11

102 31 2
                                    

***

Hari ini Jiyong baru saja selesai meeting bersama seorang kliennya. Pria itu baru saja melangkah keluar dari ruang meeting dan langkahnya langsung terhenti karena gadis di depan lift, baru saja keluar dari lift. "Aku punya janji temu dengan Pengacara Kwon Jiyong," kata Lisa pada seorang wanita yang bekerja di meja penerima tamu. Melihatnya dari jauh, membuat jantung Jiyong berdetak sangat cepat.

Rambutnya diwarnai hitam pekat hari ini, kontras sekali dengan kulitnya yang cerah. Tubuhnya tidak dibalut kaus dan celana jeans seperti biasanya, tapi setelan resmi dengan blazer dan celana berwarna abu-abu senada. Sepatu kets atau sandalnya hari ini diganti dengan sepatu hak tinggi putih yang luar biasa cantik. Jiyong tahu kalau gadis itu cantik, tapi tidak pernah menduga ia akan melihat pemandangan profesional yang mempesona seperti sekarang.

Penerima tamu itu tersenyum, memperlakukan Lisa dengan baik kemudian mengantar gadis itu ke ruang kerja Jiyong. Sedang Jiyong yang seharusnya sudah berada di ruang kerjanya, justru masih terpesona hanya dengan menatap punggung Lisa yang bergerak menjauhinya. Lisa dipersilahkan menunggu Jiyong di ruang kerjanya, sebab katanya, pemilik ruang kerja itu masih menemui seorang klien penting.

"Anda ingin secangkir teh, Nyonya?" tanya si penerima tamu setelah mempersilahkan Lisa masuk dan duduk di ruang kerja Jiyong, seperti pesan asisten Jiyong sebelum meeting tadi di mulai.

"Boleh aku minta yang lainnya? Seperti mocha float dengan es krim dan sirup karamel yang dijual di cafe bawah?" tanya Lisa yang langsung mengulurkan tangannya, memberikan kartunya pada si penerima tamu. "Beli sesuatu untukmu juga, aku yang traktir. Ah! Apa yang Pengacara Kwon suka? Belikan juga untuknya, mungkin americano atau mocha float juga... Mocha float saja, belikan Pengacara Kwon mocha float juga... Tolong ya?" susulnya, sedikit canggung sebab ia bukan siapa-siapa selain tamu di firma hukum itu.

Lisa masih harus menunggu sendirian setelah wanita penerima tamu tadi pergi. Gadis itu melihat sekeliling, memperhatikan ruang kerja Jiyong yang lebih luas dari milik suaminya. Selain set sofa, ada meja besar dengan banyak kursi untuk rapat juga di ruangan itu. Beberapa lukisan dipajang di sana, membuat Lisa memperhatikannya satu-persatu. Ini kali keduanya datang ke firma hukum itu, setelah sebelumnya ia masuk ke sana karena dipaksa Jisoo.

Kalau sebelumnya gadis itu datang hanya dengan pakaian santainya, hari ini ia menghabiskan waktu lebih lama untuk berdandan. Untuk datang ke kantor pengacara yang dikencaninya itu. Sembari menunggu, gadis itu kemudian berdiri. Ia perhatikan lebih dekat lukisan yang ada di ruangan itu, kemudian menoleh ke arah meja kerja Jiyong. "Kalau aku melihat mejanya dari dekat, apa dia akan memarahiku?" ragu Lisa, yang diam-diam penasaran dengan beberapa bingkai foto di atas meja kerja Jiyong.

Terlampau penasaran, Lisa akhirnya berdiri di balik meja kerja Jiyong. Ia berdiri di dekat kursi pria itu yang sekarang kosong, memperhatikan semua benda yang ada di meja kerja itu— berkas-berkas, telepon, papan nama, komputer juga beberapa foto yang membuat Lisa amat penasaran. Foto pertama adalah foto keluarga pria itu, sebuah foto yang diambil di studio foto bersama istri dan putri mereka. Foto keduanya adalah foto Jiyong dengan istrinya, foto lama yang sepertinya diambil ketika mereka berdua masih berkencan. Jiyong juga Hyuna terlihat masih sangat muda waktu itu, terlihat sangat bahagia seolah cinta telah menenggelamkan mereka berdua.

Lisa merasa sedikit sesak ketika melihat foto itu. Kemudian ia sadarkan dirinya sendiri sembari melangkah menjauh— sama sepertiku yang masih mencintai Jihoon oppa, Jiyong oppa juga masih mencintai istrinya dan itu bukan masalah— yakin Lisa meski sebagian dirinya tidak menyukai kenyataan itu. Sebagian dirinya merasa cemburu melihat Jiyong masih memajang foto cantik istrinya di meja kerja, meski sebagian lain dari dirinya pun tahu kalau ia tidak berhak merasa begitu.

Modern FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang