25

80 23 3
                                    

***

"...aku harap kita tidak akan bertemu lagi," kata-kata Lisa sebelum panggilan itu berakhir terus terngiang dalam kepala Jiyong. Entah apa yang Jihoon lakukan pada Lisa— ia tidak bisa membayangkannya— namun suara bergetar gadis itu terdengar sangat menganggu bagi Jiyong. Apa Jihoon mengancam Lisa? Apa pria itu melukai istrinya sendiri?— Jiyong jadi khawatir setelah mendengar suara bergetar ketakutan dari kekasihnya.

Sembari duduk di meja kerjanya, pria itu menutup laporan kasus yang sebelumnya tengah ia baca. Sebentar, ia berfikir. Menimbang-nimbang apa yang mungkin terjadi pada kekasihnya. Kemudian, Jiyong menghubungi istrinya. Ia minta Hyuna untuk masuk ke ruang kerjanya, mengambil lisensi mengemudi milik Lisa yang ia tinggalkan di sana kemudian meminta wanita itu untuk mengantarkan lisensinya kepada pemiliknya.

Hyuna tidak banyak bertanya, ia percaya kalau hubungan Lisa dengan suaminya hanya sebatas pengacara dan klien. Hanya sebatas mengambil kembali lisensi mengemudi yang ditahan polisi. Tapi kemudian, setelah mengantarkan lisensi itu, Hyuna langsung menelepon suaminya.

"Sepertinya ada yang terjadi di rumah itu," kata Hyuna begitu Jiyong menjawab panggilannya.

"Kau bertemu dengan Nona Park?" tanya Jiyong.

"Park? Suaminya Kim, dia harusnya dipanggil Nyonya Kim," komentar Hyuna. "Tapi bukan itu yang penting. Aku tidak bertemu dengannya, pelayannya bilang dia sakit dan baru saja tidur, tidak bisa menemuiku."

"Sakit apa?"

"Aku tidak tahu tapi rumahnya kacau sekali. Aku hanya bisa melihat dari luar, tapi semuanya berantakan. TV mereka rusak, layarnya pecah. Ada banyak pecahan kaca di tempat sampah dan yang mengerikan ada darah di kaca-kaca itu."

"Suaminya di rumah?"

"Tidak. Hanya ada pelayan dan beberapa pria yang memasang TV baru."

"Baiklah, terimakasih," katanya hendak mengakhiri panggila itu namun Hyuna sudah lebih dulu membuka mulutnya. Sudah lebih dulu berkata kalau saat ia pulang semalam, ia mendengar suara ribut dari rumah Lisa.

"Tidak mungkin mereka bertengkar sampai saling menyakiti, iya 'kan? Suami Lisa tidak mungkin melukainya, iya 'kan? Dia terlihat sangat lembut, tidak sepertimu," susul Hyuna, terdengar mengkhawatirkan teman barunya.

"Mana aku tahu? Dan pria yang kelihatan lembut biasanya lebih jahat daripada kelihatannya," ketus Jiyong, yang merasa tidak pernah melukai Hyuna juga keluarganya secara fisik. Saat marah pria itu berteriak dan memaki, namun tidak sekali pun ia pernah memukul istrinya. Bahkan ketika bertengkar dengan Hyuna, wanita itu akan sama kasarnya dengannya.

Sementara itu, begitu tiba di ruang kerjanya dan setelah ia meminta sekretarisnya membelikan sebuah handphone baru, Jihoon memakai telepon kantornya untuk menghubungi Jisoo. Ia telepon gadis itu dan butuh waktu cukup panjang sampai panggilannya di jawab. "Halo? Siapa ini?" tanya Jisoo sebab ia tidak tahu siapa yang meneleponnya menggunakan telepon kantor itu.

"Aku suaminya Lisa, Kim Jihoon," jawab Jihoon setelah sepanjang perjalanan ia menimbang-nimbang untuk menghubungi Jisoo atau tidak. "Kalau kau tidak sibuk, bisakah kau datang ke rumahku? Lisa sedang sakit hari ini," katanya, tentu membuat Jisoo bertanya-tanya apa yang terjadi pada temannya itu. Lisa tidak menghubunginya sejak kemarin, padahal sore ini mereka punya janji untuk berbelanja bersama.

"Aku memukulnya," kata Jihoon, dengan tenang sebab ia sudah membayangkan bagaimana reaksi Jisoo ketika mendengar ucapannya. Benar seperti angan-angannya, Jisoo menaikan nada bicaranya, terdengar terkejut sekaligus tidak percaya dengan apa yang baru saja Jihoon katakan. "Sesuatu terjadi. Aku marah dan memukulnya, mungkin sekarang dia sedang menangis sendirian di rumah. Telepon saja ke nomor handphoneku karena dia yang membawa handphonenya. Miliknya rusak. Kalau kau tidak sibuk, tolong temani dia. Kalau perlu, tolong antar dia ke rumah sakit juga, dia tidak ingin pergi tadi."

"Oppa benar-benar memukulnya?" tanya Jisoo, yang sedang bekerja pagi ini.

"Hm..." Jihoon menggumam, mengiyakan pertanyaan Jisoo.

Jisoo tidak bertanya lebih banyak lagi. Gadis itu menyanggupi untuk menemui Lisa sekarang. Ia akhiri panggilannya, meminta izin pada atasannya kemudian membawa barang-barang termasuk pekerjaannya pergi dari sana. Jisoo datang untuk menemui Lisa, meski tidak bisa membantu gadis itu merasa perlu menemani temannya. Ia perlu menemani Lisa, sama seperti saat gadis itu menemaninya.

Sayangnya, begitu Jisoo datang, asisten rumah tangga yang sedang bekerja di sana— asisten rumah tangga di rumahnya juga— mengatakan kalau Lisa sedang tidak ingin menemui siapapun sekarang. "Dia berpesan untuk tidak membangunkannya, katanya dia lelah dan tidak ingin diganggu," kata asisten rumah tangga itu ketika Jisoo datang dan meletakan barang-barang termasuk makan siang yang tadi ia beli di meja dapur.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Jisoo, melihat ada banyak perabot yang sedang di ganti di rumah itu. TV, meja kaca, asbak, vas dengan bunga keringnya, bingkai foto sampai hiasan meja— ada banyak barang pecah belah yang hancur di sana.

"Lisa bilang hanya pertengkaran biasa, tapi mereka tidak pernah bertengkar sampai separah ini sebelumnya. Saat aku datang, semuanya mengerikan. Seperti baru saja kedatangan pencuri," lapor si asisten rumah tangga, yang juga mengkhawatirkan Lisa sama seperti Jisoo. "Meja kerja Tuan Kim sampai cermin di kamar mandi utama juga berantakan," ceritanya, mengatakan apa yang ia lihat setelah Lisa memintanya membersihkan segalanya termasuk memanggil orang lain untuk membantunya.

"Selama aku mengenalnya, Lisa dan Jihoon oppa tidak pernah begini," komentar Jisoo. "Aku akan coba menemuinya di atas," kata Jisoo, yang kemudian naik ke lantai dua. Berencana untuk menemui Lisa di kamarnya namun gadis itu mengunci pintu kamarnya dari dalam. "Lisa-ya? Ada apa? Ini aku, Jisoo, keluarlah sebentar," panggil Jisoo sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar utama. "Aku akan menunggu di bawah, keluar lah kalau kau sudah bosan sendirian di sana," kata Jisoo pada akhirnya, sebab Lisa tidak juga menjawab panggilannya.

Menjelang sore, Jihoon kedatangan tamu di kantornya. Kiko yang ia panggil siang tadi baru datang beberapa menit sebelum jam kerja berakhir. Gadis itu masih ada di sana, melakukan beberapa pemotretan untuk iklan juga peragaan busana. Setelah melihat Kiko di siram oleh istri Jiyong, Jihoon memberinya banyak pekerjaan. Untuk menjauhkan Kiko dari Jiyong dan menghindari masalah.

"Kenapa kau memintaku datang sendirian ke sini?" tanya Kiko begitu ia melangkah masuk ke ruang kerja Jihoon. "Aku dengar istrimu tidak menyukaiku, kau yakin dia tidak akan salah paham? Sekarang dia dekat sekali dengan Kim Hyuna," susulnya.

Jihoon tidak banyak bicara. Ia hanya menujukan surat pemberian Modern Fox yang dikirimkan ke agensinya pada Kiko. Surat tentang Kiko yang punya skandal dengan seorang pria beristri. "Carilah pengirim surat ini," suruh Jihoon. "Sebelum dia mengirim bukti skandalnya," katanya.

Bukan hanya Kiko yang Jihoon minta mencari Modern Fox itu. Di hari yang sama, ia minta sekretarisnya untuk membayar seseorang yang mungkin bisa menemukan pengirim suarat itu. Ia pun meminta kakaknya untuk mencari Modern Fox, beralasan kalau mereka harus menemukan pengirim surat itu sebelum modal yang mereka keluarkan untuk mengontrak Kiko sia-sia karena skandal perselingkuhan itu. Jihoon memerintahkan banyak orang untuk mencari Modern Fox tanpa menyinggung surat yang ia terima kemarin pagi, tanpa menyinggung Lisa juga perselingkuhannya.

Kiko masih ada di dalam ruangan itu, masih membaca surat asli yang Jihoon terima, ketika pintu ruangan Jihoon dibuka tanpa diketuk lebih dulu. Kakak Jihoon yang masuk, sebelah tangannya sibuk menekan handphonenya ke telinga, sementara tangannya yang lain memberikan selembar memo kecil. Isinya alamat.

"Temui orang itu sepulang kerja," kata CEO agensi itu. "Dia temanku dan dia akan membantumu mencari pengirim suratnya. Dia mantan Jaksa, sangat sibuk jadi temui dia malam ini karena dia hanya senggang malam ini."

"Kau yakin alamatnya benar?" tanya Jihoon dan kakaknya menangguk.

"Hm... Satu kompleks dengan rumahmu," angguk sang kakak yang kemudian meninggalkan Jihoon juga Kiko di sana. Mengatakan kalau ia punya janji temu lainnya.

***

Modern FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang