gadis itu memakai setelannya, rapi dan terlihat cantik. "Kau terlihat seperti ibumu ketika dia masih mengajar," komentar sang ayah setelah ia memperhatikan penampilan putrinya hari itu.
Ibu Jisoo pernah jadi seorang guru di sekolah menengah. Sampai setahun yang lalu ia memutuskan untuk pensiun dan melepaskan jabatannya sebagai kepala sekolah di sana. Mendengar pujian itu, Jisoo terkekeh, mengatakan kalau sebenarnya ia sangat gugup. Luar biasa gugup sebab siang nanti adalah kali pertama ia akan bicara di depan ribuan orang mahasiswa baru di kampus tempatnya sekolah dulu.
"Kau tidak cocok bersikap gugup dan malu-malu begitu, Kim Jisoo," cibir kakak laki-lakinya, sembari mengingat-ingat bagaimana tingkah Jisoo ketika sudah bertemu dengan teman-teman dekatnya. Adiknya itu akan otomatis kehilangan urat malunya setiap kali berkumpul dengan teman-temannya.
Enggan bertengkar, Jisoo hanya mendelik, melirik sebal pada kakak laki-lakinya yang terlihat senang dengan reaksinya itu. Hari ini mereka berdua- bertiga dengan kakak ipar Jisoo- akan melepas kepergian orangtua mereka. Tuan dan nyonya Kim yang sudah memutuskan untuk pensiun dari pekerjaan mereka, juga membuat sebuah keputusan berani lainnya. Selain mengundurkan diri dari pekerjaan masing-masing, mereka berdua juga mengundurkan diri sebagai orangtua. "Kalian sudah dewasa dan punya kehidupan kalian masing-masing, karena itu appa dan eomma berencana untuk meninggalkan kalian," kata sang ayah beberapa bulan sebelum mereka berada di bandara hari itu. "Kami berencana untuk pindah dan tinggal di tempat baru, hanya berdua, mengulang kembali masa-masa kami berkencan dan hidup berdua seperti dulu. Appa dan eomma sudah memutuskan untuk pindah ke Australia. Tidak perlu bereaksi berlebihan, kita tetap harus saling menghubungi dan mengunjungi. Hanya tinggal sedikit berjauhan saja," kata Tuan Kim, sebelum kedua anak yang ia besarkan membantah keinginannya.
Awalnya Kim Jisoo juga kakak dan kakak iparnya kurang menyukai rencana itu. Kalau memang ingin tinggal berdua, Jisoo bisa keluar dari rumah dan mencari tempat tinggal baru. Tidak perlu pergi sampai ke Australia. Namun setelah diberi tahu kalau Australia adalah negara impian kedua orangtuanya sejak lama, Jisoo dan kakaknya berubah pikiran. Mereka setuju orangtua mereka pindah ke Australia.
Tidak hanya sudah menyiapkan rencana kepindahan itu, Tuan dan Nyonya Kim juga sudah menyiapkan sesuatu untuk anak-anak mereka. Rencana untuk meminimalkan resiko pertengkaran dua anak mereka saat mereka pergi ke Australia. "Sementara appa dan eomma tinggal di Australia, kami ingin salah satu dari kalian menempati rumah kita. Jangan sampai rumahnya rusak karena dibiarkan kosong. Kalau Jisoo yang ingin tinggal di rumah, appa akan membelikan Woobin tempat tinggal. Kalau Woobin yang tinggal di rumah, Jisoo yang akan dibelikan tempat tinggal lainnya," kata sang ibu di pertemuan keluarga mereka sebelumnya.
Setelah berdiskusi, memperhitungkan tempat kerja, lingkungan, keamanan dan urusan-urusan lainnya, mereka memutuskan untuk memberikan rumah masa kecil mereka pada si bungsu. Sedang si sulung dibelikan sebuah apartemen yang dekat dengan tempat kerjanya, dekat juga dengan rumah orangtua istri Kim Woobin- kakak laki-laki Jisoo. Karenanya mulai hari itu, Jisoo resmi tinggal sendirian di rumah masa kecilnya. Rumah tempat ia tumbuh selama bertahun-tahun usianya.
"Kau tidak takut tinggal di rumah sendirian kan?" goda Woobin.
"Apa yang harus aku takutkan?" Jisoo menanggapi. "Monster di basement? Patung hantu di halaman belakang? Heish... Leluconmu sudah tidak berpengaruh apa-apa sekarang," balasnya. Lagipula kalau sewaktu-waktu Jisoo ketakutan ia bisa menelepon teman-temannya untuk datang, tinggal di sana bersamanya, menemaninya selama beberapa hari.
Selesai melepas kepergian orangtua mereka di bandara, kakak beradik itupun berpisah. Woobin bersama istrinya harus kembali bekerja, begitu juga dengan Jisoo yang diundang ke kampus sebagai seorang pembicara. Di depan ribuan mahasiswa baru, Jisoo diminta untuk membagikan ceritanya sebagai salah satu alumnus kampus itu. Kemudian, di acara penyambutan mahasiswa baru itu lah Jisoo bertemu dengan monster yang menghancurkan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Modern Fox
FanfictionAku mendengar rumor tentang serigala, katanya mereka masih liar. Aku punya gigi yang tajam seperti mereka, tapi aku tidak ingat cara memakainya, aku tidak ingat caranya menggonggong. Now, i feel like a modern fox. I lost my love, but i feel nothing...