16

92 27 2
                                    

***

Lisa tiba di rumahnya setelah lewat tengah malam. Tidak lama setelah ia memarkir mobilnya di depan rumah, mobil Jiyong juga berhenti di tempat parkir rumahnya sendiri. Gadis itu masih duduk di dalam mobilnya, menimbang untuk membawa bunga pemberian Jiyong masuk atau membiarkannya tetap di mobil. Melihat Lisa yang tidak kunjung keluar, Jiyong yang sudah selesai memarkir mobilnya keluar lebih dulu. Ia masih berdiri di dekat pintu mobilnya, menoleh untuk melihat mobil Lisa yang sudah dimatikan tapi tidak juga di tinggalkan. Mungkin gadis itu masih menelepon, mungkin juga sengaja tidak pergi sampai Jiyong masuk ke dalam rumahnya.

Lama Jiyong memperhatikan, sampai tidak ia sadari kalau Hyuna keluar dari rumah, menghampiri ia yang malam ini pulang sangat larut. "Ada apa?" Hyuna menegur Jiyong, menghampiri suaminya dengan gaun tidur yang ia lapisi lagi dengan outer bergaya kimono panjang. "Kenapa? Ada yang mencurigakan? Tuan Kim tidak di rumah hari ini. Katanya Lisa akan menginap di rumah temannya, kenapa dia pulang?" susul Hyuna, sedang Jiyong hanya menaikan bahunya.

"Sejak tadi dia tidak keluar dari mobilnya," Jiyong menjawab, kemudian menoleh untuk melihat istrinya yang tiba-tiba keluar menyambut kedatangannya. Tidak seperti tahun-tahun terakhir ini. Apa yang sedang wanita ini rencanakan? Kenapa setelah pemakaman itu dia tiba-tiba merubah sikapnya?— Jiyong bertanya-tanya.

"Coba dekati, mungkin dia sakit atau semacamnya?" suruh Hyuna, yang tiba-tiba terkejut, hampir menjerit sembari menunjuk jendela di lantai dua rumah Lisa. Jiyong mengikuti arah tangan Hyuna dan di sanalah mereka berdua melihat bayang-bayang seseorang ada di sana. Berjalan dari sisi jendela ke sisi lainnya, kemudian menghilang dalam gelap.

"Kau tetap di sini, telepon polisi kalau aku beri tanda," kata Jiyong, yang memberikan tas jinjingnya pada Hyuna kemudian berlari kecil untuk menyebrangi jalan dan menghampiri Lisa di mobilnya.

Pria itu mengetuk kaca mobil kekasihnya, membuat Lisa langsung menoleh sekaligus terkejut karena Jiyong tiba-tiba muncul di sebelahnya. Lisa sedang mengecek handphonenya ketika Jiyong datang dan menegurnya. Gadis itu buka pintu mobilnya, bertanya-tanya kenapa Jiyong datang ke rumahnya, di depan Hyuna yang menunggu di rumah sebrang.

"Aku melihat seseorang di rumahmu, laki-laki. Suamimu benar-benar tidak di rumah?" kata Jiyong, yang justru berdiri di depan pintu mobil Lisa, membuat gadis itu tidak bisa keluar dari sana kecuali ia mendorong Jiyong yang menghalangi jalannya. Karena posisinya yang masih ada di dalam mobil, Hyuna tidak bisa melihat Lisa sekarang. Hanya Jiyong yang menunduk untuk melihat keadaan Lisa di dalam mobil.

"Ya?" heran Lisa. "Sungguhan atau hanya alasan untuk bicara denganku lagi?" tanyanya, ia tidak bisa melihat bayangan di lantai dua dari mobilnya. Namun senyumnya mengembang saat melihat pria yang sedari tadi bersamanya kini berdiri lagi di depannya.

"Sungguhan," jawab Jiyong, melirik Hyuna yang menatap resah ke arah mereka.

"Mau masuk dan mengeceknya?" tawar Lisa, sama sekali tidak merasa khawatir dengan siapa yang saat ini berada di dalam rumahnya. Seolah ia tahu siapa yang sekarang ada di sana.

"Aku sedang sangat serius sekarang," tegas Jiyong, sebab merasa kalau Lisa tengah meremehkan rasa khawatirnya. Ada banyak orang yang mendapatkan surat dari Modern Fox dan pengirim surat itu mengetahui rahasia semua orang. Sangat wajar kalau Jiyong khawatir sekarang.

"Aku juga serius sekarang. Beri aku jalan, lalu masuk dan cek siapa yang ada di rumahku," suruh Lisa, membuat Jiyong bergerak mundur, memberinya jalan agar ia bisa keluar dari mobilnya.

Jiyong menyanggupinya. Pria itu menatap Hyuna setelah membiarkan Lisa keluar dari mobilnya. Ia memberi gerakan tangan, tanda kalau mereka akan masuk dan Hyuna diminta untuk tetap di posisinya tanpa membuat keributan. Lisa menoleh pada Hyuna, menunduk di depan wanita itu untuk sekedar sopan santun kemudian melangkah ke rumahnya. Membuka pintu rumahnya dan membiarkan Jiyong masuk ke dalam.

Pintu rumah itu dibiarkan tetap terbuka oleh Jiyong, mereka kemudian menyalakan lampu dan Lisa hanya menghela nafasnya saat melihat keadaan rumahnya. "Sebenarnya aku tahu siapa yang masuk ke sini," kata Lisa di depan tangga rumahnya, ia lihat dapurnya yang berantakan seolah baru saja ada yang memasak di sana. Kemudian bantal-bantal di ruang tamu yang jatuh ke lantai seolah baru saja dilempar dan ditendang seseorang. Rumah itu berantakan tapi bukan karena pencuri yang sedang mencari barang berharga. "Ah... Aku lelah sekali sampai tidak bisa marah," susulnya, memilih untuk duduk di lantai, di atas anak tangga rumahnya kemudian menyandarkan kepalanya ke kaki Jiyong. Memeluk kaki pria itu seolah ia tidak punya tenaga untuk mengangkat kepalanya.

"Siapa yang datang?" tanya Jiyong, ia usap kepala kekasihnya, sembari sesekali menoleh ke pintu yang dibiarkan terbuka. Memastikan tidak akan ada orang yang melihat mereka.

Di detik selanjutnya, handphone Lisa berdering. Sebuah panggilan baru saja masuk. "Welcome home, sweety," kata si penelepon. "Aku pergi dulu, pintu belakang belum dikunci. Aku pinjam tasmu," susulnya, membuat Lisa menghela nafasnya.

"Dasar pencuri," cibir Lisa, menanggapi panggilan itu.

"Aku juga merindukanmu, aku akan menemuimu lagi secepatnya. Sampaikan salamku pada suamimu. Selamat tidur- ah! Atau kau harus bersih-bersih dulu? Bersihkan semuanya termasuk rahasiamu," jawabnya dan panggilan itu pun berakhir.

Sekarang Jiyong menatap Lisa, begitu juga dengan Lisa yang mengumpat pada layar handphonenya. Pria itu menunggu penjelasan di sana dan ia merasa sangat resah sebab khawatir Hyuna akan menyusul masuk atau meminta polisi untuk datang.

"Sepupuku," Lisa akhirnya menjawab. "Dia tahu aku datang jadi dia pergi lewat pintu belakang. Pantas saja mobil merah di ujung jalan sebelum persimpangan tadi rasanya familiar. Harusnya kita tetap di hotel saja sampai pagi... Atau setidaknya biarkan aku tidur satu atau dua jam dulu. Langsung menyetir pulang setelah bercinta itu sangat melelahkan, tahu? Tubuhku terasa berat, mataku mengantuk, pinggangku sakit-"

"Hm... Lampiaskan saja semua emosimu padaku, sia-sia aku khawatir," potong Jiyong.

"...dan sekarang rumahku berantakan, piring kotornya banyak sekali, sampah-sampah di lantai itu, kamarku pasti lebih berantakan. Aku tidak punya tempat tidur, oppa... Tampung aku di rumahmu malam ini... Aku ingin langsung tidur," rengeknya, yang ia tahu betul kalau semua itu tidak akan membuat Jiyong merasa kasihan kemudian membersihkan rumahnya.

Namun, alih-alih menanggapinya, Jiyong justru membisu. Ia menatap ke ujung tangga, bertukar tatap dengan seseorang di sana. "Lisa-ya," panggil pria yang berdiri di atas sana, membuat Lisa langsung beku ditempatnya duduk sekarang. Tidak perlu menoleh, hanya dengan mendengar suaranya, Lisa bisa mengenali siapa pria itu.

***

Modern FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang