17

83 30 1
                                    

***

"Aku hanya berkencan dengannya," kata Lisa setelah Jiyong di usir pergi dan mereka tinggal berdua di rumah. "Semua ini tidak serumit kelihatannya. Dulu saat kita masih tinggal bersama, aku juga mengencani seseorang, kau juga mengencani seseorang. Tapi itu tidak berarti aku tidak menyayangi keluargaku. Aku mencintai Jihoon oppa, aku menyayanginya, kami keluarga sekarang. Aku hanya berkencan diluar rumah," susulnya mengeluarkan alasan apapun yang ada di kepalanya.

"Apa kau pikir ucapanmu sekarang masuk akal?" ketus lawan bicaranya, Koo June, sepupunya yang tadi sengaja menelepon untuk menjahilinya. June ingin mengejutkan Lisa namun justru ia yang terkejut karena gadis itu. "Jihoon hyung tidak di rumah dan kau membawanya ke sini!" bentak pria itu, memenuhi ruang tamu dimana mereka berdiri sekarang.

"Aku-"

"Tutup mulutmu!" potong June, seolah dirinya lah yang sedang diselingkuhi malam itu. "Kau tidak ingat apa yang terjadi pada keluargaku setelah ayahku berselingkuh?! Kau lupa alasan aku bertahun-tahun tinggal di rumahmu?!"

"Tapi aku mencintainya! Aku mencintainya sama seperti aku mencintai Jihoon oppa, aku tidak bermaksud untuk berselingkuh," Lisa bersikeras. "I love two people like crazy, with all my heart," susulnya, kali ini dengan suara yang lebih lemah.

"Cinta? Kalau kau yang melakukannya maka itu cinta tapi kalau orang lain yang melakukannya itu jadi perselingkuhan? Begitu menurutmu? Kau sangat... Sangat mengecewakan Lalisa," June yang kesal kemudian melangkah keluar dari ruang tamu itu. Berjalan meninggalkan Lisa meski gadis itu berusaha mengejarnya, berusaha menahannya untuk tidak langsung pergi.

Dari jendela rumahnya, Hyuna bisa melihat mereka berdua. Wanita itu bisa melihat June melangkah keluar dengan marah dan Lisa berusaha menahannya. Meski tidak tahu apa yang mereka berdua sedang bicarakan, Hyuna tetap menonton sampai kedua orang itu tidak lagi terlihat.

Lisa mengejar June, mengekorinya sembari meminta pria itu untuk berhenti. June tidak boleh langsung pergi begitu saja, mereka harus bicara sampai Lisa yakin sepupunya itu tidak akan mengadu. Ia ingin membujuk sepupunya untuk tutup mulut. Meski tahu June tidak akan pernah berdiri di pihaknya, Lisa harap pria itu bisa menutup mata.

"Ya!" Lisa menjerit di trotoar. "Setidaknya beri aku waktu! Kau harus memberiku waktu!" kesalnya, yang menyerah mengejar June lalu duduk di trotoar. Kakinya yang malam ini memakai sepatu hak tinggi terlalu lelah untuk melangkah lagi. Mereka sudah sampai di ujung jalan, tempat dimana June memarkir mobilnya demi menjahili Lisa sore tadi.

Mendengar suara sepupunya, June berbalik, menatap Lisa yang kini menyerah dengan menyedihkan di atas trotoar kotor. Pintu mobil June sudah terbuka, pria itu sudah akan masuk ke dalam. Namun melihat sepupunya kelelahan, pria itu melunak, memberi Lisa sedikit waktu untuk menjelaskan.

"Tidak perlu memberitahu Jihoon oppa," kata Lisa kemudian, dengan kepala tertunduk. "Aku tidak ingin melukainya, jadi jangan memberitahunya-"

"Kau tahu dia akan terluka tapi tetap melakukannya? Sebenarnya bagaimana logikamu bekerja? Kalau tidak punya otak, kau seharusnya masih punya hati," sinis June, menyela ucapan sepupunya.

"Lalu apa yang kau inginkan?!" bentak Lisa yang sudah luar biasa lelah malam ini. "Dia tidak akan terluka kalau tidak tahu. Karena itu jangan memberitahunya. Aku akan mengakhiri hubunganku dengan pria itu, secepat-cepatnya, jadi Jihoon oppa tidak perlu tahu. Kau tidak perlu melakukan apapun-"

Lisa belum selesai bicara. Ia masih ingin membujuk June namun perhatian keduanya langsung teralihkan ketika mereka mendengar jeritan seseorang. Di malam yang sepi itu, seorang wanita menjerit, berteriak dengan sangat keras, mengalahkan suara Lisa juga June yang bertengkar di trotoar.

Suaranya berasal dari rumah Jisoo dan seolah lupa akan segalanya, baik Lisa maupun June, keduanya langsung berlari ke arah suara. Jisoo yang menjerit, di pintu depan rumahnya. Gadis itu tengah berusaha melarikan diri dari sesuatu yang mengejarnya di dalam rumah. Ketika Lisa dan June datang, mereka lihat kalau Jisoo begitu ketakutan. Darah merembes di kepalanya, tubuhnya kembali terluka dan orang yang melakukan semua itu sedang mencoba melarikan diri sekarang.

June mengejar orang itu— yang lari lewat pintu belakang. Sedang Lisa menghampiri Jisoo, mencoba untuk menenangkannya. Mencoba untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi di sana. Rumah Jisoo berantakan, hampir seperti kemasukan pencuri. Jisoo pun terluka, babak belur.

Kemudian, saat June kembali tanpa apapun, Jiyong sudah berada di sana. Lisa yang meneleponnya dengan handphone Jisoo, mengatakan kalau Jisoo diserang dan ia sudah memanggil ambulance untuk temannya itu. "Kenapa dia ada di sini?" ketus June, berbisik pada Lisa sembari menatap tajam pria yang datang dan sedang menelepon itu. Jiyong menelepon dokter kenalannya untuk mengobati Jisoo, mengamankan bukti-bukti penganiayaan yang Jisoo alami malam ini.

"Dia pengacaranya Jisoo," jawab Lisa, juga berbisik. "Aku akan menemani Jisoo ke rumah sakit," susulnya, bicara pada Jisoo juga Jiyong yang malam itu tidak terlalu tertarik padanya. Jiyong sibuk dengan pekerjaannya, Jisoo sibuk menahan sakitnya. Jisoo menganggukan kepalanya, ia genggam tangan Lisa yang sekarang duduk di sebelahnya. Gadis itu meniup-niup beberapa luka, mengelap beberapa bercak darah yang keluar, mencoba untuk memberi Jisoo pertolongan pertama sampai ambulance datang. Rasa khawatirnya kini terlihat sangat jelas.

"Kau pulang lah ke rumahku," pinta Lisa pada June yang terang-terangan menunjukan rasa tidak sukanya pada Jiyong.

"Jangan," Jiyong menahan. "Bisakah anda ikut bersamaku menemui polisi untuk membuat laporan?" pinta pria itu, memilih untuk bersikap profesional bahkan setelah ketahuan mengencani istri orang lain. Jisoo kliennya dan ia tidak ingin dicap buruk karena enggan bicara dengan pria yang tadi menangkap basah perselingkuhannya.

Singkat cerita, keesokan harinya di rumah sakit, Jisoo menceritakan apa yang terjadi padanya malam tadi. Di temani Lisa, gadis itu berbaring di ranjangnya. Ia tepuk punggung tangan Lisa yang memegangi lengannya, duduk di sebelah ranjang seperti seorang kakak yang sedang menjaga adiknya. Sepanjang malam mereka bersama, di rumah sakit. Sesekali gadis itu bangun, untuk mengusap keringat Jisoo, atau sekedar merapikan rambut gadis itu yang menghalangi wajahnya, merapikan selimut yang bergerak saat Jisoo tertidur, sepanjang sisa malam itu Lisa terjaga hanya untuk menjaga temannya yang sakit.

"Aku sangat lelah kemarin," kata Jisoo memulai ceritanya. "Tidak seperti biasanya, begitu pulang aku sangat mengantuk dan langsung pergi tidur. Aku rasa tidurku belum terlalu lama, saat bangun sudah ada seorang pria di sebelah ranjangku dan dia ingin menutup kepalaku dengan bantal. Aku tahu dia mengatakan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang dia katakan. Aku menendangnya, lalu dia jatuh dan aku mulai melarikan diri. Aku berteriak tapi tidak seorang pun mendengarku, dia memukuliku. Lee Joonhan memukuliku, padahal seharusnya dia dilarang mendekatiku. Katanya Haein oppa menyerahkan dirinya dan dipenjara karenaku, aku tidak memahami apa yang terjadi, aku tidak tahu apapun, aku hanya bisa berusaha kabur darinya. Saat aku hampir membuka pintu, dia menendangku, aku terdorong sampai keluar, aku menjerit dan saat itu Lisa tiba-tiba muncul. Bisakah kalian mencaritahu sesuatu tentang Haein oppa? Apa ada sesuatu yang terjadi padanya?" tanya Jisoo, yang alih-alih memikirkan dirinya sendiri, justru mengkhawatirkan pria yang pernah ia kencani. Pria yang memintanya mencabut tuntutannya atas Kim Joonhan beberapa waktu lalu.

***
Followan sama aku di Karyakarsa yuk! Nama akunnya yuwiuee juga, tapi ceritanya sama aja... Cuma ganti nama aja biar ga kaya ff hehe bikin ffnya tetep di Wattpad

Modern FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang