12

109 28 2
                                    

***

Begitu mendapatkan apa yang ia inginkan— kontrak kerjanya— Lalisa bergegas ke kantor suaminya. Gadis itu bisa memberitahu Jihoon lewat pesan atau sekedar meneleponnya, namun ia memilih untuk menemuinya secara langsung. Ketika tiba di gedung agensi milik keluarga suaminya, gadis itu berpapasan dengan dua sekretaris perusahaan, sekretaris CEO juga sekretaris Wakil CEO-nya. Keduanya menyapa Lisa, tersenyum kemudian dengan sopan mempersilahkan Lisa untuk bergabung bersama mereka di dalam lift.

"Tuan Kim sedang meeting sekarang," kata seorang pria yang sudah dua tahun ini menjabat sebagai kepala sekretaris di kantor Wakil CEO agensi itu.

"Dengan siapa?" tanya Lisa. Sekretaris Jihoon menyebutkan sebuah nama, sementara sekretaris CEO yang saat itu ada bersama mereka justru mencibir, "mantan kekasihnya," bisik wanita dengan setelan rapi berkalungkan kartu pegawai. Bisikannya sangat pelan, tapi Lisa tetap bisa mendengarnya.

"Oh? Sekretaris Jung, bajumu baru hari ini?" kata Lisa bersamaan dengan pintu lift yang mulai terbuka.

"Iya- Ya?"

"Ewh... Tidak cocok," potong Lisa, yang kemudian dengan angkuh melangkah meninggalkan lift itu untuk masuk ke ruang kerja suaminya, menunggu suaminya di sana.

Sedari dulu hubungan Lisa dengan sekretaris Jung memang sudah buruk. Ketika Lisa menyukai Jihoon dan mulai mendekatinya, Krystal Jung yang saat itu bekerja sebagai sekretaris Jihoon juga menyukai bosnya. Ada masa dimana mereka berdua bersaing untuk mendapatkan perhatian Kim Jihoon. Lisa sering datang ke kantor agensi itu untuk sekedar menunjukan perasaannya pada Jihoon dan Krystal yang selalu ada di sana merasa terancam karena kedatangannya. Mereka terus bersaing, meski akhirnya Krystal kalah dan Jihoon menikahi Lisa. Persaingan yang sudah bertahun-tahun terjadi dan tidak terlihat akan berakhir.

Lisa mengetuk pintu sesaat sebelum masuk. Sebab sekretaris laki-laki yang bekerja untuk suaminya tadi tidak berani meminta gadis itu untuk menunggu sebentar di luar sampai meetingnya selesai. Setelah mendengar suara Jihoon, mengizinkannya masuk, gadis itu melangkah ke dalam ruangan. Di dalam sana, Jihoon tengah duduk di sofa bersama tiga orang lainnya, seorang model dari negara lain dan dua orang pria yang tidak Lisa kenal. Semuanya menoleh ketika Lisa datang, gadis itu tersenyum kemudian menghampiri suaminya.

"Pertemuanmu sudah selesai?" Jihoon bertanya setelah menerima sebuah pelukan juga kecupan ringan di pipi.

"Hm... Selesai dan lancar," jawab Lisa, yang kemudian menoleh pada tamu-tamu suaminya, menyapa mereka juga memperkenalkan dirinya sebagai istri Wakil CEO di sana. Meski tidak direncanakan sebelumnya, Lisa menerima sapaan hangat dari orang-orang itu namun bisnis harus terus berjalan. Setelah sedikit berbasa-basi, Jihoon meminta Lisa menunggu di ruang baca, sebuah ruangan kecil di dalam ruang kerja Jihoon. Ruangan persegi dengan kursi pijat, rak yang penuh dengan buku-buku, meja untuk secangkir kopi juga asbak, ruangan yang sesekali Jihoon pakai untuk beristirahat atau tidur sebentar saat terpaksa lembur.

Tiga puluh menit Lisa menunggu. Gadis itu hampir tertidur di kursi pijat ketika Jihoon masuk dan memberitahunya kalau tamunya sudah pergi. "Sekretaris Jung bilang dia mantan kekasihmu, itu sungguhan?" tanya Lisa begitu mendengar kalau mereka hanya berdua sekarang.

"Itu sudah lama sekali," jawab Jihoon. "Hanya hubungan singkat mungkin satu atau dua bulan saat kami masih sekolah menengah. Aku sekolah di Jepang dulu, dia teman sekelasku dan uhm... Tidak ada yang spesial setelah itu," katanya tanpa membuat alasan.

"Bagaimana hubungan kalian waktu itu?"

"Berkencan lewat pesan dan telepon? Di sekolah kami bersikap seolah tidak saling kenal. Hanya hubungan anak-anak pada umumnya," jawabnya. "Jadi, bagaimana pertemuan tadi? Kontraknya sudah ditandatangani? Kapan kau akan mulai kerja?"

"Hm... Baiklah kalau oppa bilang begitu, tapi dia akan jadi model di sini? Atau di Jepang sana?" tanya Lisa sekali lagi, masih berusaha memastikan kalau posisinya aman.

"Dia akan jadi model di sini, kontraknya empat tahun. Kakakku yang merekrutnya, tapi siang ini dia punya jadwal lain jadi aku yang menggantikannya menandatangani kontrak. Jadi kau tidak akan menjawab pertanyaanku?" kata Jihoon, masih sembari berdiri di pintu, bersandar pada ambang pintunya, memperhatikan Lisa yang duduk tegak di kursi pijat, sedang mengintrogasinya.

"Ah... Pertanyaanmu? Tadi pertemuannya lancar, aku datang lebih awal untuk melihat detail kontraknya, lalu kami makan siang bersama Tuan Choi dan menandatangani kontraknya. Tapi di tengah-tengah makan siangnya, Pengacara Kwon dapat telepon, mertuanya meninggal jadi dia pergi lebih dulu," cerita Lisa.

"Berarti kita harus melayat hari ini?"

"Besok saja, sebelum makan siang? Hari ini pasti penuh dengan keluarga mereka," tawar Lisa dan Jihoon menyetujuinya. "Hari ini lembur atau bisa pulang lebih awal?"

"Kau ingin aku lembur atau pulang lebih awal?"

"Pulang lebih awal, lalu belajar memasak bersamaku? Hanya dua jam sebelum makan malam. Oppa mau kan?"

"Kalau begitu tunggu tiga puluh menit di sini. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku sebentar," jawab Jihoon, membuat istrinya tersenyum begitu lebar kemudian menganggukan kepalanya.

"I love you," Lisa berkata begitu dan Jihoon terkekeh. Keduanya kini melangkah meninggalkan ruang baca. Jihoon pergi ke mejanya sementara Lisa duduk di sofa dan menunggu. "Tadi saat aku ke kantor pengacara Kwon, asistennya masuk dan memberinya sebuah laporan," cerita Lisa meski tahu suaminya masih harus mengerjakan pekerjaannya.

"Laporan apa?"

"Surat dari Modern Fox yang diterima Jisoo," katanya. "Pengacara Kwon masih belum tahu siapa pengirimnya tapi semua surat itu dikirim dari kantor pos di dalam Universitas. Jung Haein bekerja di Universitas itu."

"Jadi mungkin Jung Haein yang mengirim suratnya?"

"Kalau dia hanya mengirim surat untuk Jisoo, itu mungkin saja. Tapi Modern Fox mengirim surat untuk banyak orang di kompleks. Dan dia tidak tinggal di kompleks kita. Dia bahkan tidak punya hubungan apapun dengan dokter di rumah depan. Jadi sekarang Pengacara Kwon mencari orang lain yang mungkin berhubungan— seseorang yang sering ke kantor pos di universitas itu, juga dekat dengan orang-orang di kompleks. Pengacara Kwon menyuruh staffnya untuk menyelidiki surat itu. Beberapa orang berkunjung ke rumah-rumah yang menerima surat dari Modern Fox. Tapi beberapa dari mereka merasa terganggu dengan penyelidikan itu."

"Tentu saja terganggu karena isi suratnya cukup sensitif. Lalu bagaimana?"

"Tidak tahu," geleng Lisa. "Mungkin dia akan lebih berhati-hati? Tapi oppa, apa oppa tidak menerima surat dari Modern Fox? Oppa tidak menerima surat apapun darinya, iya kan?" tanyanya kemudian, menghentikan gerak tubuh Jihoon yang sedang mengetik di handphonenya.

"Oppa menerimanya?" ulang Lisa, sebab Jihoon tidak memberinya respon apapun. Dan untuk pertanyaan yang kedua itu, Jihoon menganggukan kepalanya. Ia menerima sebuah surat, pagi tadi di kantornya.

***

Modern FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang