***
Jisoo masih ada di rumah Lisa bahkan setelah matahari terbenam. Gadis itu berencana tinggal di sana sampai Jihoon pulang. Sepanjang hari Lisa tidak keluar dari kamarnya, sampai ketika bel rumahnya di tekan. Mendengar bel pintu di tekan, Jisoo yang awalnya sedang bekerja di meja makan, melangkah keluar untuk membukakan pintu. Begitu juga Lisa yang lupa kalau Jisoo ada di sana. Lisa keluar dari kamarnya, melangkah turun kemudian mematung di tangga ketika mendengar suara Jiyong di luar.
Entah apa yang pria itu pikirkan, tanpa di undang Jiyong datang ke rumah Lisa. Mungkin Jiyong belum melihat mobil Jihoon, karenanya ia berani untuk datang dan berkunjung. "Tadi istriku datang untuk memberikan lisensi menyetirnya, tapi sepertinya dia memberikan map yang salah," bohong Jiyong sebab terkejut karena ada Jisoo di sana.
"Ah... Aku tidak tahu dimana map itu di simpan, bagaimana kalau besok Lisa sendiri yang akan mengantarkan mapnya ke rumahmu, Pengacara Kwon? Hari ini Lisa sedang sedikit sakit," kata Jisoo, tanpa mempersilahkan Jiyong masuk. Gadis itu sedikit canggung kalau harus mempersilahkan Jiyong masuk ke rumah yang bukan miliknya. Rasanya salah kalau ia menerima tamu di rumah orang lain, tanpa izin pemilik rumahnya.
"Sakit?" ulang Jiyong dan Jisoo menganggukan kepalanya, mengatakan kalau Lisa hanya butuh istirahat jadi Jiyong tidak perlu mengkhawatirkannya. "Semalam aku mendengar keributan dari sini. Dia tidak terluka, 'kan?" tanya Jiyong dan Jisoo menggelengkan kepalanya. Gadis itu terlihat ragu. Jihoon bilang ia memukuli Lisa, namun dirinya sendiri belum melihat Lisa yang sepanjang hari mengurung diri di kamar. "Bisakah kau mengeceknya? Aku khawatir ada kekerasan yang seharusnya tidak terjadi di sini. Karena semalam suara ributnya benar-benar keras," pinta Jiyong namun Jisoo tetap ragu.
Untungnya, mobil Jihoon melaju mendekat kemudian berhenti tepat di depan rumahnya. "Kau bisa langsung bertanya pada Tuan Kim, Pengacara Kwon," kata Jisoo, dengan kedua tangannya menunjuk Jihoon yang datang. Bahkan tanpa Jisoo beritahu, Jiyong bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Jihoon datang dengan raut keji khasnya. Rahangnya mengeras, tergambar jelas kalau pria itu tidak menyukai kedatangan Jiyong di sana.
"Sekarang kau berani datang ke sini? Ah... Karena aku sudah tahu, kau akan melakukannya secara terang-terangan sekarang? Tidak tahu malu," ketus Jihoon, yang justru melewati Jiyong juga Jisoo untuk melangkah masuk ke dalam rumahnya sendiri. Belum jauh Jihoon melangkah, matanya sudah menatap Lisa yang menguping di ujung lorong dekat dapur.
"Tuan Kim, kau bisa dipenjara kalau melakukan kekerasan pada istrimu," kata Jiyong. Jisoo yang tidak memahami apapun hanya bisa menggerakkan kepalanya mengikuti arah suara yang keluar. Kalau Jiyong yang bicara, ia akan menoleh pada Jiyong, begitu juga kalau Jihoon yang bicara. Tidak Jisoo pahami kenapa Jihoon terlihat sangat marah pada Jiyong. Tidak juga ia pahami kenapa Lisa terlihat begitu ketakutan di ujung lorong.
"Kenapa kau berdiri di sana? Mau menemuinya?" tawar Jihoon kepada istrinya dan dengan ragu-ragu Lisa balas menatapnya.
"Kalau boleh, aku akan bicara padanya dan memintanya untuk- akh!"
Jihoon tidak menjawabnya, Lisa juga tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Maksudnya untuk mengakhiri hubungannya secara langsung, diartikan lain oleh Jihoon. Sang suami yang tidak suka istrinya masih ingin menemui selingkuhannya itu, menarik tangan Lisa dengan kasar. Lisa yang belum menelan apapun seharian ini, bagai boneka yang terombang-ambing, di tarik kemudian di dorong keluar. Gadis itu hampir tersungkur di lantai, hampir membentur pot batu kalau Jiyong tidak menangkapnya.
"Kalian bisa pergi bersama. Aku tidak membutuhkanmu, Lisa. Jadi jangan salah paham," marah Jihoon, membuat Jisoo hanya bisa berdiri kaku di depannya. Melihat Lisa diperlakukan dengan sangat kasar begitu, Jisoo jadi mengingat dirinya sendiri. Tangan dan kakinya gemetar, dingin juga berkeringat. Trauma membuatnya tidak bisa menolong Lisa yang hampir menangis, memohon pada Jihoon agar pria itu berhenti marah.
Jisoo tidak ingat bagaimana detailnya. Yang ada dalam ingatannya, Jihoon mengusir Lisa, tanpa sengaja juga mendorong dirinya keluar agar pintu bisa di tutup. Lisa yang tidak ingin diusir, menangis, memohon agar dimaafkan, sementara Jiyong berusaha meminta Lisa agar gadis itu berhenti memohon.
"Ya! Kenapa kau datang ke sini?! Sudah aku bilang untuk tidak menemuiku! Jangan menghubungiku! Jangan menemuiku! Apa itu sulit dipahami?!" marah Lisa sembari menangis, tentu saja kepada Jiyong. "Oppa! Jihoon oppa! Aku minta maaf! Aku janji tidak akan menemuinya lagi! Jihoon oppa! Maafkan aku!" susulnya, berteriak sembari terisak agar Jihoon mendengarkannya.
Lisa bisa membuka pintu itu. Meski pintunya terkunci, ia seharusnya tahu kode pintunya. Bahkan Jisoo diam-diam mengetahui kode pintunya. Untuk diam-diam berkunjung kalau Jihoon tidak di rumah.
"Ya! Sadarkan dirimu! Kenapa kau menangis seperti ini karena seorang pria kasar yang memukulmu?!" seru Jiyong, berusaha membuat Lisa menatapnya, berusaha membuat kesadaran Lisa kembali. Setidaknya, kalau kesadaran itu kembali, Lisa tidak akan menjerit seperti orang gila di depan rumahnya sendiri.
Setelah Lisa cukup tenang, Jisoo memeluknya. Sebelumnya Jiyong yang ingin memeluknya, namun gadis itu menolak dan memilih Jisoo untuk membantu menenangkan dirinya. "Aku tidak ingin kehilangan Jihoon oppa," bisik Lisa dalam pelukan itu, masih sembari terisak. "Aku tidak mau bercerai, aku tidak mau pergi dari sini, aku tidak ingin Jihoon oppa membenciku," isaknya, membuat Jisoo hanya bisa menepuk-nepuk punggungnya, mencoba untuk menenangkannya.
Jiyong yang tidak mengira akan melihat adegan ini, jadi tersulut emosinya. Dalam angannya, Lisa tidak akan bersikap sangat menyedihkan seperti ini. Dalam bayangannya, Lisa akan bicara dengan Jihoon kemudian diceraikan dan semuanya selesai.
"Kau tidak punya harga diri? Apa kau pengemis?" ketus Jiyong. "Kalau tahu kau akan terlihat sangat menyedihkan seperti ini, seharusnya aku tidak datang," kata pria itu tanpa sempat ia timbang-timbang lebih dulu.
Lisa marah mendengarnya. Namun sebelum gadis itu sempat melakukan sesuatu, Jisoo sudah lebih menamparnya. Kim Jisoo yang sebelumnya gemetar karena melihat sikap kasar Jihoon, baru saja menampar Jiyong tepat di wajahnya. "Tutup mulutmu," marah Jisoo. "Apa kau tidak bisa membaca situasinya? Tutup mulutmu, berengsek," kesal gadis itu yang kemudian menarik Lisa untuk mengikutinya ke mobil. Jisoo ingin mengajak Lisa masuk ke dalam mobilnya, tapi sialnya kunci mobilnya ada di dalam rumah. Sekali lagi Jisoo mengumpat sembari menendang mobilnya sendiri. Lisa yang masih ia genggam lengannya, kemudian ditariknya untuk berjalan mengikutinya sampai ke rumah. Karena hafal kode pintunya, Jisoo bisa mengajak Lisa masuk ke rumahnya tanpa kunci.
"Duduk!" suruh Jisoo, menunjuk sofanya begitu mereka tiba di rumahnya. Lisa yang masih berusaha mengendalikan dirinya, mengendalikan tangisannya menurut. Ia duduk di sofa, sedang Jisoo berdiri di depannya dengan berkacak pinggang. "Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi dalam satu kalimat pendek!" suruhnya sekali lagi.
"Aku berselingkuh dengan Pengacara Kwon dan ketahuan," jawab Lisa di susul seruan tidak percaya dari Jisoo.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Modern Fox
FanfictionAku mendengar rumor tentang serigala, katanya mereka masih liar. Aku punya gigi yang tajam seperti mereka, tapi aku tidak ingat cara memakainya, aku tidak ingat caranya menggonggong. Now, i feel like a modern fox. I lost my love, but i feel nothing...